Simplisia Depkes, 2000 Maltodekstrin Rowe

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2 Simplisia Depkes, 2000

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan berupa zat kimia murni.

2.3 Minyak Atsiri

2.3.1 Definisi

Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris adalah minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Guenter, 1987. Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau berwarna pucat, bila di biarkan akan berwarna lebih gelap, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan sukar larut dalam air Dzulkarnain dkk., 1996. Minyak atsiri yang baru biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning- kuningan dan beberapa jenis ada yang berwarna kemerah-merahan atau biru, rasa dan bau khas. Menguap pada suhu kamar, penguapan makin banyak bila suhu dinaikkan. Pada umumnya larut dalam etanol, dan pelarut organik lain, kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.2 Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Minyak atsiri memiliki sifat khas yaitu tersusun atas berbagai macam komponen persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon C, Hidrogen H, dan Oksigen O serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen N dan Belerang S, umumnya terdiri dari senyawa golongan terpenoid dan fenil propan. Minyak ini memiliki bau tanaman asalnya, bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan baik pengaruh udara, sinar matahari dan panas Sirait dkk., 1985. Minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya pada bagian terpenoid itu terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling-uap. Zat inilah penyebab wangi, harum atau bau yang khas pada tumbuhan Harbone, J.B 1987.

2.3.3 Manfaat Minyak Atsiri

Kegunaan minyak atsiri bagi tanamannya sendiri untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan, sebagai cadangan makanan, untuk mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain dan mempengaruhi proses transpirasi. Dalam industri sering digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan kosmetika, obat, makanan rokok dan sebagainya. Selain itu banyak digunakan sebagai obat anti kuman dan kapang Dzulkarnain dkk., 1996.

2.3.4 Isolasi Minyak Atsiri

2.3.4.1 Metode Penyulingan Guenter, 1987

Penyulingan adalah proses pemisahan yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran, berdasarkan pendapatan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut terhadap air. Cara memperoleh minyak atsiri dalam tanaman salah satunya adalah dengan penyulingan. Metode penyulingan ada 3 yaitu : a. Penyulingan dengan Air Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang di suling. Air di panaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan yaitu dengan panas langsung, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mantel uap, pipa uap melingkar tertutup atau khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. b. Penyulingan dengan Air dan Uap Pada metode penyulingan ini, bahan olah di letakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Air dapat di panaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini, adalah : 1 uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas; 2 bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. c. Penyulingan dengan Uap Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah di bicarakan di atas, kecuali air tidak diisikan ke dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfir. Uap di alirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di atas saringan .

2.3.4.2 Metode Pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir kepermukaan bahan Ketaren, 1985.

2.3.4.3 Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar dan kenanga. Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetraklorida dan sebagainya Ketaren, 1985. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.4.4 Ekstraksi dengan Lemak Padat

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendemen minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi. a. Enfleurasi Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu rendah keadaan dingin sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologinya dan memproduksi minyak setelah bunga dipetik Ketaren, 1985. b. Maserasi Pada cara ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak dalam keadaan panas pada suhu 80 ⁰C selama 1,5 jam. Cara ini digunakan terhadap bahan tumbuhan yang bila dilakukan penyulingan atau enfleurasi akan menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen yang rendah. Setelah selesai pemanasan, campuran di saring panas-panas, kemudian dilakukan penyulingan untuk memperoleh minyak atsiri Ketaren, 1985.

2.4 Tablet

Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan Depkes, 1979. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya Ansel, 1989. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah sebagai berikut : a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama fabrikasipengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada konsumen. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya. c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya. d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun rasanya. Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut: a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak akan memiliki variasi yang besar. b. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang keras. c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga permukaan tablet halus dan licin Sheth dkk, 1980. Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu : metode kempa langsung, granulasi basah dan granulasi kering.

2.4.1 Metode Pembuatan Tablet

Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan seperti pada pembuatan tablet pada umumnya ada tiga yaitu : 1. Metode Kempa Langsung Istilah kempa langsung berlaku untuk proses umum pada pembuatan- pembuatan tablet yang dikompresi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau hanya perlakuan kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan kedalam mesin tablet. Beberapa bahan mempunyai karakteristik pengikatan yang penting. 2. Metode Granulasi Basah Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah. Menyaring granul basah, menjadi butiran yang lebih halus, pengeringan, pengayakan granul kering, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pencampuran bahan pelikan dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi Ansel, 1989. 3. Metode Granulasi Kering Metode granulasi kering dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam massa granul yang kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan Ansel, 1989.

2.5 Tablet Hisap

2.5.1 Definisi Tablet Hisap

Tablet hisap adalah suatu sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat melarut atau hancur perlahan-lahan di dalam mulut Depkes RI, 1995. Tablet hisap adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang umumnya di berikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anastetika lokal, berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Jenis tablet ini di rancang tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang Lachman, 1994. Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa untuk dihisap dan di diamkan ditahan di dalam mulut atau faring Siregar, 2010. Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis 50 atau lebih dari berat tablet keseluruhan seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol dan sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu 18 mm. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan 10 kgm 3 Hasyim, 2008; Lachman, 1994; Parrot, 1971.

