BAB IV PROSEDUR DAN LANGKAH PENERAPAN
MOTIVASI DAN LEARNING CYCLE DALAM PEMBELAJARAN
Motivasi yang diberikan oleh guru masih bersifat ekstrinsik atau faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dari luar diri individu siswa. Motivasi
yang diberikan oleh guru tersebut sangat bergantung kepada kemampuan guru untuk menyesuaikan materi pembelajar dengan strategi, metode, model, alat atau
media pembelajaran yang dilakukan. Pengukuran motivasi belajar siswa, lebih didasarkan pada aspek eksternal
yang dibangun atau dimodifikasi oleh guru dengan berbagai stimulusnya. Stimulus yang dimaksud adalah segala upaya baik secara administratif seperti
Silabus, RPP, LKS, penilaian maupun behavior seperti cara berkomunikasi verbal atau non verbal, alat peraga, praktek, based on experiences berdasarkan
problempengalaman keseharian yang dilakukan guru untuk mempengaruhi perilaku belajar siswa.
Stimulus tersebut bisa sekaligus berupa respon seperti bentuk komunikasi yang dilakukan oleh guru. Baik stimulus atau respon tersebut memberikan
pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini didasarkan atas pendapat Richard Kindsvatter
1
yang berpendapat bahwa penggunaan feedback umpan balik dengan penguatan verbal dan non verbal dan penggunaan pujian yang
efektif dapat memberikan pengaruh terhadap siswa. Siswa akan terbangun motivasi belajarnya ketika apa yang dilakukan oleh
guru menarik. Dan hal tersebut masih sangat mungkin diusahakan oleh guru. Berdasarkan penelitian lapangan sederhana yang dilakukan oleh penulis tentang
kemampuan guru meningkatkan motivasi belajar siswa ada korelasi positif bahwa motivasi siswa meningkat ketika guru mampu menampilkan pembelajaran yang
1
Richard Kindsvatter, Wilen dan Margaret Ishler, Dynamics Of Effective Teaching, New York : Longman publishers, 1996, 53
102
aktif dengan strategi dan metode pembelajaran yang tepat, dan didukung oleh media atau alat pembelajaran yang tepat.
Yang terakhir ini sangat menentukan ketertarikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Pendapat dari Richard Kindsvatter inilah yang dijadikan
dasar pengukuran indikator faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor-faktor eksternal tersebut diejawantahkan dalam indikator
respon guru yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di kelas.
2
A.
Model Pendekatan Motivasi dan Learning Cycle
Model pendekatan Motivasi dan Learning Cycle yang dimaksud adalah upaya seorang guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pengukuran motivasi belajar siswa, lebih didasarkan pada aspek eksternal yang
dibangun atau dimodifikasi oleh guru dengan berbagai stimulusnya. Stimulus yang dimaksud adalah segala upaya baik secara administratif seperti Silabus, RPP,
LKS, penilaian maupun perilaku seperti cara berkomunikasi verbal atau Non verbal, alat peraga, praktek, based on experiences berdasarkan
problempengalaman keseharian yang dilakukan guru untuk mempengaruhi perilaku belajar siswa.
Stimulus atau respon tersebut bisa merupakan feedback baik dalam bentuk komunikasi verbal atau non verbal yang dilakukan oleh guru. Feedback yang
diberikan tersebut memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini didasarkan atas pendapat Richard Kindsvatter
3
yang berpendapat bahwa penggunaan feedback umpan balik dengan penguatan verbal dan Non verbal dan
penggunaan pujian yang efektif dapat memberikan pengaruh terhadap siswa.
2
Lihat tabel 4 : Jenis Stimulus dan Respon Guru
3
Richard Kindsvatter, William Wilen dan Margaret Ishler, Dynamics Of Effective Teaching, New York : Longman, USA, 1996, 53.
103
Pemberian feedback terhadap siswa memberikan pengaruh terhadap konsep diri siswa. Guru harus berhati-hati memberikan umpan balik untuk
perbaikan atau koreksi atas kekeliruan yang dilakukan siswa. Kekurangsesuaian jenis umpan balik yang diberikan akan berdampak kepada perasaan tidak enak,
pesimistis, tidak memiliki motivasi, atau tidak memiliki harga diri karena selalu mendapat teguran guru. Belum mampunya guru memberikan penghargaan dan
pengakuan atas setiap upaya proses yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran berdampak pada ketidakjelasan konsep diri yang dimiliki
siswa.
4
Model pendekatan Motivasi dan Learning Cycle yang dibangun adalah sebagai berikut :
• Pendekatan Komunikasi verbal dan non verbal Pendekatan komunikasi yang menjadi bagian dari model Motivasi dan
Learning Cycle dimaksudkan untuk membangun sebuah proses komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa. Dimana guru memberikan perhatian yang lebih terhadap faktor- faktor interpersonal siswa. Ini dimaksudkan agar siswa bisa memahami diri
mereka sendiri dan memiliki rasa tanggungjawab terhadap diri sendiri maupun kelompoknya.
5
Komunikasi yang dibangun oleh guru bisa berupa stimulus atau respon seperti : mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan siswa, membantu individu
siswa, membantu kelompok diskusi, komunikasi verbal positif memuji individu, memuji kelompok : bertepuk tangan, memuji hasil kerja kelompok, menyebut
4
Makalah Didin Budiman, “Perbandingan Pengaruh Pemberian Umpan Balik Positif positive feedback dan umpan balik betral neutral feedback dalam Pembelajaran Penjas
Terhadap Pembentukan Konsep Diri Yang Positif Siswa SD”, diakses dari http:file.upi.eduDirektoriFFPOKJUR.PEND.OLAHRAGADIDINBUDIMANJournalsept08.p
df pada tanggal 17 Juni 2010. Menurut budiman hal terpenting lagi adalah guru tetap memiliki
pendirian yang konsisten terhadap ucapan dan perilakunya. Guru yang baik adalah guru yang selalu berupaya mendengarkan dan memperhatikan segala hal yang diutarakan siswa untuk
memperbaiki kinerja pembelajaran.
5
Rudi Susilana, “Model-Model Pembelajaran berdasarkan Teori Belajar, Makalah kuliah FAK Ilmu Pendidikan”, dalam bentuk power point, Bandung: UPI, 2009.
104
nama siswa, memberi perhatian kepada individu siswa : tentang kesehatan, kondisi di rumah dsb, memberikan humor, menghimbau individu, komunikasi
verbal negative menghardik, menegur individu, Komunikasi non verbal berkeliling kelas, tersenyum, kontak fisik secara positif, kontak fisik secara
negative, kontak mataice contact, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanyamengemukakan pendapatmenjawab, menyiapkan alatmedia
pembelajaran yang berkaitan dengan materi, memberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman pribadi siswa yang berkaitan dengan pelajaranmateri,
menghubungkan dengan problem yang biasa dialami sehari-hari problem based learning, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan sendiri praktek.
6
Stimulus atau respon yang diberikan oleh guru tersebut mendorong munculnya faktor motivasi belajar siswa, seperti : guru mengajukan pertanyaan
akan mendorong self efficacy siswa, menjawab pertanyaan siswa memunculkan self efficacy dan self esteem, komunikasi verbal memunculkan motivasi self
efficacy, self esteem, goal orientation. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanyamengemukakan pendapatmenjawab memunculkan motivasi self
efficacy, self esteem. Menyiapkan alatmedia pembelajaran yang berkaitan dengan materi memunculkan motivasi self regulation, goal orientation. Memberi
kesempatan untuk menceritakan pengalaman pribadi siswa yang berkaitan dengan pelajaranmateri memunculkan motivasi self efficacy, self esteem.
Menghubungkan dengan problem yang biasa dialami sehari-hari problem based learning memunculkan motivasi self regulation, goal orientation, memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan sendiri praktek memunculkan motivasi self regulation, goal orientation.
Stimulus dan respon guru tersebut dalam kerangkan Teori Wayne Harlen Ruth Deakin Creek adalah termasuk bagian dari motivasi eksternal. Penulis
sendiri lebih mendefinisikan stimulus dan respon sebagai motivasi eksternal jenis teacher support. Namun perlu diperjelas bahwa untuk stimulus atau respon guru
6
Sumber : Pengembangan dari teori Wayne Harlen Ruth Deakin Crick 105
sebenarnya menjadi bagian dari perilaku yang bisa dikatagorikan perilaku atau kemampuan individu guru yang berhubungan dengan karakter guru dan
kemampuan pedagogynya. Kemampun lain yang dilihat adalah dengan melihat hasil analisys RPP, alat peraga, LKS dan jalannya diskusi yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Sebagai contoh, sikap atau perilaku guru dalam hal : komunikasi verbal,
komunikasi non verbal adalah kemampuan komunikasi individu guru yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dan kemampuan ini dikatagorikan sebagai
kemampuan intrinsik lebih bersifat kerpibadianperformance pribadi guru. Sementara kemampuan ekstrinsik dari guru adalah kemampuan guru dalam
membuat RPP, LKS lembar kerja siswa, penggunaan ICT, menghubungkan dengan problem keseharian dan pengalaman siswa, adalah kemampuan pedagogy
guru. Sementara guru membantu diskusi, dan memberi tugas termasuk kepada teacher support.
