Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN USAHA ASURANSI DAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH 2004-2009 Sumber: Biro Perasuransian Bapepam-LK, 2009 No Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Perusahaan Asuransi Jiwa dengan prinsip Syariah 2 2 2 2 2 2 2 Perusahaan Asuransi Kerugian dengan prinsip Syariah 1 1 1 1 1 1 3 Perusahaan Asuransi Jiwa yang Memiliki Unit Syariah 3 8 9 12 13 17 4 Perusahaan Asuransi Kerugian yang memiliki Unit Syariah 11 13 15 19 19 19 5 Perusahaan reasuransi yang memiliki Unit Syariah 1 2 3 3 3 3 Total 18 26 30 37 38 42 Melihat pasar yang masih besar tersebut, perusahaan asuransi asing pun mulai mengincar market di dalam negeri. Ini akan membuat industri asuransi makin kompetitif. Agar asuransi syariah lokal dapat bersaing dengan asuransi syariah asing tersebut, maka serangkaian cara dilakukan, diantaranya dengan mengembangkan produk-produk yang inovatif, Sumber Daya Manusia SDM-nya diperbaiki dan modalnya dikembangkan. Selain itu bisa juga melalui perencanaan strategi pemasarannya baik mengambil pangsa pasar di Indonesia, yang tidak hanya bersaing dengan perusahaan-perusahaan asuransi lokal baik perusahaan asuransi konvesional ataupun syariah. Tetapi juga akan bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang beroperasi di Indonesia yang telah memiliki SDM dan modal yang kuat. Untuk kemajuan sebuah perusahaan asuransi syariah juga tidak boleh melupakan penyeleksian risiko, karena perusahaan asuransi mengelola pertanggungan sebuah risiko. Sehingga untuk mencapai kesuksesan, perusahaan asuransi syariah harus dapat mengelola risiko agar perusahaan terlindungi dari risiko yang merugikan. Ruang lingkup manajemen risiko dalam perusahaan asuransi syariah meliputi divisi underwriting, divisi administrasi polis, divisi administrasi klaim, dan divisi investasi. Semua divisi ini harus saling bekerja sama untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin terjadi agar perusahaan asuransi syariah terhindar dari kerugian. Jika pengelolaan dan penanggulangan risiko ini dijalankan dengan baik, maka perusahaan asuransi syariah pun akan mendapatkan profit yang diinginkan, begitu juga sebaliknya. Jika perusahaan asuransi syariah tidak dapat mengelola risiko dengan baik, maka perusahaan asuransi syariah akan menderita kerugian sehingga profit yang didapatkan pun tidak sesuai yang diharapkan. Industri asuransi jiwa mulai bangkit dari dampak krisis global. Peluang asuransi jiwa untuk tumbuh memang masih terbuka lebar. Apalagi, beberapa produknya diminati pasar. Salah satunya adalah produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, unitlink. Pertumbuhan produk asuransi unitlink diperkirakan naik 50 menjadi Rp 32 triliun pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu Rp 21,5 triliun. 2 Hal ini terlihat dari pertumbuhan premi per 31 Desember berikut ini: PERTUMBUHAN PREMI Per 31 Desember Rp Triliun Indikator 2008 2009 Premi 47,33 60,24 Premi Produksi Baru 30,80 40,41 Premi Lanjutan 16,53 19,82 Unitlink 13,85 21,5 Sumber: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI Penjualan unitlink setiap tahun memang tumbuh secara signifikan. Data AAJI menyebutkan, penjualan unitlink pada 2005 mencapai Rp 4,8 triliun untuk premi baru dan Rp 1,2 triliun untuk premi terusan. Pada 2006 jumlah premi baru unitlink naik menjadi Rp 4,6 triliun dan Rp 2,1 triliun untuk yang terusan. 3 Sepanjang 2007 penjualan unitlink terus naik menjadi Rp 13,8 triliun untuk premi baru dan Rp 4,1 triliun premi terusan. Tahun lalu penjualan unitlink baru naik lagi menjadi Rp 13,9 triliun dan Rp 6,7 triliun premi terusan. Pada awal 2009 ini, penjualan kembali meningkat dan berlanjut di tahun 2010. Data statistik yang dimiliki Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI menunjukkan bahwa tahun 2010 produk unitlink kembali diminati masyarakat. Ini tercermin dari pertumbuhan premi unitlink 2 Stphen B. Juwono, Unitlink Diproyeksikan Tumbuh 50, Artikel Bisnis Indonesia edisi 25 Mei 2010 3 Evelina F. Pietruschka, Andalkan Unitlink, Jurnal Online Kontan, 16 januari 2010 yang naik 37,82 dari Rp 10,63 triliun pada kuartal tiga 2008 menjadi Rp 14,65 triliun pada kuartal tiga 2009. 