Batu Bata Kelapa Sawit Pengolahan Air Asin Atau Payau Dengan Sistem Osmosis Balik

Hal yang perlu menjadi pertimbangan lain dalam penggunaan “green Roof” adalah Arah matahari,arah angin kondisi temperature serta kemiringan dari atap bangunan.

d. Batu Bata Kelapa Sawit

Pengembangan bahan bangunan alternative pengganti bata dari bahan limbah kelapa sawit Manfaat:  Menanggulangi polusi lingkungan  Sesuai untuk daerah tanah lunak, karena beratnya yang lebih ringan  Harganya yang lebih rendah  Memanfaatkan limbah industry. Banyaknya limbah dari perkebunan kelapa sawit telah menimbulkan permasalahan tersendiri bagi lingkungan dan akan berdampak negatif bila tidak ditangani. Kegiatan ini mencoba mengembangkan bahan komponen bangunan untuk perumahan yang berbahan baku utama limbah sawit dengan teknologi tepat guna bagi masyarakat di sekitar perkebunan sawit. Untuk membuktikan bahwa limbah sawit dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dilakukan pembuatan serat dari tandan kosong sawit dan partikel dari batang kayu sawit maupun dari pelepah sawit. Kandungan lignoselulosa pada limbah sawit dihilangkan dengan perlakuan pendahuluan melalui perendaman didalam larutan jenuh air kapur. Komponen bangunan yang dibuat berbentuk panel dan bata beton yang kemudian diuji sifat fisis dan mekanisnya. Hasil pengujian ditemukan bahwa: 1 kuat lentur beton sawit mencapai 9,36 kgcm2 – 14,83 kgcm2; 2 kuat tekan bata beton bertulang dari cangkang san serat sawit mencapai 31,64 kgcm2 mutu HB 35 dan 87,86 kgcm2 mutu HB 70; 3 Kuat lentur panel sawit batang sebesar 3,77 kgcm2 – 4,31 kgcm2; dan 4 Kuat lentur panel semen sawit pelepah sebesar 14,36 kgcm2.

e. Pengolahan Air Asin Atau Payau Dengan Sistem Osmosis Balik

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air air sungai, danau dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik yang berada di darat maupun laut akan menguap oleh panas matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi sebagian meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danaurawa dan sebagian lagi kembali ke laut. Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangkan sistem pengolahan air asinpayau dengan teknologi membran semipermeabel. Membran selaput semipermeabel adalah suatu selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Teknologi pengolahan air asinpayau ini lebih dikenal dengan sistem osmosa balik Reverse Osmosis disingkat RO. Teknologi ini menerapkan sistem osmosis yang dibalik yaitu dengan memberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis air asinpayau. Air asinpayau tersebut ditekan supaya melewati membran yang bersifat semi permeabel, molekul yang mempunyai diameter lebih besar dari air akan tersaring. Tujuan penerapan teknologi RO adalah :  Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan air bersih. Maksudnya adalah untuk mencukupi kebutuhan akan air bersih sebagai bagian dari kebutuhan dasar setiap manusia.  Pengenalan teknologi pengolahan air asinpayau. Teknologi pengolahan air asinpayau ada tiga macam yaitu : 1. Penyulingan. 2. Penyaringan dan 3. Pertukaran ion. Pengenalan yang dilakukan disini adalah yang menggunakan teknik penyaringan tingkat molekul. Sasaran dari penerapan teknologi ini adalah:  Pemenuhan air minum yang sehat, sebab air hasil olahan dengan teknologi ini berupa air bersih yang sehat, tidak berbau, jernih, tidak berasa, bebas bakteri, dan tidak asin.  Pemanfaatan sumberdaya yang ada, maksudnya adalah memanfaatkan sumberdaya air yang berasal dari air payau, atau asin. Padahal kita mengetahui bahwa sumber air asin merupakan sumberdaya yang sangat melimpah. METODOLOGI Jika air murni dan larutan garam dipisahkan oleh selaput semipermeabel maka akan terjadi aliran yang mengalir dari zat cair dengan konsentrasi rendah menuju ke air garam larutan air yang mengandung kadar garam tinggi yang mempunyai konsentrasi tinggi. Aliran air melalui selaput semipermeabel tersebut dapat berlangsung karena adanya tekanan osmosis. Jika tekanan dilakukan sebaliknya yaitu air garam diberikan suatu tekanan buatan yang besarnya sama dengan tekanan osmosis, maka yang terjadi adalah tidak ada aliran dari air ke air garam atau sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan osmosis adalah konsentrasi garam dan suhu air. Air laut umumnya mengandung TDS minimal sebesar 30.000 ppm. Sebagai contoh, untuk air laut dengan TDS 35.000 ppm pada suhu air 25 o C, mempunyai tekanan osmose 26,7 kgcm 2 , sedangkan yang mengandung 42.000 ppm TDS pada suhu 30 o C mempunyai tekanan osmosis 32,7 kgcm 2 . Jika tekanan pada sisi air garam air asin diberikan tekanan sehingga melampaui tekanan osmosisnya, maka yang terjadi adalah air dipaksa keluar dari larutan garam melalui selaput semipermeabel. Proses memberikan tekanan balik tersebut disebut dengan osmosis balik. Prinsip osmosis balik tersebut diterapkan untuk pengolahan air payau atau air laut menjadi air tawar. Sistem tersebut disebut Reverse Osmosis atau RO. Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 sehingga air produksi masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air minum yang mengandung kira-kira 300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan saluran tunggal. Jika air olahan yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan tekanan kerja tersebut harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kgcm 2 . RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model pengolah air asin yaitu:  Energi Yang Relatif Hemat yaitu dalam hal pemakaian energinya. Konsumsi energi alat ini relatif rendah untuk instalasi kemasan kecil adalah antara 8-9 kWhT TDS 35.000 dan 9-11 kWh untuk TDS 42.000.  Hemat Ruangan. Untuk memasang alat RO dibutuhkan ruangan yang cukup hemat.  Mudah dalam pengoperasian karena dikendalikan dengan sistem panel dan instrumen dalam sistem pengontrol dan dapat dioperasikan pada suhu kamar.  Kemudahan dalam menambah kapasitas. Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah dangkal atau dalam. Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam khlorida dan TDS yang tinggi. Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Reverse Osmosis RO. Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro molekul, yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane. Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membrane harus bebas dari besi, manganese dan zat organik warna organik. Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, manganese dan zat warna organik. Sistem pretreatment yang mendukung sistem RO umumnya terdiri dari tangki pencampur mixing tank, saringan pasir cepat rapid sand filter, saringan untuk besi dan mangan Iron manganese filter dan yang terakhir adalah sistem penghilang warna colour removal. Gambar Skema Pengolahan Air Sistem Reverse Osmosis Unit Pengolah Air Sistem RO di P, Kelapa 5.2 Konsep Bangunan Arsitektur bioklimatik cenderung mengambil bentuk lingkaran maupun ellips, terutama pada badan bangunan maupun pada elemen lainnya, seperti bentuk sun shield. Ini terlihat jelas pada Mesiniaga Tower. Konsep ini adalah semata-mata pikiran yang cerdas dari perancang yang sudah memperhitungkan konsekuensi bangunan tinggi yang menggunakan penghawaan alami. Karena tekanan angin yang sangat tinggi, terutama pada bagian atas, maka sangat diperlukan bentuk aerodinamis yang dapat memecah tekanan angin. Bentuk aerodinamis yang tepat adalah bentuk lingkaran maupun ellips.

BAB 6 HASIL PERANCANGAN