Klasifikasi Risiko Perusahaan Analisis manajemen resiko pada PT. Bringin life Syariah

tak terduga, seperti utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh tempo dan kewajiban jangka pendek lainnya. b. Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan. Misalnya, pembiayaan yang diberikan perbankan. c. Risiko Permodalan Risiko permodalan adalah risiko yang dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya antara lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar dan risiko operasional. 2. Risiko Pasar Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar. 3. Risiko Operasional Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a. Risiko Produktivitas Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk didalamnya adalah teknologi, peralatan, material dan SDM. b. Risiko Teknologi Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Misalnya, transaksi terhambat karena teknologi klien tidak compitable, atau karena terjadinya perubahan kualitas dan spesifikasi bahan baku menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak lagi sesuai. c. Risiko Inovasi Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaharuan, modernisasi atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis. d. Risiko Sistem dan Prosedur Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian siatem dalam operasi perusahaaan. e. Risiko Proses Risiko proses adalah rsisiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber daya dan karena perubahan lingkungan, contoh kesalahan prosedur. 4. Risiko Strategis Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. a. Risiko usaha Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat dan hasil keuangan karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang makanan cenderung memiliki risiko rendah dibanding dengan usaha properti. b. Risiko Transaksi Strategis Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis, seperti merger, akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi dan sejenisnya. c. Risiko Hubungan Investor Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari eksposur korporat dan terutama eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur. Misalnya, bagi perusahaan go public isu dan informasi perusahaaan sangat penting untuk memastikan persepsi investor positif terhadap perusahaan. 5. Risiko Eksternalitas Risiko eksternalitas yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha karena pengaruh dari faktor eksternal. a. Risiko reputasi Adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan bisa terjadi penolakan. Contohnya, ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu eksternal yang terkait dengan perusahaan. b. Risiko Lingkungan Yaitu potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan, seperti limbah industri. c. Risiko Sosial Adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada, seperti CSR. d. Risiko Hukum Adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku, seperti dalam bidang perbankan dikenal dengan risiko kepatuhan compliance risk.

B. Risiko Dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan kerugian, dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak, hanya saja kita sebagai manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18: ☺ ☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya memperhatikan yang telah diperbuat pada yang telah lalu untuk merencanakan hari esok. Perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa datang. Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha. Allah berfirman dalam QS. Al-Luqman ayat 34: ⌧ ☺ Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal .” Dalam QS. Yusuf ayat 43-49, Allah juga menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan. Secara singkat, ayat ini bercerita tentang pertanyaan Raja mesir tentang mimpinya kepada Nabi Yusuf, dimana Raja mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus. Raja Mesir juga melihat gandum yang hijau berbuah, serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah. Dalam hal ini, Nabi Yusuf menjawab supaya Raja Mesir bertanam selama tujuh tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang akan mengahbiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapi masa sulit tersebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan. Sangat jelas bahwa dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Selain itu, sangat jelas ayat di atas menyatakan bahwa Allah mengajurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi asuransi. Rasulullah sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa mendatang. Meninggalkan keluarga ahli waris yang berkecukupan materi, dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya: Diriwayatkan dari Amr bin Saad bin Abi Wasaqy, telah bersabda Rasulullah saw: “Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu ahli waris dalam keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin kelaparan yang meminta-minta kepada manusia lainnya” Dari beberapa contoh, terlihat bahwa Islam sangat memperhatikan fungsi manajemen risiko dan syariat Islam sangat kental dengan kultur manajemen risiko, demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Demikian juga halnya bagi perusahaan asuransi syariah harus selalu menjalankan fungsi manajemen risiko karena sudah merupakan Sunnatullah dan keharusan dari agama Islam. Maka, sudah menjadi karakter dan kultur yang inheren bagi asuransi syariah mengembangkan dan mengaplikasikan fungsi manajemen didalam mengelola amanah financial yang diembannya sehingga tidak menimbulkan kerugian financial yang tidak perlu terjadi bagi pihak mudharib maupun shahibul maal. Manusia tidak mengetahui dan tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kerugian merupakan salah satu bentuk risiko dari setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bermuamalat. Namun, apabila kita melihat kandungan dalam QS. Al-Ashr ayat 1-3, bahwa ada satu golongan al-Mi’minu yang akan terhindar dari risiko atau kerugian tersebut karena mereka selalu melakukan kebaikan, dan selelu memberi nasehat dalam kebenaran dengan penuh kesabaran. Jadi, Manajemen risiko dalam Islam adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan prinsip syariat Islam.

C. Risiko Underwriting Dalam Asuransi Jiwa Syariah

1. Pengertian Underwriting

Underwriting menurut asuransi jiwa adalah proses penaksiran mortalitas tingkat kematian atau mordibitas tingkat kesehatan calon tertanggung untuk menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta dan menetapkan klasifikasi peserta. 10 Underwriting adalah proses Penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekumpulan calon tertanggung, atau pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. 11 Underwriting disebut juga seleksi risiko, adalah proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung. 12 Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa underwriting adalah proses penilaian dan pengklasifikasian risiko seseorang atau sekelompok calon tertanggung, yang bertujuan untuk melindungi perusahaan asuransi dari kerugian. 10 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah : Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional , Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006, h. 103 11 Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Jakarta: Penerbit PPM, 2006, Cet. 2, h. 22 12 AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2004, Ed. 1, Cet. Ke-2, h. 89

2. Tujuan Underwriting

Tujuan utama underwriting adalah melindungi perusahaan terhadap seleksi kerugian. Namun, proses underwriting perusahaan asuransi tetap berfokus pada pemberian persetujuan dan penerbitan pertanggungan yang: a. Bertanggung jawab dalam risk assessment penilaian risiko yaitu proses penentuan tingkat risiko setiapgroup calon tertanggung dimana setiap tertanggung membayar premi yang mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki dan sesuai dengan produk asuransi yang diminta. b. Wajar dan adil bagi para tertanggung dan perusahaan. c. Delivery by the agent dapat disampaikan oleh agen Seorang pemohon asuransi perorangan membuat keputusan akhir yaitu akan menerima polis asuransi pada saat diserahkan. Jika si pembeli memilih untuk tidak menerima polis asuransi pada saat agen asuransi berusaha untuk menyerahkan polisnya, maka polis tersebut dikatakan undeliveriable tidak dapat disampaikan atau not taken. d. Memberikan profit bagi perusahaan.

3. Tugas dan Fungsi Underwriter

Seorang underwriter adalah bagian penting dari perusahaan asuransi. Untuk itu tugas dan fungsi underwriter harus dijalankan dengan prinsip keadilan, baik untuk peserta atau perusahaan asuransi. Adapun tugas dan fungsi underwriter adalah sebagai berikut: