Mo MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN

58 tentang analisis dari apa yan dan yang benar. Dan guru bi ersihan, 9.3 Menampilkan perilak erasional, akan m udahkan mermuskan indikator kecakapan yang akan dicapai.

C. Mo

beberapa praktik yang mendukung motiva uru yang ru yang mereka lakukan pada waktu fase eksplorasi. Pada waktu kegiatan eksplorasi, siswa diminta membaca, mendengar atau berdiskusi tentang sesuatu, maka pada fase elaborasi, siswa diminta memberikan sebuah pendapat g mereka baca atau dari apa yang mereka diskusikan. Pada fase konfirmasi, dengan sasaran taksonomi Bloom psikomotor dan level kecakapan yang akan dicapai adalah pembiasaan, maka kegiatan yang dilakukan adalah siswa bisa mengangkat kasus yang salah sa menjelaskan mengapa salah dan mengapa benar. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah, kata kerja operasional dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SKKD. Kata kerja operasional tersebut memiliki keterkaitan dengan ranah dalam taksonomi Bloom, level kecakapan sehingga memudahkan indikator kecakapan yang akan dicapaianya. SK dan KD memiliki salah satu atau lebih dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagai contoh SK 9. Memahami Ajaran Al – Hadits tentang kebersihan. Dengan KD sebagai berikut : 9.1 Membaca hadits tentang kebersihan, 9.2. Menyebutkan arti hadits tentang keb u bersih seperti dalam kehidupan sehari-hari. Kata kerja operasional memahami, membaca, menyebutkan dan menampilkan bisa dirujuk kepada level taksonomi Bloom dengan level kecapakan yang akan dicapai. Dengan memperhatikan kata kerja op em tivasi dan Pembelajaran di Kelas Peneliti pada University of Notre Dame, Dolezal, S.E, Welsh, L.M., etc tertarik dengan apa yang dilakukan guru untuk memotivasi keterlibatan akademik siswa dan berusaha membandingkan praktik pengajaran yang mendukung atau meruntuhkan motivasi. Menurut mereka ada si belajar siswa, seperti di bawah ini : Tabel 1 : Contoh praktek yang men Praktik-praktik G dukung dan meruntuhkan motivasi Praktik-praktik Gu 59 mendukung motivasi meruntuhkan motivasi Menganggap siswa akuntabel Atribusi berdasarkan kemampuan Memberikan pekerjaan rumah yang Mendukung perkembangan dorongan sesuai Mencek pemahaman siswa Memberikan kerangka kerja pendukung Lingkungan kelas yang positif Kurang memantau pekerjaan siswa Memiliki tujuan dan ekspektasi yang s dengan tingkat jelas Memberikan tugas-tuga kesulitan yang rendah Menggunakan pembelajaran yang perencanaan yang buruktidak kooperatif Memiliki lengkap Memiliki tugas-tugas sulit yang dapat i tingkat kecepatan yang terlalu dikerjakan siswa Memilik rendah Memantau pekerjaan siswa Memiliki lingkungan kelas yang negatif Memberikan dorongan yang positif tek pembelajaran Menggunakan prak yang tidak inspiratif Memberikan pengajaran tentang nakan menejemen kelas yang strategi Menggu negatif Menghargai siswa Tidak menunjukkan hubungan Menstimulasi pemikiran kognitif eritahuan kepada Menggunakan pemb publik dan hukuman Sumb S h terhadap motivasi belajar siswa adalah keterampilan guru dalam mengajar. er : Richard I Arends, Learning to Teach, terjemahan, Helly Prajitno oetjipto Sri Mulyantini Soetjipto, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Apa yang disimpulkan dari hasil penelitian Dolezal tersebut didasarkan atas penelitian kepada sikap guru-guru SD yang di Indiana, US. Menurut penulis, dari kesimpulan tersebut memiliki relevansi dengan usaha guru untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa di kelasnya. Praktik-praktik yang mendukung atau meruntuhkan motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi apa yang dilakukan oleh guru. Siswa memberikan respon dari apa yang dilakukan oleh guru. Hal yang juga berpengaru 60 abel 7 sebagai berikut : Borich 60 menyatakan terdapat empat hal yang mempengaruhi keterampilan guru dalam mengajar, yaitu karakteristik kepribadian seperti motivasi berprestasi, ketepatan directness, dan fleksibilitas, sikap seperti motivasi untuk mengajar, empati terhadap siswa, dan komitmen, pengalaman seperti lama mengajar, pengalaman dalam mengajar suatu materi, dan pengalaman pada