Menurut Hasibuan yang dikutip oleh Sintya Pujiastuti, pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah
antara guru dan siswa. Selain itu guru juga mendorong keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya. Sintya
menjelaskan bahwa pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan belajar sehingga anak akan lebih mudah menguasai materi atau
konsep yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang. Hal ini didasarkan atas pendapat Blosser dalam bukunya yang berjudul “Research
Matters-to the Science Teacher No.9001. Using Question In Science Classrooms” yang dikutip Syntia bahwa salah satu metode untuk merangsang siswa
berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan pertanyaan.
7
7
Syntia Pujiastuti, ”Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran”, diakses dari http:www.sd-binatalenta.comarsipartikelartikel_tya.pdf
pada tanggal 15 Juni 2010. 106
Dengan demikian, keberanian dan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan bisa dijadikan indikator adanya motivasi belajar siswa. Secara spesifik
keberanian bertanyaan atau menjawab dari siswa berhubungan dengan self efficacy siswa. Self efficacy ini berhubungan dengan faktor intrinsik dari motivasi
belajar siswa. Membantu individu atau kelompok ketika berdiskusi atau mengerjakan
tugas menjadi hal yang dapat mendorong atau meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan melakukan bantuan atau bimbingan individu atau kelompok, guru
bisa mengetahui problem belajar yang dihadapi oleh siswa. Sehingga guru mampu memberikan bantuan yang tepat.
Dari sisi komunikas verbal dan non verbal, menurut penulis bisa mendorong motivasi belajar siswa. Seorang guru yang memberika pujian,
bertepuk tangan atas hasil kerja atau jawabanpertanyaan siswa, memberikan perhatian tentang kesehatan, kondisi di rumah, memberikan humor, memberikan
dampak yang besar terhadap proses pembelajaran. Termasuk komunikas non verbal seperti tersenyum, kontak mata secara positif, kontak fisik secara positif
atau berkeliling kelas, juga memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Respon guru dalam hal komunikasi ini berpengaruh terhadap suasana
diskusi dan suasana kelas. Di kelas yang guru-gurunya memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa, suasana diskusi dan suasana kelas sangat aktif. Siswa
terlihat asik mengerjakan tugas dari guru dengan bantuan LKS serta memberikan respon yang positif terhadap apa yang ditugaskan kepada mereka dalam
kelompok. Sementara di kelas-kelas yang tidak banyak memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa, siswa terlihat pasif untuk terlibat langsung dalam
setiap kegiatan kelompok. Hal yang jarang dilakukan oleh guru adalah memberi perhatian secara
individu menyangkut hal kesehatan, kondisi di rumah, hambatan dalam pembelajaran di kelas dan disekolah. Padahal menurut penulis, perhatian terhadap
individu siswa memberikan efek yang besar terhadap siswa secara psikologis. Ini
107
berkaitan dengan upaya guru untuk mengetahui hambatan-hambatan belajar yang dialami oleh siswa.
8
Hal yang juga jarang dilakukan oleh guru-guru adalah menyelipkan humor dalam proses pembelajaran. Bagian untuk mendorong motivasi belajar siswa juga
adalah memberikan humor cerdas. Sebagaimana dikatakan oleh Ron Burgess yang dikutip Michael G. Lovorn, mengatakan :
”tertawa dan humor akan menarik perhatian anak-anak, sehingga membantu mereka menyimpan informasi belajar mereka. Humor juga membantu
mengurangi ketegangan di anak-anak dan Anda guru. Tertawa adalah penghilang stress. Hal ini dapat membuat hari-hari sekolah tampak lebih pendek
dan meringankan beban Anda. Ini dapat membantu Anda mengatasi krisis, istirahat dari aktivitas yang monoton, dan hidup lebih lama”.
9
Persoalannya memang tidak semua guru memiliki kelebihan atau kemampuan untuk membuat humor yang cerdas.
