Dalam penyaluran dana-dana zakat, infaq, dan shadaqah ini, bidang sasaran yang dituju oleh LAZ Al-Azhar adalah aspek pendidikan dan
dakwah, aspek sosial, aspek kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek pemberdayaan ekonomi umat.
73
Merujuk pada data yang diperoleh penulis, dari aspek sosial, dana yang telah tersalurkan oleh LAZ Al-Azhar seperti bantuan korban gempa
tsunami yang terjadi di Aceh pada beberapa bulan yang lalu, membantu penderita busung lapar di NTB serta menyelenggarakan sunatan massal
untuk anak-anak Teluk Buyat.
74
Dari aspek pendidikan dan dakwah dana telah tersalurkan untuk membantu pembangunan beberapa pesantren,
masjid dan mushalla di daerah-daerah serta pengembangan dakwah di Sumatera Barat. Selengkapnya, untuk mengetahui jumlah dana yang telah
disalurkan oleh LAZ Al-Azhar dalam bentuk bantuan di berbagai aspek ini. Penulis akan menyajikannya secara tersendiri pada pembahasan neraca
laporan keuangan lembaga ini.
c. Bentuk dan sifat penyaluran
Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan membedakan penyaluran zakat ke dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan.
Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada
73
Proposal pembentukan LAZ Al-Azhar, h. 23-24
74
Dialog Jumat,Harian Umum Republika, 1 Juli 2005, h. 13
seseorang satu kali atau sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya
kemandirian ekonomi pemberdayaan dalam diri si mustahiq. Hal ini dilakukan karena mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri
seperti pada diri para orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri, atau orang-orang gila.
75
Selanjutnya yang dikatakan pemberdayaan adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima lebih
dikhususkan kepada golongan fakir-miskin dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori muzakki.
76
Target ini adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dalam waktu yang singkat. Untuk itu,
penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahan adalah
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah
dicanangkan. LAZ Al-Azhar dalam upaya pemanfaatan dan penggunaan sumber
dananya, telah merumuskan berbagai bentukwujud penyaluran dana-dana
75
Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, loc.cit., h. 85
76
Ibid., h. 86
ZlS-nya. Sesuai data yang diperoleh penulis, berikut ini berbagai bentukwujud penyaluran dana-dana ZIS LAZ Al-Azhar :
77
• Bantuan modal usaha • Bantuan modal usaha ini diberikan kepada masyarakat ekonomi lemah
yang tidak mampu dan membutuhkan modal agar yang bersangkutan mampu mendapatkan tambahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimal. • Bantuan hidup
• Bantuan hidup diberikan kepada masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
• Bantuan uang sekolah diberikan kepada murid-murid TK, SD, SLTP dan SLTA.
• Bantuan bea siswa diberikan kepada anak yang berprestasi dari keluarga tidak mampu.
• Bantuan modal untuk lepas dari “Riqab” • Bantuan modal diberikan kepada masyarakat lainnya yang ingin
memulai hidup mandiri dari keadaan dimana yang bersangkutan menggantungkan biaya hidupnya dari pihak lain, kriteria yang dapat
dipertimbangkan untuk menerima bantuan adalah :
77
Rencana kerja LAZ AL-Azhar, op.cit
1 Golongan masyarakat yang telah diteliti dan diamati dengan baik
bahwa kondisi keuangannya tidak mampu. 2
Rencana penggunaan harus jelas, seperti untuk sewa rumah, modal awal usaha dan biaya perjalanan di tempat baru serta untuk tujuan
lain dalam rangka lepas dari asuhan ketergantungan pihak lain . • Bantuan modal untuk lepas dari “Gharimin”
Bantuan diberikan kepada masyarakat yang ingin melepaskan dirinya dari hutang yang sudah membelitsangat memberatkan. kriteria yang
dapat dipertimbangkan untuk menerima bantuan ini adalah masyarakat yang telah diteliti dengan baik dan hati-hati bahwa yang bersangkutan
terjerat hutang dimana angsuran hutangnya lebih besar dari pendapatannya. Kondisi gharimin di atas terjadi karena terlilit hutang
dalam memenuhi kebutuhan hidup. • Bantuan keuangan “Fi sabilillah” diberikan untuk membantu
pembangunan atau pelaksanaan usaha proyek “Fi sabilillah”. • Bantuan keuangan Ibnu Sabil diberikan kepada usahaproyek ibnu
sabil yang segala macam kegiatanusaha dalam rangka mendukung lancarnya suatu perjalanan seseorang yang kehabisan
bekalkekurangan biaya perjalanan mencari ilmu, pembangunan fasilitas transportasi, pembangunan sarana keciljembatan komunikasi
untuk membuka daerah terpencil dan lain-lain yang sejenis.
• Bantuan keuangan untuk Muallaf diberikan dalam rangka untuk meningkatkan serta memperkuat keimanan-keislamannya yang baru
dianut olehnya. • Untuk Amilin dananya digunakan untuk membiayai operasional dan
gaji amil, dan jika memungkinkan akan diinvestasikan sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk membiayai kegiatankeperluan rutin
dalam rangka lancarnya pengelolaan ZIS dan juga dapat disalurkan kepada delapan golongan tadi.
Setelah mengamati bentuk-bentuk penyaluran di atas, penulis menemukan tidak adanya pernyataan target tertentu seperti merubah
kondisi mustahiq menjadi muzakki melalui bantuan yang disalurkan LAZ Al-Azhar dan memisahkannya ke dalam dua bentuk dan sifat
penyalurannya sebagaimana teori bentuk penyaluran yang telah dikemukakan oleh Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, Semestinya
LAZ Al-Azhar menyatakan target tertentu melalui bantuan yang diberikannya agar dana-dana yang disalurkan menjadi lebih efektif dan
efisien guna menciptakan masyarakat yang sejahtera dalam kehidupan ekonominya.
d. Prosedur pengeluaran dana