4 Melihat animo masyarakat yang begitu tinggi, hampir semua perusahaan asuransi jiwa terdorong memasarkan produk unitlink. Hal ini juga dilakukan PT. Asuransi jiwa BRIngin Life yang meluncurkan produknya pada semester dua tahun 2008. Di tahun 2008, PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life menargetkan total pendapatan premi sebesar Rp 1,3 triliun, atau tumbuh sebesar 30-40 dibanding perolehan tahun 2007 sekitar Rp 900 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi diatas target rata-rata pertumbuhan industri asuransi nasional sebesar 20-25. 5 Di tahun 2009 premi PT. BRIngin Life ditargetkan sebesar 1,6 triliun. 6 Sedangkan untuk Unit syariah BRIngin Life mencatat premi Rp 28 miliar dari target Rp 34 miliar di 2009. 7 Melihat perolehan premi di atas yang tumbuh signifikan, dan berdasarkan laporan keuangan PT. BRIngin Life per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009, terlihat bahwa total Kekayaan Yang Diperkenankan mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar Rp 1,174,871 triliun menjadi Rp 1,455,332 triliun pada tahun 2009. Selain 4 Unitlink Masih Jadi Produk Pilihan Nasabah , Media Asuransi edisi Januari 2010 No. 228 tahun XXXI 5 Trihadi Deritanto, 2008 BRIngin LifeTargetkan Pertumbuhan Premi 40, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bringinlife.com 6 Sultan Hamid, BRIngin Life Targetkan Premi 1,6 triliun, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bringinlife.com 7 Etty Supiantini, Premi BRIngin Life Syariah Capai Rp 28 miliar, Diakses pada 03 Juni 2010 dari www.bringinlife.com itu, total Kewajiban yang mengalami penurunan sebesar Rp 1,425,014 triliun di tahun 2008 meningkat menjadi Rp 1,269,508 triliun di tahun 2009. 8 Sesuai dengan Pasal 43 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan No. 424KMK.062003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, maka rasio pencapaian tingkat solvabilitas sekurang- kurangnya adalah 120. Namun, yang terjadi tahun 2008 di PT. BRIngin Life untuk rasio pencapaian Batas Tingkat Solvabilitas mengalami -187. 9 Melihat kondisi laporan keuangan PT. BRIngin Life yang kurang optimal, khususnya pencapaian tingkat solvabilitasnya, maka ada permasalahan yang menyebabkan perusahaan tidak mencapai target yang diharapkan. Maka sangat perlu mengangkat permasalahan tersebut untuk diteliti dan memberikan solusi pemecahannya. Oleh karena itu, judul skripsi ini adalah: “Analisis Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah” .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memfokuskan dalam penelitian ini, maka batasan penelitian sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan pada PT. BRIngin Life Syariah. 8 PT. BRIngin Life Syariah, Laporan Keuangan PT. BRIngin Life Per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009 , Diakses pada 2 Januari 2010 dari www.bringinlife.com 9 PT. BRIngin Life Syariah, Laporan Keuangan PT. BRIngin Life Per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009 , Diakses pada 2 Januari 2010 dari www.bringinlife.com b. Penelitian ini dibatasi hanya untuk nasabah produk asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II, berdasarkan usia dan jenis kelamin. c. Penelitian dilakukan terhadap analisis manajemen risiko PT. BRIngin Life Syariah, khususnya risiko internal perusahaan yaitu risiko underwriting. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ditemukan adalah nilai tingkat solvabilitas yang kurang optimal, yang akan berdampak kepada profit perusahaan. Hal ini bisa disebabkan oleh manajemen risiko yang kurang maksimal, khususnya faktor internal perusahaan yaitu risiko underwriting dalam menyeleksi risiko calon tertanggung. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka harus terlebih dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan diuraikan pada pembahasan berikutnya. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bagaimana manajemen risiko yang diterapkan di PT. BRIngin Life Syariah? b. Bagaimana profil nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II? c. Apa faktor-faktor yang dipertimbangkan underwriter dalam seleksi risiko asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II? d. Bagaimana metode dan proses underwriting dalam seleksi risiko calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II? e. Bagaimana efektivitas metode underwriting yang digunakan dalam menyeleksi risiko calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II terhadap klaim asuransi?