Pendekatan komunikasi ini berpengaruh terhadap motivasi intrinsik siswa seperti self esteem, self efficacy, self regulation, goal orientation dan motivasi
intrinsik lainnya. Kemampuan komunikasi guru menempatkan guru sebagai motivator dan sekaligus menjadi kanselor bagi siswa. Pada posisi ini guru
diharapkan bisa memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi siswa. Stimulus dan respon sebagai bentuk feedback dalam proses pembelajaran
tersebut mempengaruhi persepsi siswa terhadap guru. Persepsi siswa tersebut berkaitan dengan respon siswa selama proses pembelajaran. Respon yang
diberikan tersebut seperti : mengajukan pertanyaan self efficacy, menjawab
8
Makalah Hidayat :” Identifikas hambatan Perkembangan Belajar dan Pembelajaran”, disampaikan pada Workshop Pengenalan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ABK
Strategi Pembelajarannya“ Balikpapan 25 Oktober 2009 – Hotel Pacific. Dalam makalahnya Hidayat menjelaskan Hambatan perkembangan belajar yang banyak dialami oleh siswa Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah itu disebabkan oleh faktor internal pada diri anak yang tentu saja berimplikasi kepada kesulitan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Sehingga dalam
memecahkan permasalahan belajar anak seperti ini, kita harus mulai dari kondisi dalam diri internal anak.
9
Michael G. Lovorn, “Humor in the Home and in the Classroom: The Benefits of Laughing While We Learn”, Journal of Education and Human Development: California State
University, Long Beach, Volume 2, Issue 1, 2008,
ISSN 1934-7200, 6. 108
pertanyaan siswaguru self efficacy, mengerjakan tugas dari guru goal orientation, merlibat aktiv dalam diskusi self esteem, inisiatif dan aktif self
esteem, tertarik dengan startegi, metode pembelajaran yang disampaikan guru, berani bercerita self efficacy, melakukan praktek langsung goal orientation,
rasa percaya diri tinggi self efficacy, berorientasi kepada penguasaan materikeinginan untuk bisa goal orientation, berorientasi kepada hasil
nilaikeinginan untuk mendapat nilai bagus goal orientation, pengaturan diri : kemampuan untuk memahami tugas dan menyesuaikan dengan tugas self
regulation, pendekatan model, strategi, metode dan keterampilan pembelajaran yang digunakan guru penerapan LC
Seperti dijelaskan pada Bab 1 bahwa pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan model learning cycle LC. LC melalui kegiatan dalam tiap fase
mewadahi pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Dengan
demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses
pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan
skema dalam diri siswa menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
10
Implementasi LC dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu: siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa, informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.
Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan
masalah.
10
Artikel diakses dari http:library.um.ac.idimagesstorieslptksuwPenerapan
”Model Siklus Belajar” pada tanggal 18 Juni 2010.
109
Dari proses pembelajaran yang menggunakan LC guru bisa mengembangkan pembelajaran dengan berbagai macam model pembelajaran.
Model pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Dalam pembelajaran yang menggunakan LC,
guru memikirkan apa yang harus dilakukan oleh siswa dalam setiap fase LC.
11
Proses pembelajaran berbasis LC juga menyangkut bagaimana guru mengelola proses diskusi yang dilakukan oleh siswa. Ini berkaitan degan
bagaimana siswa belajar aktif secara bermakna dengan bekerja dan berfikir. Dalam pengelolaan diskusi kelompok berkaitan erat dengan cara pembagian
kelompok, penamaan kelompok, cara membagikan LKS, alat bantu diskusi yang tersedia, suasana kerja kelompok dan cara siswa mempresentasikan.
Keberhasilan penerapan LC, dipengaruhi oleh perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh guru. Dalam hal ini, guru menyiapkan lembar kerja siswa
yang menjadi guidance, bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. LKS ini menjadi penting dalam kerangkan menerapkan
pembelajaran berbasis LC. Penggunaan LKS ini berkaitan dengan strategi belajar menggunakan pemecahan masalah problem solving.
B.
Prosedur dan Langkah Penerapan Motivasi dan Learning Cycle
Pelakasanaan pendekatan motivasi dan learning cycle dalam pembelajaran membutuhkan persiapan yang matang dari guru bersangkutan.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Untuk menerapkan motivasi dan learning cycle tersebut, guru perlu melakukan beberapa persiapan
dan perencanaan sebelum masuk kelas. Diantaranya sebagai berikut : 1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
11
Lihat catatan kaki no 69 pada Bab II. 110
Clarck dan Lampert sebagaimana dikutip Richard I Arends menjelaskan bahwa perencanaan guru adalah determinan utama dari apa yang diajarkan di
sekolah.
12
Masih menurut Richard, perencanaan yang baik melibatkan kegiatan mengalokasikan penggunaan waktu, memilih metode pengajaran yang tepat guna,
menciptakan minat siswa dan membangun lingkungan belajar yang kondusif. Sementara menurut Richard Kindsvatter,
13
menjelaskan bahwa “ plans are guiding students involvement in learning activities”. Dimana RPP yang dibuat
guru menjadi petunjuk bagi keterlibatan dan aktivitias siswa dalam pembelajaran. Menurut penulis, apa yang dijelaskan oleh Richard I Arend dan Richard
Kindsvatter tersebut sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses yang didalamnya mengatur tentang pembuatan RPP. Selain itu,
dalam penyusunan RPP menurut Richard disebutkan bagian dari RPP adalah menciptakan minat siswa. Ini berarti, perencanaan pembelajaran juga menyentuh
aspek motivasi yang dibangun oleh guru dalam proses pembelajarannya. Dalam membuat RPP, berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007
mencakup tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu ; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan menyangkut kegiatan
apersepsi. Dalam kegiatan apersepsi seperti pernah dijelaskan pada Bab III dengan melihat apa yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah yang ada di Indramayu dan
Subang, guru belum mengeksplor kegiatan apersepsi. Padahal sebagai bagian dari kegiatan mendorong motivasi awal untuk belajar, apersepsi dilakukan untuk
mengantarkan siswa kepada topik atau kompetensi yang akan dipelajari. Kegiatan apersepsi sendiri bisa menggunakan beberapa cara, seperti permainan,
menjelaskan langsung kompetensi, mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya. Untuk mengantarkan sebuah kompetensi dalam kegiatan apersepi, guru
bisa menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang ringan. Seperti pertanyaan “apa yang kamu pikirkan ketika melihat sebuah sajadah”, atau ”ketika mendengar
12
Richard I Arends, Learning to Teach, terjemahan Helly Prajitno Sortjipto, Sri Mulyantini Soetjipto, Jakarta : Pustaka Pelajar, 2008, 97.
13
Richard Kindsvatter, William Wilen, Margaret Ishler, Dynamics of Effective Teaching, 143
111
adzan”, atau “ketika melihat orang berwudhu”. Pertanyaan tersebut mengantarkan siswa untuk berfikir mengenai tema awal yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan. Dalam menyusun RPP, guru juga memperhatikan maq
āṣid al-sharī’at yang akan sesuai dengan materi. Hal ini berkaitan dengan penanaman nilai yang
ingin ditanamkan kepada siswa sebagai bagian dari tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk menentukan atau memilih maq
āṣid al-sharī’at yang sesuai, guru harus melihat karakteristik dari Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar SKKD yang akan disampaikan. Sebab setiap SK dan KD memiliki nilai akhlak yang ingin ditanamkan kepada siswa. Satu SK atau KD bisa
mencakup lebih dari satu maq āṣid al-sharī’at.
14
Penentuan maq āṣid al-sharī’at
ini berhubungan dengan aktivitas yang akan dilakukan oleh siswa pada kegiatan inti. Seperti diketahui dalam kegiatan
inti seperti yang dijelaskan oleh Permendiknas No. 41 tahun 2007, mencakup tiga fase, eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Menurut penulis, kegiatan inti dalam
Permendiknas No. 41 tahun 2007 ini mengadopsi konsep learning cycle seperti yang telah dijelaskan dalam Bab II. Setiap SK dan KD memiliki kata kerja
operasional yang perlu diperhatikan. Kata kerja operasional tersebutlah yang akan menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan oleh siswa.
Permendiknas No. 41 tahun 2007, berorietasi kepada student center. Berdasarkan hal ini, penting untuk dipikirkan dalam pembuatan RPP oleh guru
adalah apa yang harus dilakukan oleh siswa dalam setiap fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam menentukan aktivitas yang akan dikerjakan oleh siswa
harus berdasarkan pada kata kerja operasional yang ada dalam SK dan KD. Selain itu guru juga harus menyesuaikan dengan maq
āṣid al-sharī’at yang akan
14
Lihat catatan kaki no 13 pada Bab II 112
ditanamkan. Kata kerja operasional yang ada dalam SK dan KD juga menunjukkan apa yang akan dicapai sesuai dengan taksonomi Bloom.
15
Dalam membuat RPP, Richard Kindsvatter, membagi dua RPP, yaitu unit plan dan daily lesson plan formats. Keduanya masuk dalam katagori short and
long range planning. Unit plans, adalah tahap dasar dari perencanaan pembelajaran. Unit plans digunakan untuk dasar pengembangan set perencanaan
pengajaranpembelajaran harian, dan bisa perpanjang mulai dari satu samapi enam minggu atau lebih.
16
Daily plans adalah sekedul pendekatan guru dan gambaran aktivitaas pembelajaran siswa dengan beberapa keterangan yang detil. Masih menurut
Richad Kindsvatter, RPP yang disediakan guru dengan pengorganisasian dan perintahpenugasan harian yang spesifik.
17
RPP berdasar unit plans yang dibuat Richads Kindsvatter memiliki unsur sebagai berikut : 1 tujuan goals 2 Topik yang akan disampaikan topics 3
Prosedur pelaksanaan intuctional procedures 4 evaluasi evaluation 5 Sumber atau resources. Sebagai contoh, penulis akan sajikan contoh unit plans dan Daily
lesson-Plan Formats yang dibuat Richard Kindsvetter .
18
Model unit plans atau daily lesson-plans formats yang digunakan oleh Richard Kindsvatter seperti di bawah ini :
Unit Plan Richard Kindsvatter Unit focus : Aging
Grade : 6
15
Richard Kindsvatter, William Wilen, Margaret Ishler, Dynamics of Effective Teaching, ,161-163, baca juga Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta : Kencana 2004,
140.
16
Richard Kindsvatter, William Wilen, Margaret Ishler, Dynamics of Effective Teaching,151
17
Richard Kindsvatter, William Wilen, Margaret Ishler, Dynamics of Effective Teaching,151, Lihat lampiran C
18
Richard Kindsvatter, William Wilen, Margaret Ishler, Dynamics of Effective Teaching,152-155
113
Subject : Multidisciplinary, with emphasis on reading Unit Duration : 2 weeks
I. Goals
The students will : Become familiar with varety of personalities of the elderly; infer the
importance of art as a neabs to bring togethers the older and younger generations.
Understand the role adverstisements plqy in stereotyping the elderly, determine how current music has depicted the elderly.
Analyze the ways in which the elderly interact with ather members of the family.
Realize the possibilities for a productive life in old age. Understand the contributions of the elderly from a historical
perspective. Realize how young and old people can relate socially.
Become aware of how people deal with the death of a loved one and one’s own dying.
Speculate how people in their homes and community can help and learn from the elderly.
II. Topics
Different kinds of grandparents Art as a bridge to understnding being old
Stereotyping of the elderly through advertising Elderly in today’s music
Elderly in family settings Creativity in old age
Famaous oldsters Relating to the elderly
Death and dying Helping the elderly
III. Instructional Procedures
a. Discussion based on student’s differing perceptions, ideas, and
feeling related to the issues and personalities in the book Grandpa.
114
b. Student create their own self portraits using a variety of art
mediums and draw pictures of hat they ecpect to look like when they are about 70 years of age. Individual discussions with
students on differences between portraits.
c. Students locate advertise
d. ments that show how the society depics the elderly, share with the
group, make judgements about stereotyping, and speculate how the adverstisements could be changed to a more positive view of the
elderly.
e. A variety of songs will be played related to the elderly “when I’am
64 – beatles ,”old folks” etc, student will share their opinions through discussion about the meanings of th e words and how the
elderly are depcted.
f. Role playing will be used to depict the elderly and analyze how the
elderly interact with members of the family. Several reenactments will take place based on students’ impressions, opinions, positive
and negative stereotypes, and perceptions of reality.
g. Individual students reports on famaous eldsters including
inferences about their motivations to be productive and creative beyond 70 years of age. Optional activity is student sharing of
reports to class.
h. Student will view the film “Peege” about an elderly woman
experiencing isolation in a nursing home. After the students respond individually to the questions in written form about the
film, snall groups will be formed for students to share responses, experiences, and attitudes.
i. Student read the book “About dying”. Discussion on the feelings
about the characters, their opinion about the book, and their own personal experiences with death such as with a relative, friend, or
pet.
j. Unit culmination; review of students’ learnings and appeal to
students to become actively involved in activities and programs related to the elderly in the community. Perhaps the inquiry
method can be used in the class perceives an issues that they care to investigate formally or a problem their wish to attempt to solve.
IV. Evaluation
Informal observation of students within large – and small group discussions and during listening record, viewing film, and doing
art activities.
Formal evaluation of students’ written reports on famaos oldsters. Students’ advertisements brought to school will also be graded.
115
V. Resources
a. Books “Grandpa”, Barbara Borack’ “About Dying”, Sara Bonnett
Stein; “The Family at Sunday Dinner”, Marcia Cameron,”Age and Youth in Action”, Gray Panthers, “Getting Beyond
Streotypes”, George Maddox.
b. Records, “When I’m 64”, bettles, “Old Folks”, from Jacques Brel
Is Alive and Well and Living in Paris, etc c.
Film “Peege”, Phoenix Films.
Contoh Daily lesson-Plan Formats
Form 1 lectures I.
Objectives II.
Instructional approach a.
Entry; preparation for learning b.
Presentation c.