level kelas tertentu, dan bakat atau prestasi seperti skor pada tes kemampuan, indeks prestasi, dan hasil evaluasi mengajar. Untuk lebih jelasnya, keempat faktor tersebut dapat dilihat dalam T Tabel 2 : Faktor-Faktor yang mempengaruhi keterampilan guru mengajar No. Kepribadian Sikap Pengalaman BakatPrestasi 1. Suka memberi kebebasan permissiveness Motivasi untuk mengajar Lama mengajar Ujian guru tingkat nasional 2. Dogmatisme Sikap terhadap siswa Pengalaman dalam mengajar suatu materi Ujian kelulusan 3. Otoritarian Sikap terhadap proses mengajar Pengalaman pada level kelas tertentu Tes Bakat Skolastik Scholastic Aptitude Test, terdiri dari verbal dan kuantitatif 60 Gary D. Borich, Effective teaching Methods, Merill Publishing.co, 1998 61 4. Motivasi berprestasi Sikap terhadap otoritas Pengalaman dalam mengikuti workshop Tes Kemampuan Khusus, seperti kemampuan penalaran, kemampuan logis, dan kelancaran verbal verbal fluency 5. Introvert- Ekstrovert Ketertarikan vokasional Mengikuti kursus setelah tamat pendidikan Indeks prestasi, baik kumulatif maupun pada subjek utama 6. Abstrak Sikap terhadap Tingkat Rekomendasi abstractness- Konkret concreteness dirinya konsep diri pendidikan profesional 7. Langsung directness- Berbelit indirectness Sikap terhadap materi yang diajarkan Penulisan tugas profesional professional papers written Evaluasi siswa mengenai keefektifan dalam mengajar 8 Locus of control Evaluasi mengajar 9 Kecemasan secara umum atau hanya pada saat mengajar Sumber: Borich, Effective teaching Methods, Merill Publishing.co, 1998 Dari apa yang dijelaskan oleh Borich dan Dolezal jelas, bahwa motivasi belajar siswa berkaitan erat dengan apa yang dilakukan oleh guru. Termasuk di 62 dalamnya adalah empat aspek yang dijelaskan Borich yaitu, kepribadian, bakat, sikap, dan pengalaman. Aspek kepribadian seorang guru dalam perspektif Borich memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan tuntutan Undang-Undang Guru yang mengharuskan seorang guru memiliki empat kompetensi 61 , diantaranya kompetensi kepribadian. 62 Jika melihat penjelasan dari Peraturan Pemerintah PP No. 19 tahun 2005, kompetensi yang dimaksud dalam PP ini lebih kepada kemampuann guru dalam mengelola perilakunya. Sementara Borich mengaskan kepribadian guru lebih kepada aspek psikologis yang ada pada setiap individu. Kompetensi yang dijelaskan Borich menurut penulis lebih spesifik menjelaskan setiap aspek yang dimiliki seorang guru kaitannya dengan proses pembelajaran. Sebagai contoh, aspek sikap, pengalaman dan prestasi yang dijelaskan Borich lebih jelas dan fokus 61 Louise Moqvist 2003 seperti dikutip Ahmad Sudrajat dalam artikelnya : Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah, mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes 1992 menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.” Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan be able to do seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Diakses dari http:akhmadsudrajat.wordpress.com20080121kompetensi-guru-dan-peran-kepala-sekolah-2 pada tanggal 12 Juli 2010. 62 Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu : 1 Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b pemahaman terhadap peserta didik; cpengembangan kurikulum silabus; d perancangan pembelajaran; e pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f evaluasi hasil belajar; dan g pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2 Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: a mantap; b stabil; c dewasa; d arif dan bijaksana; e berwibawa; f berakhlak mulia; g menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; h mengevaluasi kinerja sendiri; dan i mengembangkan diri secara berkelanjutan. 3 Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : a berkomunikasi lisan dan tulisan; b menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik; dan d bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 4 Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a konsep, struktur, dan metoda keilmuanteknologiseni yang menaungikoheren dengan materi ajar; b materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. 