tak terduga, seperti utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh tempo dan kewajiban jangka pendek lainnya.
b. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam
kesepakatan. Misalnya, pembiayaan yang diberikan perbankan. c.
Risiko Permodalan Risiko permodalan adalah risiko yang dihadapi perusahaan berupa
kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan merupakan akumulasi berbagai risiko yang
terjadi sebelumnya antara lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar dan risiko operasional.
2. Risiko Pasar Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena
pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar.
3. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko
operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Risiko Produktivitas
Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel yang
mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk didalamnya adalah teknologi, peralatan, material dan SDM.
b. Risiko Teknologi
Risiko teknologi
berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang
digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Misalnya, transaksi terhambat karena teknologi klien tidak compitable, atau karena terjadinya perubahan kualitas dan
spesifikasi bahan baku menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak lagi sesuai.
c. Risiko Inovasi
Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaharuan, modernisasi atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis.
d. Risiko Sistem dan Prosedur
Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian siatem dalam operasi perusahaaan.
e. Risiko Proses
Risiko proses adalah rsisiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi
sumber daya dan karena perubahan lingkungan, contoh kesalahan prosedur.
4. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan
lingkungan eksternal dan internal usaha. a.
Risiko usaha Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat dan hasil keuangan
karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. Misalnya, perusahaan yang
bergerak di bidang makanan cenderung memiliki risiko rendah dibanding dengan usaha properti.
b. Risiko Transaksi Strategis
Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis, seperti merger,
akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi dan sejenisnya. c.
Risiko Hubungan Investor Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari eksposur
korporat dan terutama eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur.
Misalnya, bagi perusahaan go public isu dan informasi perusahaaan sangat penting untuk memastikan persepsi investor positif terhadap perusahaan.
5. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha karena pengaruh dari
faktor eksternal. a.
Risiko reputasi Adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi perusahaan karena
penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan bisa terjadi penolakan. Contohnya, ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu
eksternal yang terkait dengan perusahaan. b.
Risiko Lingkungan Yaitu potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan
karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan, seperti limbah industri.
c. Risiko Sosial
Adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada, seperti CSR.
d. Risiko Hukum
Adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku, seperti dalam bidang perbankan dikenal
dengan risiko kepatuhan compliance risk.
B. Risiko Dalam Perspektif Islam
Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan kerugian, dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak, hanya saja kita sebagai
manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:
☺ ☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat;
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya memperhatikan yang telah diperbuat pada yang telah lalu untuk merencanakan hari
esok. Perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa datang.
Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
Allah berfirman dalam QS. Al-Luqman ayat 34:
⌧ ☺
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal
.” Dalam QS. Yusuf ayat 43-49, Allah juga menggambarkan contoh usaha
manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan. Secara singkat, ayat ini bercerita tentang pertanyaan Raja mesir tentang
mimpinya kepada Nabi Yusuf, dimana Raja mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus. Raja Mesir juga melihat
gandum yang hijau berbuah, serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah. Dalam hal ini, Nabi Yusuf menjawab supaya Raja Mesir bertanam selama tujuh
tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang akan mengahbiskan apa yang kamu simpan
untuk menghadapi masa sulit tersebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan. Sangat jelas bahwa dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga
kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Selain itu, sangat jelas ayat di atas menyatakan bahwa Allah mengajurkan
adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi asuransi.
Rasulullah sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa mendatang. Meninggalkan keluarga ahli waris yang berkecukupan materi, dalam
pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya:
Diriwayatkan dari Amr bin Saad bin Abi Wasaqy, telah bersabda Rasulullah saw: “Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu ahli waris dalam
keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin kelaparan yang meminta-minta kepada manusia lainnya”
Dari beberapa contoh, terlihat bahwa Islam sangat memperhatikan fungsi manajemen risiko dan syariat Islam sangat kental dengan kultur manajemen risiko,
demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Demikian juga halnya bagi perusahaan asuransi syariah harus selalu menjalankan fungsi manajemen risiko karena sudah
merupakan Sunnatullah dan keharusan dari agama Islam. Maka, sudah menjadi karakter dan kultur yang inheren bagi asuransi syariah mengembangkan dan
mengaplikasikan fungsi manajemen didalam mengelola amanah financial yang diembannya sehingga tidak menimbulkan kerugian financial yang tidak perlu terjadi
bagi pihak mudharib maupun shahibul maal. Manusia tidak mengetahui dan tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi
di masa mendatang. Kerugian merupakan salah satu bentuk risiko dari setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bermuamalat. Namun, apabila kita melihat
kandungan dalam QS. Al-Ashr ayat 1-3, bahwa ada satu golongan al-Mi’minu yang akan terhindar dari risiko atau kerugian tersebut karena mereka selalu melakukan
kebaikan, dan selelu memberi nasehat dalam kebenaran dengan penuh kesabaran. Jadi, Manajemen risiko dalam Islam adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan prinsip syariat Islam.
C. Risiko Underwriting Dalam Asuransi Jiwa Syariah
1. Pengertian Underwriting
Underwriting menurut asuransi jiwa adalah proses penaksiran mortalitas tingkat kematian atau mordibitas tingkat kesehatan calon tertanggung untuk
menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta dan menetapkan klasifikasi peserta.
10
Underwriting adalah proses Penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang
dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekumpulan calon tertanggung, atau pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut.
11
Underwriting disebut juga seleksi risiko, adalah proses penaksiran dan
penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung.
12
Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa underwriting adalah proses penilaian dan pengklasifikasian risiko seseorang atau sekelompok calon
tertanggung, yang bertujuan untuk melindungi perusahaan asuransi dari kerugian.
10
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah : Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional
, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006, h. 103
11
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Jakarta: Penerbit PPM, 2006, Cet. 2, h. 22
12
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2004, Ed. 1, Cet. Ke-2, h. 89
2. Tujuan Underwriting
Tujuan utama
underwriting adalah melindungi perusahaan terhadap seleksi
kerugian. Namun, proses underwriting perusahaan asuransi tetap berfokus pada pemberian persetujuan dan penerbitan pertanggungan yang:
a. Bertanggung jawab dalam risk assessment penilaian risiko yaitu proses penentuan
tingkat risiko setiapgroup calon tertanggung dimana setiap tertanggung membayar premi yang mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki dan sesuai dengan produk
asuransi yang diminta. b.
Wajar dan adil bagi para tertanggung dan perusahaan. c.
Delivery by the agent dapat disampaikan oleh agen Seorang pemohon asuransi perorangan membuat keputusan akhir yaitu akan
menerima polis asuransi pada saat diserahkan. Jika si pembeli memilih untuk tidak menerima polis asuransi pada saat agen asuransi berusaha untuk menyerahkan
polisnya, maka polis tersebut dikatakan undeliveriable tidak dapat disampaikan atau not taken.
d. Memberikan profit bagi perusahaan.
3. Tugas dan Fungsi Underwriter
Seorang underwriter adalah bagian penting dari perusahaan asuransi. Untuk itu tugas dan fungsi underwriter harus dijalankan dengan prinsip keadilan, baik untuk
peserta atau perusahaan asuransi. Adapun tugas dan fungsi underwriter adalah sebagai berikut: