kas maupun non kas, karena kegiatan perencanaan keuangan telah dibahas sebelumnya sedangkan kegiatan pengendalian dan pengawasannya akan dibahas
setelah bagian ini. Menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan bahwa pengelolaan
keuangan harus diwujudkan dalam suatu panduan baik berupa kebijakan umum maupun pedoman teknis. Panduan merupakan acuan atau standar yang digunakan
dalam menerima, mencatat, menyimpan, menyalurkan, dan mempertanggungjawabkan dana. Panduan ini meliputi penghimpunan,
penyaluran, dan saldo dana.
60
1. Penghimpunan Dana
Panduan dalam penghimpunan dana mencakup tentang jenis dana dan cara menerimanya. Organisasi pengelola zakat harus menetapkan jenis dana
yang akan diterima sebagai sumber dana.
61
Sesuai ketentuan UUPZ bab IV pasal 13, menyatakan jenis dana yang dapat dihimpun oleh organisasi pengelola zakat tidak terbatas hanya zakat.
Dana-dana seperti infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat boleh dihimpun oleh organisasi pengelola zakat.
Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat, hal ini dapat
berupa ketentuan syariah, ketentuan peraturan perundang-undangan, atau
60
Ibid., h. 80
61
Ibid
pembatasan yang berasal dari muzakkidermawan. Contoh karakteristik sumber dan pembatasan yang harus dipenuhi oleh organisasi pengelola zakat
ialah dalam hal zakat fltrah. Zakat fltrah adalah kewajiban yang dikenakan kepada setiap muslim yang mempunyai kelebihan makanan untuk satu hari di
akhir bulan Ramadhan dan harus diberikan kepada mustahiq sebelum shalat ‘Idul Fitri dimulai. Contoh lain adalah shadaqah dengan syarat tertentu. Para
dermawan lazim memberikan shadaqah dengan pembatasan tertentu dalam penggunaannya, misalkan untuk bea siswa yatim piatu. Terhadap hal ini maka
merupakan kewajiban pengelola zakat untuk menyalurkan shadaqah tersebut sebagaimana disyaratkan oleh pemberi dana.
62
Penulis melihat bahwa Organisasi Pengelola Zakat mesti mempertimbangkan karakteristik sumber dan pembatasan-pembatasan seperti
di atas dan harus menetapkan jenis dana yang akan diterima sesuai dengan kemampuan untuk memenuhi pembatasan yang melekat pada dana yang akan
diterimanya. Selain jenis dana, panduan yang harus dibuat terkait dengan
penghimpunan adalah cara penerimaan dana.
63
Penentuan cara penerimaan dana akan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas penghimpunan dana
serta berpengaruh juga terhadap biaya penghimpunan dana karena setiap cara penerimaan dana membutuhkan saranaalat dan pengendalian yang berbeda.
62
Ibid, h.81
63
Ibid, h.82
Ada tiga cara dana diterima; melalui rekening di bank, counter, atau “jemput bola”. Termasuk dalam cara dana diterima adalah pilihan tempat dari
masing-masing cara tersebut. Artinya di bank mana membuka rekening, di lokasi mana membuka counter, atau wilayah mana saja yang akan dilayani
dengan “jemput bola” merupakan bagian dari cara dana diterima. Organisasi pengelola zakat dapat saja memilih salah satu, dua, atau menggunakan tiga
cara sekaligus. Pemilihan cara Penerimaan dana harus disesuaikan dengan tempat kedudukan organisasi dan target muzakkidermawan guna kemudahan
akses dari keduanya.
64
Dalam hal ini, LAZ Al-Azhar menetapkan dalam penghimpunan sumber dananya mengikuti ketentuan UUPZ yaitu zakat maal harta , infaq,
shadaqah, hibah, wasiat, wans, dan kafarat.
65
Untuk memudahkan proses penghimpunannya agar lebih efektif dan efisien, LAZ Al-Azhar membentuk Unit Pengumpul Zakat UPZ disetiap
komponen Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Melalui UPZ-UPZ di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar inilah, para muzakki atau para
dermawan dapat menyetorkan kewajiban mereka berupa zakat, infaq, dan shadaqah sesuai ketentuan yang berlaku baik syariah maupun peraturan
pemerintah.
64
Ibid
65
M. Hasjim, Mengenal Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat, Jakarta : Mustari, 2005 , h.9
Juga, LAZ Al-Azhar menjalin kerja sama dengan pihak Bank Muamalat Indonesia dalam hal penghimpunan dana bagi para muzakki dan para
dermawan yang ingin menyetorkan dana zakat, infaq, dan shadaqah mereka melalui rekening zakat No.301.00009.10.
66
Selain itu, LAZ Al-Azhar melakukan sistem jemput bola dalam menghimpun sumber dananya dengan cara mengirimkan brosur-brosur info
menunaikan zakat ke berbagai perusahaan, dimana di dalam brosur tersebut dilampiri formulir kesediaan untuk menjadi donatur muzakki dan juga
mendirikan stand di lingkungan Masjid PT.Indomobil sebagaimana penulis ketahui sendiri pada hari jumat, 1 Juli 2005.
Ditinjau dari kegiatan penghimpunan sumber dana, terlihat LAZ Azhar menggunakan tiga cara sekaligus dalam penerimaan sumber dananya. Seperti
membuka rekening pada Bank Muamalat Indonesia, mendirikan counter berupa Unit Pengumpul Zakat di setiap komponen Yayasan Pesantren Islam
Al-Azhar, dan sistem “jemput bola” dengan cara mengirimkan brosur-brosur info zakat ke berbagai perusahaan.
Adapun pedoman teknis yang dilakukan LAZ Al-Azhar dalam penghimpunan sumber dananya ialah dengan memberlakukan prosedur
berikut ini
67
:
66
Brosur Info LAZ Al-Azhar Peduli Ummat
67
M. Hasjim, op.cit., h.l 1
1 Muzakki perorangan atau badan menghitung kewajiban zakat sendiri.
2 Muzakki badan atau perorangan memutuskan untuk menyetorkan zakat
melalui LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat” 3
UPZ di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar melayani muzakki dan memproses setoran zakat muzakki bersangkutan
4 Petugas Bank yang ditunjuk oleh LAZ “Al-Azhar Peduli Ummat”
memproses setoran zakat, jika muzakki menyetorkan zakatnya melalui Bank.
5 Muzakki perorangan atau badan menerima bukti setoran zakat yang dapat
digunakan sebagai bukti pengurang penghasilan kena pajak. Muzakki menerima Nomor Pokok Wajib Zakat NPWZ.
6 Muzakki perorangan atau badan dicatat dalam basis data.
2. Penyaluran Dana