63 terhadap sikap-sikap seorang guru yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sementara dalam PP No. 19 tahun 2005 aspek kompetensi tersebut tidak berkaitan langsung dengan proses pembelajaran di kelas. Sebagai contoh aspek kompetensi sosial yang menitikberatkan bagaimana peran guru dalam lingkup sosial di masyarakat. Jika dibandingkan dengan kompetensi guru yang diterapkan oleh National Board for Profesional Teaching Skill telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu: 63 1. Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup : a penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, b pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, c perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan d misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa. 2. Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Students mencakup : a apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, b kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran c mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara multiple path. 3. Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning mencakup: a penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, b menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok group setting, kemampuan untuk memberikan ganjaran reward atas keberhasilan siswa, c menilai kemajuan siswa secara teratur, dan d kesadaran akan tujuan utama pembelajaran. 4. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience mencakup: a Guru secara terus menerus menguji diri untuk 63 Diakses dari http:www.nbpts.orgUserFilesFilewhat_teachers.pdf pada tanggal 12 Juli 2010 64 memilih keputusan-keputusan terbaik, b guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran. 5. Teachers are Members of Learning Communities mencakup : a guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, b guru bekerja sama dengan tua orang siswa, c guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat. Kompetensi guru yang diterapkan oleh National Board for Profesional Teaching Skill dengan kompetensi guru yang ditekankan dalam PP No. 19 ini tidak harus dibandingkan secara vis a vis atau berhadapan. Karena masing-masing memiliki culture, frame dan tujuan serta maksud yang berbeda. Namun demikian, menjadi penting untuk melakukan telaah atas kompetensi tersebut kaitannya dengan aspek yang berhubungan dengan menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa. Selain itu kedua kebijakan yang ada di Indonesia atau di Amerika tersebut memiliki kesamaan visi untuk meningkatkan mutu guru di masing-masing Negara. Aspek kemampuan menumbuhkan motivasi belajar pada diri guru mutlak diperlukan sebab guru akan berinteraksi secara langsung dan setiap hari dengan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Proses interaksi yang dilakukan guru menyangkut proses komunikasi. Seperti dijelaskan oleh Borich yang menjelaskan berbagai macam perilaku guru yang bisa menumbuhkan atau meruntuhkan motivasi siswa. Sejalan dengan pendapat Borich, Ilardo yang dikutip Patricia H. Hamm, menjelaskan perlunya guru memiliki kemampuan persuasive sebagai bagian dari menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menurut Iliardo yang dijelaskan Patric H Hamm, pendekatan persuasif, adalah proses komunikas untuk mengubah kepercayaan, sikap, niat atau perilaku lain baik secara sadar atau tidak sadar menggunakan kata-kata verbal atau pesan non verbal. Pendekatan persuasive digunakan untuk mempengaruhi baik individu atau kelompok untuk menerima situasiposisi tertentu atau keyakinan. Pendekatan persuasive membutuhkan 65 pemahaman yang jelas dari audience dan intensitas yang focus dari pendengarnya. 