Risiko dan Underwriting. Bab II ini akan membahas lebih mendalam tentang risiko secara umum dan risiko dalam perspektif Islam, serta underwriting perusahaan
asuransi syariah. Agar pembaca mengenal tempat penelitian, maka penulis pun menceritakan
sekilas tentang profil PT. BRIngin Life Syariah. Uraian ini akan ditempatkan pada bab III berjudul Gambaran Umum PT. BRIngin Life Syariah, yang terdiri dari sejarah
berdirinya perusahaan, visi dan misi, nilai-nilai dan budaya perusahaan, struktur organisasi serta produk dan jasa.
Selanjutnya, pembahasan inti dari penelitian ini yang menjelaskan tentang temuan-temuan di lapangan, yang kemudian di analisis dengan menggunakan metode
deskriptif. Penulis menempatkan pembahasan ini pada bab IV, yang berjudul Analisis
Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah.
Sebagai akhir dari pemaparan dari skripsi ini, maka penulis menyampaikan inti dari penelitian ini yang diberi judul Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan diperoleh
berdasarkan hasil penelitian di lapangan, yang sudah di analisis oleh penulis. Sedangkan saran-saran yang penulis berikan bertujuan untuk kemajuan PT. BRIngin
Life Syariah.
BAB II TINJAUAN UMUM RISIKO DAN UNDERWRITING
A. Risiko
1. Pengertian
Risiko bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja, baik pada saat dalam perjalanan, rekreasi bahkan pada saat kita bernafas. Menurut para ahli, ada
beberapa definisi tentang risiko, diantaranya: 1.
Risiko menurut Abbas Salim adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian loss.
1
2. Menurut Herman Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya
akibat buruk kerugian yang tak diinginkan, atau tidak terduga.
2
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang mungkin terjadi dan bisa mendatangkan kerugian. Sedangkan
manajemen risiko adalah pengelolaan untuk menanggulangi risiko yang dilakukan dengan berbagai cara.
1
A. Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, Ed. 2, h. 4
2
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, h. 21
2. Manajemen Risiko
Penanggulangan risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengelolaan berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut Manajemen Risiko.
3
Manajemen risiko mencakup beberapa tahapan, yaitu: 1.
Identifikasi Risiko Identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisa sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kecenderungan seseorang atau objek lain akan terjadinya kehilangan atau kerugian.
4
a. Physical Hazards :
Karakteristik fisik yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kehilangan atau kerugian, misalnya: riwayat serangan jantung, overweight,
kendaraan, gedung dan lain-lain. b.
Moral Hazards : Kecenderungan seseorang untuk berperilaku tidak jujur dalam transaksi
asuransi, misalnya: memberikan keterangan palsu saat mengisi Surat Permintaan asuransi SPA.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko untuk asuransi jiwa individu, calon tertanggung dimasukkan ke dalam kelas-kelas risk class. Risk class adalah sekolompok tertanggung yang
3
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta: Salemba Empat,2003, h.1
4
Rini Endang Kusumarini, Pengantar Underwriting, 04 Februari 2010 Jakarta: Departemen Underwriting PT. ReIndo, 2010, h. 3
menunjukkan tingkat risiko yang sama dalam suatu perusahaan asuransi. Sebagian perusahaan asuransi mengidentifikasikan kelas-kelas risiko tersebut
sebagai berikut:
5
a. Preferred class, umumnya mengacu ke calon tertanggung yang perkiraan
tingkat mortalitasnya jauh lebih rendah daripada rata-rata dan yang menggambarkan tingkat risiko yang paling rendah.
b. Standard class, mencakup calon tertanggung yang perkiraaan tingkat
mortalitasnya berada pada tingkat rata-rata, yang lebih tinggi daripada perkiraan tingkat mortalitas orang-orang yang berada di dalam kelas preferred
namun lebih rendah daripada perkiraan tingkat mortalitas yang berada di dalam kelas substandard.
c. Substandard class, biasanya mencakup calon tertanggung yang perkiraan
tingkat mortalitasnya lebih tinggi daripada rata-rata, namun mereka dianggap masih bisa diasuransikan.
d. Declined class, hanya digunakan untuk calon tertanggung yang memiliki
kondisi kesehatan dan perkiraan mortalitas tambahan sedemikian buruk sehingga perusahaan asuransi tidak dapat memberikan pertanggungan dengan
premi yang terjangkau bagi mereka, atau calon tertanggung yang baru saja mengalami peristiwa medis sehingga tingkat mortalitasnya tidak dapat
diperkirakan secara tepat.
5
Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah Taufik LOMA, 2002, h. 18