26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Determinasi Biji Jintan Hitam
Determinasi dilakukan untuk mengidentifikasi sampel yang dipakai dalam penelitian ini. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Bogor. Berdasarkan surat keterangan yang diperoleh, dinyatakan bahwa sampel yang didapatkan dari
Pasar Impres Senen Blok B6 Jakarta Pusat termasuk jenis Nigella sativa L. dari suku Ranuculaceae. Keterangan hasil determinasi sampel tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.2. Rendemen Ekstrak
Ekstraksi biji jintan hitam dilakukan dengan metode maserasi. Metode maserasi ini dipilih karena metode ini sesuai untuk senyawa
–senyawa yang tidak tahan panas. Menurut Yuliani 2010 proses maserasi adalah
proses perendaman sampel dalam pelarut organik pada temperatur kamar. Prinsip ekstraksi ini ditekankan pada interaksi yang cukup antara pelarut
dengan jaringan sampel yang akan diekstraksi. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena selama proses perendaman
akan terjadi proses pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar selnya sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik Leny, 2006. Kelebihan ekstraksi maserasi adalah metode yang dilakukan cenderung
murah dan alat-alat yang digunakan tergolong sederhana. Proses ekstraksi didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen yang lain dalam campuran. Kelarutan suatu komponen tergantung pada derajat kepolarannya. Hukum “like dissolved like” menyatakan bahwa
senyawa yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar dan semipolar, begitupun sebaliknya senyawa yang bersifat nonpolar hanya dapat
larut dalam pelarut nonpolar dan semipolar Yuliani, 2010.
27
UIN Syarif Hdayatullah Jakarta
Ekstraksi maserasi yang dilakukan adalah maserasi bertingkat dengan menggunakan 3 pelarut yaitu n-heksan, etil asetat dan metanol.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk biji jintan hitam dengan pelarut hingga pelarut mendekati tidak berwarna.
Sampel berupa serbuk jintan hitam sebanyak 370 gram pertama kali dimaserasi dengan n-heksan yang bersifat non polar, sehingga diharapkan
senyawa-senyawa yang bersifat non polar ikut tertarik ke dalam pelarut non polar tersebut. Filtrat yang diperoleh kemudian dikentalkan dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan. Prinsip penggunaan rotary evaporator adalah pemekatan filtrat dengan penguapan pada tekanan
rendah dan temperatur sesuai dengan pelarutnya 55
o
C. Pelarut pada sampel akan teruapkan dan melewati kondensor sehingga berubah kembali menjadi
larutan dan tertampung pada receiving part sedangkan untuk ekstrak jintan hitam terbentuk pada evaporation part. Pemekatan dihentikan ketika pelarut
tidak menetes pada receiving part dengan asumsi bahwa sudah tidak ada pelarut yang terdapat pada sampel Yuliani, 2010.
Ampas dari penyaringan filtrat n-heksan yang dihasilkan dilakukan maserasi kembali dengan pelarut etil asetat yang bersifat semi polar sehingga
senyawa semi polar yang tidak tertarik dalam pelarut non polar bisa tertarik dalam pelarut tersebut. Ekstraksi terakhir dilakukan dengan menggunakan
pelaurt metanol yang bersifat polar sehingga senyawa-senyawa polar yang terdapat dalam sampel dapat tertarik ke dalam pelarut polar tersebut Leny,
2006. Hasil dari masing-masing ekstraksi tersebut, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator sehingga berturut-turut diperoleh ekstrak kental etil
asetat dan ekstrak kental metanol. Bobot ekstrak kental serta rendemen ekstrak dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1 Rendemen ekstrak Nama Ekstrak
Bobot Ekstrak gram
Rendemen Ekstrak Ekstrak n-heksan
24,571 6,640
Ekstrak etil asetat 15,122
4,725
Ekstrak methanol 8,278
2,759
28
UIN Syarif Hdayatullah Jakarta
Nilai rendemen yang didapatkan dari masing-masing ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak dengan pelarut n-heksan memiliki nilai
rendemen tertinggi. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya kemungkinan bahwa biji jintan hitam mengandung senyawa non polar yang lebih banyak
dibandingkan dengan senyawa semi polar maupun polar. Meskipun metode maserasi termasuk sederhana dan mudah
dilakukan, namun dengan penggunaan pelarut yang bersifat volatil diduga menyebabkan berkurangnya nilai rendemen ekstrak pada saat proses filtrasi
yang pada akhirnya mempengaruhi nilai rendemen masing-masing ekstrak. Ismet 2007 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang digunakan.
4.3. Penapisan Fitokimia