Determinasi biji Jintan Hitam Pengamatan Organoleptik Pembuatan ekstrak biji Jintan Hitam Susut pengeringan Kadar abu

17 UIN Syarif Hdayatullah Jakarta dye 1M tris HCl pH 6,8; 20 SDS; 30 gliserol 100 ; 16 β- merkaptoetanol; bromphenol blue; H 2 O, gel SDS H 2 O; 0,5 tris pH 6,8 containing 0,4 SDS; 1,5 tris pH 8,8 containing 0,4 SDS; 30 akrilamid; 10 ammonium persulfat; dan TEMED N,N,N,N-tetrametina- diamina, SDS running Tris, glisin, SDS, H 2 O, marker precision plus protein standard BIORAD ® , comassie blue comassie brilliant blue, metanol, asam asetat glasial, H 2 O, destain for comassie H 2 O, metanol, asam asetat glasial, 2 mM ATP adenosine triphospate, MgCl 2 , 10 mM MOPS asam 4-morfolinopropanafosfat sulfonat, larutan pewarna H 2 O, malachite green, polivinil alkohol, ammonium molibdat tetrahidrat, Tube 50 ml, Eppendorf tube 1,5 ml, tips 1000 µl, 200 µl dan 20 µl dan 96-well microplate.

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Determinasi biji Jintan Hitam

Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran simplisia yang digunakan dalam penelitian. Determinasi ini dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong Bogor.

3.3.2. Pengamatan Organoleptik

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk dan warna sampel. Hal ini bertujuan sebagai pengenalan awal yang sederhana.

3.3.3. Pembuatan ekstrak biji Jintan Hitam

Sampel berupa biji jintan hitam kering diblender hingga diperoleh simplisia kering. Sekitar 370 gram simplisia kering diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol, lalu filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental Juniarti et al.2009. 18 UIN Syarif Hdayatullah Jakarta Perhitungan rendemen ekstrak :

3.3.4. Penapisan fitokimia ekstrak Jintan Hitam

Penapisan fitokimia ini dilakukan terhadap ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol.

3.3.4.1. Identifikasi alkaloid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 5 mL HCl 1 dan dipanaskan dalam water bath. Filtrat sebanyak 1 mL ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan oranye mengindikasikan adanya alkaloid Magadula Tewtrakul, 2010.

3.3.4.2. Identifikasi flavonoid

Tiga metode yang digunakan untuk menguji flavonoid. Pertama, amonia encer 5 ml ditambahkan ke sebagian filtrat encer dari ekstrak, kemudian asam sulfat pekat 1 ml ditambahkan. Sebuah warna kuning yang hilang menunjukkan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan aluminium 1 ditambahkan ke sebagian dari filtrat. terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya flavonoid. Ketiga, ekstrak sebanyak 0,5 gram dipanaskan dengan 10 ml etil asetat yang telah diuapkan selama 3 menit. Campuran kemudian disaring dan 4 ml filtrat dikocok dengan penambahan 1 ml larutan amonia encer. terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya flavonoid Ayoola, 2008.

3.3.4.3. Identifikasi saponin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditimbang dalam tabung reaksi lalu ditambahkan air sebanyak 2 ml, kemudian tabung reaksi tersebut diguncang-guncangkan. Jika busa yang dihasilkan berlangsung selama 10 Rendemen ekstrak = Bobot ekstrak total x 100 Bobot simplisia total 19 UIN Syarif Hdayatullah Jakarta menit, maka hal tersebut menunjukkan adanya saponin Prashant,Bimlesh, Mandeep, Gurpreet Harleen, 2011.

3.3.4.4. Identifikasi steroid dan triterpenoid

Ekstrak sebanyak 0,15 gram dicampurkan ke dalam 2 ml acetic anhydride CH 3 CO 2 O, kemudian ditambahkan 2 ml H 2 SO 4 1N. Adanya cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen sedangkan munculnya warna hijau kebiruan menunjukkan adanya steroid Indrayani, Soetjipto Sihasale, 2006.

3.3.4.5. Identifikasi terpenoid

Ekstrak sebanyak 0,2 gram ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian ditambahkan H 2 SO 4 sebanyak 3 ml. Adanya warna coklat kemerahan menunjukkan adanya terpenoid Ayoola, 2008.

3.3.4.6. Identifikasi tanin

Ekstrak sebanyak 0,2 gram dilarutkan dalam 20 mL akuades. Filtrat sebanyak 2 mL ditambahkan 3 tetes FeCl 3 10. Terbentuknya warna biru kehitaman atau hijau kehitaman mengindikasikan adanya tanin. Cara yang lain adalah 2 mL filtrat ditambahkan 1 mL larutan brom, apabila terdapat endapan maka positif mengandung tanin Adegboye et al, 2008.

3.3.4.7. Identifikasi kumarin

Ekstrak sebanyak 0,5 gram dilarutkan dalam air panas. Setelah dingin, larutan dibagi ke dalam dua tabung reaksi yaitu tabung 1 sebagai blanko dan tabung 2 ditambah 0,5 ml NH 3 10. Adanya pijaran yang kuat dibawah sinar UV menunjukkan adanya kumarin dan turunannya Indrayani, Soetjipto Sihasale, 2006. 20 UIN Syarif Hdayatullah Jakarta

3.3.4.8. Identifikasi minyak atsiri

Ekstrak kental yang berupa minyak dan berbau enak ditambahkan etanol, selanjutnya larutan alkoholik tersebut diuapkan kembali sampai kering. Jika residu tetap berbau enak, menunjukkan ekstrak positif mengandung minyak atsiri Indrayani, Soetjipto Sihasale, 2006.

3.3.5. Susut pengeringan

Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 105 o C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak ditarakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga membentuk lapisan yang setebal 5 mm – 10 mm. Jika ekstrak yang diuji berupa ektrak kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengering pada suhu 105 o C hingga bobot botol tetap, kemudian didinginkan dalam desikator Depkes, 2000. Perhitungan susut pengeringan :

3.3.6. Kadar abu

Lebih kurang 2 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang dimasukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang Depkes, 2000. Perhitungan kadar abu : Ket. W = berat cawan kosong gram W1 = berat cawan + sampel uji gram W2 = berat cawan + abu gram Susut pengeringan = – x 100 Bobot awal 21 UIN Syarif Hdayatullah Jakarta

3.3.7. Analisa angka kapang