Closure; review of learning III.
Evaluation Form 2 inquiry
I. Objectives
II. Intructional approach
a. Entry; preparation and clarification of a problem, issue, or query
b. Formation of hypotheses
c. Collection of data
d. Test hypotheses
e. Closure; drawing conclusions
III. Evaluation
Form 3 discussion; I.
Objectives II.
Intructional approach a.
Entry; identification of problems, issue, or topic
116
b. Clarification
c. Investigation
d. Closure; summary, integration, application
III. Evaluation
Form 4 simulation gamming; I.
Objectives II.
Intructional approach a.
Entry; orientation b.
Participant preparation c.
Simulationenactment operations d.
Closure; debriefing discussion III.
Evaluation Dari contoh unit plans atau daily lesson-plans formats yang digunakan
oleh Richard Kindsvatter, tergambar bahwa aspek mendorong motvasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbasis LC
digunakan. Menurut penulis tema yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran goals dalam unit plan merupakan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan
dalam pembelajaran tentang usia tua manula. Penanaman nilai tersebut dikemas dalam topik-topik pembelajaran untuk
memahami aspek social, ekonomi dan psikologis usia manula. Seperti topik tentang peran mungkin artis yang sudah tua dalam pentas musik saat ini, posisi
manula dalam keluarga, artis lama manula yang masih terkenal, hal-hal yang berubungan dengan manula, kematian dan membantu para manula.
Topik-topik tersebut dalam unit plan dilaksanakan langkah-langkah pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok setelah membaca buku
“Grandpa”. Diskusi berdasarkan buku tersebut dibedakan atau dikelompokkan
117
berdasarkan persepsi siwa, ide-ide dan perasaan yang berhubungan dengan isu-isu dan kepribadian yang ada dalam buku “Grandpa” .
19
Selain siswa diminta untuk membaca buku, siswa juga melaksanakan pembelajaran melalui bernyanyi tentang music-musik lama yang dibawakan oleh
The Beatles, melakukan permainan role playing, membuat laporan, setelah melihat tayangan film “Peege” dan sebagainya. Ini menunjukkan rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh siswa mencakup semua aspek yang ada dalam learning cycle, eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sementara Richard I Arends
dalam bukunya learning to teach menambahkan adanya time table yaitu peta kronologis yang menunjukkan bagaimana serangkaian kegiatan pengajaran
dilaksanakan dari waktu ke waktu.
20
Penilaian yang dilakukan oleh guru pun tidak dilakukan dalam bentuk daftar pertanyaan, namun dalam bentuk informal observasi ketika siswa
melakukan diskusi, sejak mereka mulai membaca, mendengar musik, menonton film dan melakukan berbagai macam aktivitas. Penilaian juga dilakukan melalui
penulisan laporan tentang artis manula yang terkenal Sementara jika melihat daily lesson-plan formats, terlihat hanya besaran-
besaran semacam guidance line tentang topic atau aktivitas yang akan dilakukan dari rencana pembelajaran pada setiap sesi. Dimana setiap sesi memiliki
penajaman aktivitas seperti membaca lecture, menemukan pemahaman atau konsep inquiry, diskusi kelompok, dan simulasi permainan. Setiap tahapan tadi
selalu menyertakan evaluasi. Format rencana pembelajaran yang digambarkan oleh Richard Kindsvatter
memang tidak lazim digunakan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan model
19
Bandingkan Unit Plan yang dibuat oleh Richard I Arend, Learning to Teach, terjemahan Helly Prajitno Sortjipto, Sri Mulyantini Soetjipto, Jakarta : Pustaka Pelajar, 2008,
124. Unit Plans yang dibuat oleh Richard I Arends memuat 1 nama unit 2 alasan untuk mengerjakan unit tersebut 3 konsep intipertanyaan esensialpemahaman”abadi”4 tujuan umum
unit yang mengandung tujuan spesifik 5 isi unit 6 sintaksis untuk unit 7 bahan dan sumber daya yang dibutuhkan 8 tugas utama dan 9 asesmen dan evaluai.