2.5.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap

Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat di artikan sebagai zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain, adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet hisap meliputi : a. Bahan pembawa Siregar, 2010 1. Pembawa Dasar Gula Formulasi tablet yang paling sederhana kemungkinan menggunakan gula sukrosa sebagai pembawa dasar. Gula tidak mahal dan dapat digunakan untuk membentuk tablet yang memiliki karakteristik pengempaan dan raba mulut yang dapat diterima. 2. Pembawa dekstrosa dan sukrosa yang di modifikasi, seperti Nu-tab atau Sugartab. 3. Pembawa dasar bebas gula, seperti manitol dan sorbitol. 4. Pengisi-pengisi lain, seperti dikalsium fosfat, kalsium sulfat, kalsium karbonat, laktosa. b. Bahan pengikat Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat di tambahkan ke dalam bahan yang akan dicetak dalam bentuk kering, cairan atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet Depkes RI , 1995. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Bahan Pelincir Voight, 1994; Lachman, 1994 Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda sehingga banyak di kelompokkan menjadi bahan pengatur aliran glidant, bahan pelincir lubricant dan bahan pemisah hasil cetakan antiadheren. Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan di cetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidant juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel dan meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidant yaitu talk, kalsiummagnesium stearat, asam stearat, PEG, pati dan aerosil. Bahan pelincir atau lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan logam stempel di dalam lubang ruang cetak dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh lubrikan antara lain talk, kalsium, atau magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati dan paraffin. Bahan pemisah hasil cetakan atau antiadheren adalah bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, cab-o-sil, natrium lauril sulfat, kalsium dan magnesium stearat. d. Zat Warna Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna alami dari tumbuh- tumbuhan dibatasi karena warna-warni ini sering kali tidak stabil Lachman, 1994. Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama pembuatan pembawa granulasi basah sebelum dilakukan granulasi eksipien dan zat aktif. Selain itu, pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan ditambahkan pengikat Siregar, 2010. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Pemberi Rasa Bahan pemberi rasa biasanya pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan larut dalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik Lachman, 1994. Untuk tablet hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga mulut mensyaratkan agar formulator mengembangkan tidak saja produk dengan penambah rasa yang menyenangkan, tetapi juga produk yang penambah rasanya dapat menutupi dasar pahit yang mungkin dimiliki formulasi Siregar, 2010.

2.5.3 Permasalahan dalam Pembuatan Tablet Hisap Siregar, 2010

Masalah-masalah yang terjadi dalam pembuatan tablet hisap dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut : 1. Kekerasan Tablet Pada pembuatan formulasi granulasi basah, penambahan jumlah pengikat yang tidak cukup akan menghasilkan granul yang kekurangan gaya intragranul atau intergranul. Pada pengempaan, tablet yang dihasilkan akan mengandung granul yang tidak terikat dalam area tekanan tinggi. 2. Lembab Tiap granul tablet yang memiliki rentang kandungan lembab kritis tertentu yang membantu membentuk granul yang memiliki gaya kohesif optimum. Jika kandungan lembab berada dalam rentang 0,75-2,0, granul yang terbentuk biasanya merupakan granul yang baik. 3. Penjeratan Udara Penjeratan udara merupakan sumber masalah yang biasa menyebabkan kaping pada tablet berbobot tinggi. Hal yang menyebabkan laminasi tablet ini biasanya diperbaiki dengan memadatkan granul, yaitu dengan menambahkan jumlah pengikat dalam produk granulasi basah. 4. Tekanan Berlebihan Selama Pengempaan Penggunaan tekanan pengempaan granul yang melebihi tekanan pengikatan optimum partikel-partikel mengakibatkan kerusakan ikatan intergranul. Sebagai penyebab kaping, laminasi, pengaruh tekanan dapat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditentukan dengan mengurangi tekanan pengempaan secara bertahap sampai terbentuk tablet yang dapat diterima atau sampai terbentuk tablet yang terlalu lunak untuk dikempa. 5. Kegagalan lubrikan Kesulitan pengeluaran tablet akibat kegagalan lubrikan biasanya ditunjukkan oleh keberadaan garis-garis yang tidak beraturan di pinggir tablet.

2.6 Maltodekstrin Rowe

et al., 2009 Maltodekstrin digunakan dalam formulasi tablet sebagai pengisi, pengikat dan penyalut pada formulasi dan penyalutan tablet, sebagai pembentuk lapisan tablet dalam proses penyalutan cair. Derajat maltodekstrin dengan nilai DE Dextrose Equivalent yang tinggi berguna dalam formulasi tablet kunyah. Maltodekstrin juga digunakan dalam formulasi farmasetika sebagai peningkat viskositas larutan dan untuk mencegah kristalisasi sirup. Maltodekstrin secara luas digunakan dalam farmasetika dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Penggunaan Maltodekstrin dalam Farmasetika Penggunaan Konsentrasi Lapisan penyalut cair 2 – 10 Pembawa 10 – 99 Penghambat kristalisasi pada tablet kunyah dan sirup 5 – 20 Pengatur osmolaritas pada larutan 10 – 50 Pembantu semprot kering 20 – 80 Pengikat tablet kempa langsung 2 – 40 Pengikat tablet granulasi basah 3 – 10 Maltodekstrin memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik, dapat membentuk larutan dengan viskositas tertentu, mencegah pergerakan, dapat membentuk lapisan film yang melindungi dari pengaruh oksidasi dan mempunyai daya ikat yang baik. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap Depkes, 1995; Rowe et al.,