64 Menurut Patricia H. Hamm, guru sebagai pembicara harus membawa audience melalui lima tahap pemahaman dalam pendekatan persuasif . Yaitu , 1 peka terhadap persoalan yang dihadapi audience 2 memahami persoalan 3 memahami solusi yang ditawarkan 4 memberikan gambaran terhadap dampak dari solusi yang ditawarkan 5 memahami bagaimana audience melakukan solusi. Tahapan kepekaan dari pendekatan persuasive dalah pengenalan terhadap akar masalah atau situasi. Hal ini sesuai dengan kemampuan atau kompetensi guru dari aspek sosial seperti yang diamanatkan dalam PP. No. 19 tahun 2005. Atau sesuai dengan Teachers are Committed to Students and Their Learning yang diterapkan National Board for Profesional Teaching Skill. Apa yang diutarakan di sub bab atas menjadi dasar pemikiran pengembangan motivasi dan learning cycle. Yaitu menggabungkan teori motivasi dari Wayne Harlen Ruth Deakin Crick dengan Learing Cycle model Permendiknas No. 41. tahun 2007. Secara definisi motivasi dan learning cycle adalah model pembelajaran yang memperhatikan penguatan motivasi belajar melalui kegiatan pembelajaran. Motivasi yang dimaksud baik berupa perhatian terhadap motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Bagaimana guru mendorong motivas- motivasi tersebut –intriksik dan ekstrinsik muncul dalam proses pembelajaran. Motivasi dan learning cycle adalah model pembelajaran yang memperhatikan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang memperhatiakn berbagai indikator motivasi belajar siswa yang harus didorongdirangsang oleh guru. Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan maksimal, dimana keterlibatan siswa dalam pembelajaran aktif dan partisipatif. motivasi dan learning cycle adalah mengintegrasikan perhatian terhadap aspek motivasi dengan pembelajaran berbasis learning cycle. 65 64 Patricia H. Hamm,,Teaching and Persuasive Communication: Class Presentation Skills: a handbook for faculty, teaching assistants and teaching fellows, Brown University, A publishing, 2006, 10-11. 65 Lihat catatan kaki nomor 13 dan 30 pada Bab 1. 66 Model pembelajaran motivasi dan learning cycle sama halnya dengan model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu. Dimana pembelajaran memperhatikan aspek individu seperti kemampuan yang berbeda, suasana kelas dan strategi yang tepat untuk pembelajaran. Dalam hal ini model motivasi seperti apa yang harus diberikan kepada siswa dalam pembelajaran sehingga mereka –siswa, bisa menanamkan secara sadar nilai-nilai yang didiskusikan selama proses pembelajaran. Model pembelajaran motivasi dan learning cycle juga sangat memperhatikan fitur-fitur kelas yang ditawarkan oleh Richard. Perhatian terhadap apa yang terjadi di kelas tersebut dijembatani dengan system komunikas interpersonal yang ditawarkan oleh motivasi dan learning cycle. Sifat kelas yang heterogen dan multidimensional membutuhkan kemampuan komunikasi yang sampai pada tingkat empati dengan tetap menegakan sistem yang dibangun oleh guru di kelas tersebut. Motivasi dan learning cycle dalam aplikasinya menggandeng teori learning cycle atau siklus belajar yang memusatkan kepada aktivitas siswa. Artinya setelah guru memperhatikan individu siswa dengan menggunakan pendekatan persuasive, guru mengkolaborasikan pembelajaran menggunakan learning cycle yang sesuai dengan SK dan KD yang sedang dipelajari. 68

BAB III PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP

Dokumen yang terkait

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

0 3 108

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Active Learning Di Sma Negeri Jumapolo Tahu

0 2 17

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Active Learning Di Sma Negeri Jumapolo Tahu

0 4 18

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V Sumayyah Di Sekolah Dasar Islam Internasional Al Abidin Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 17

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penerapan Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 2

0 0 16

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penerapan Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 2

0 1 15

IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA POKOK BAHASAN PENGURUSAN JENAZAH.

3 13 56

Pengaruh Motivasi Guru Terhadap Kompetensi Guru dalam Mewujudkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

0 3 9

PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (E-LEARNING) TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 3 27

REFLECTIVE LEARNING SEBAGAI PENDEKATAN ALTERNATIF DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 0 10