sedangkan pada gedung yang bertingkat di ruangan tingkat atas aliran udara bergerak dekat pada langit-langit.
Seperti pada denah, pengaruh elemen peneduh mengakibatkan kondisi tekanan yang berbeda pada kedua sisi lubang masuk udara. Letak lubang masuk udara
selalu mempengaruhi aliran udara, sedangkan letak lubang keluar tidak begitu penting.
Kecepatan aliran udara mempengaruhi penyegaran udara. Jikalau lubang masuk udara lebih besar dari lubang keluarnya, maka kecepatan aliran udara akan
berkurang, sebaliknya kalau lubang keluar udara lebih besar, kecepatan aliran udara akan makin kuat.
Pemanfaatan pohon serta semak-semak merupakan cara alamiah untuk memberi perlindungan terhadap sinar matahari maupun untuk menyegarkan dan
menyalurkan aliran udara, terutama pada gedung yang rendah. Penyegaran udara di dalam ruangan, disamping tergantung terhadap pergerakan
udara, juga pada pertukaran udara. Yang di daerah tropis sangat berhubungan dengan kesehatan yang cukup tinggi.
Tentu saja penyegaran udara di dalam ruangan seperti terwujud pada table di atas dapat dilakukan baik dengan gerakan udara secala alamiah maupun penyejuk
udara secara buatan ventilasi.
3.3 Teori Bioklimatik oleh Ken Yeang a. Orientasi
Orientasi bangunan tinggi mendapat penyinaran matahari secara penuh. Orientasi bangunan memiliki arti penting untuk menciptakan konservasi energi. Secara
umum, mendesain bangunan dengan bukaan menghadap ke utara dan selatan berfungsi untuk mengurangi insulasi panas.
Panjang bangunan sejajar sumbu timur barat sehingga bukaan lebih banyak di utara dan selatan. Bukaan ini juga bermanfaat untuk pencahayaan alami. Dengan
Gambar 3.1 cross ventilation
orientasi bukaan yang utar selatan, maka sisi terpendek jatuh pada sisi timur barat sehingga permukaan bangunan yang terkena radiasi matahari luasannya kecil.
b. Bukaan
Umumnya bukaan harus berorientasi ke arah utara dan selatan,. Lubang bukaan diusahakan tidak hanya satu sisi tetapi 2 sisi
bangunan sehingga tercipta ventilasi silang. cross ventilation. Bukaan yg efektif adalah yg saling berhadapan dimana inlet
luasannya kecil dan outlet luasannya lebih besar, sehingga gerak dorong angin lebih besar.
c. Ruang Transisi
Ruang transisional diletakkan di tengah dan sekeliling sisi bangunan sebagai ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantara antara ruang dalam
dan ruang luar bangunan. Ruang-ruang ini bisa menjadi koridor luar. Atrium sebaiknya tertutup, tetapi diletakkan di antara ruangan. Puncak bangunan seharusnya dilindungi
oleh sirip-sirip atap yang mendorong angin masuk ke dalam bangunan. Hal ini juga bisa didesain sebagai fungsi wind scoops untuk mengendalikan pengudaraan alami yang
masuk ke dalam bagian gedung.
d. Dinding
Dinding luar harus tidak bersifat masif. Di daerah beriklim tropis, dinding eksternal harus dapat didesain sehingga memungkinkan ventilasi silang yang baik untuk kenyamanan
internal, terlindung dari panas matahari.
e. Vegetasi
Lantai dasar di daerah tropis sebaiknya terbuka ke arah luar dan mempunyai ventilasi alami. Penanaman dan lansekap harus digunakan tidak hanya untuk
manfaat ekologis tetapi juga estetika serta mendinginkan bangunan. Tanaman dapat menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.
f. Shading