20
Richard I Arend, Learning to Teach, 125. Lihat juga Lampiran C 118
RPP yang biasa digunakan oleh guru-guru di Indonesia, RPP Richard Kindsvatter relatif lebih sederhana, dianding RPP yang biasa digunakan oleh guru di
Indonesia. RPP yang dibuat oleh guru di Indonesia mengacu kepada Permendiknas No. 41 tahun 2007.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP SMP :
Negeri 280
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas Semester : IX I
Standar Kompetensi
: 5. Memahami hukum Islam tentang penyembelihan hewan Kompetensi
Dasar : 5.1. Menjelaskan tata cara penyembelihan hewan
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit 1 x pertemuan
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menyebutkan pengertian penyembelihan menurut bahasa dan
istilah 2. Siswa dapat membedakan penyembelihan tradisional dan mekanik
3. Siswa dapat menyebutkan tata cara penyembelihan 4. Siswa dapat menentukan hewan yang halal disembelih
5. Siswa dapat membaca dalil tentang hokum penyembelihan B. Materi Pembelajaran
Penyembelihan menurut bahasa adalah = penyembelihan. Penyembelihan menurut istilah adalah mematikan hewan dengan cara
memotong dileher dan memutus urat nadi sesuai dengan ketentuan agama syara
Cara penyembelihan. 1. Tradisional :
a. Mernyembelih dengan cara orang yang bekerja b. Menyiapkan peralatan untuk penyembelihan
119
c. Hewan yang akan disembelih dibaringkan kekiri sehingga menghadap kiblat, lehernya diletakkan diatas lubang penampungan darah yang
sudah disiapkan d. Kaki diikat, dipegang kuat-kuat, kepala ditekan kebawah agar
tanduknya menancap ketanah. e. Mengucap basmallah, kemudian alat penyembelihan yang sudah
disiapkan langsung digoreskan pada leher binatang yang disembelih sehingga jalan makan, minum dan napas serta urat nadi kanan kiri
leher putus.
f. Kemudian tali pengikat dilepas agar mudah dan cepat proses kematiannya
2. Mekanik a. Sebelum binatang disembelih terlebih dahulu binatang dipingsankan
dengan cara ditotok urat sarafnya atau disetrum dengan aliran listrik. b. Setelah pingsan disembelih dengan alat penyembelihan yang sudah
disiapkan Syarat alat penyembelihan :
a. Tajam b. Tidak runcing dan tidak tumpul
c. Terbuaat dari besi dan baja, batu, bambu dan kaca d. Bukan kuku, gigi dan tulang.
Sunnah penyembelihan : a. Menghadap kiblat
b. Menyembelih pada pangkal leher c. Menggunakan alat yang tajam
d. Membpercepat dalam penyembelihan e. Melepaskan tali pengikat setelah disembelih
f. Berlaku baik dalam penyembelihan, tidak kasar. Dalil naqli yang terkait dengan penyembelihan
C. Metode Pembelajaran 1. Diskusi kelompok
2. Kunjungan ke tempat penjagalan studi kasus
120
3. Belajar kelompok D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan a. Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah
dan berdo’a b. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an selama 5 – 10 menit
c. Memberi apersepsi dengan memberikan pertanyaan tentang “tukang ayam” atau “tukang daging”. Apa yang ada dalam pikiran siswa jika
mendengar kata “tukang ayam” atau “tukang daging” atau “tukang jagal”
2. Kegiatan Inti 1. Siswa menelaah literature tentang penyembelihan hewan.
2. Siswa berdiskusi dengan KFCrumah jagal tentang tatacara penyembelihan hewan
3. Siswa membuat resume hasil diskusi 4. Shopping hasil diskusi dan saling memberi komentar
5. Penguatan 4. Penutup
- Guru memberi tugas siswa untuk menulis dalil naqli dibuku catatan siswa dan dikumpulkan.
- Guru menyuruh salah satu siswa untuk membaca haditsnya dan yang lain mendengarkan.
- Guru menyuruh salah satu siswa kedepan untuk membaca arti dari hadits yang dibaca temannya
E. Alat Sumber Belajar 1. Al-Quran dan terjemahan
2. Buku paket Pendidikan Agama Islam 3. Film tentang penyembelihan hewan
4. Buku-buku lainnya yang relevan F. Penilaian
121
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen 1. Menjelaskan
pengertian penyembelihan hewan
dan dasar hukumnya. Tes tulis
Jawaban singkat
1. Apa dasar hukum dilakukannya
penyembelihan hewan?
2. Menjelaskan tatacara penyembelihan
hewan yang baik dan benar.
Tes lisan Jawaban
singkat 1. Jelaskan secara
singkat tentang tata cara
penyembelihan hewan yang benar
menurut hukum Islam
3. Menunjukkan dalil naqli terkait dengan
penyembelihan hewan.
Penugasan Proyek
1. Carilah ayat-ayat al-Quran yang
terkait dengan penyembelihan
hewan lalu tuliskan dalam buku kerja
kalian
Dari RPP yang dibuat sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 memiliki perbedaan dengan model unit plan yang dibuat oleh Richard I Arends
dan Richard Kindsvatter, sebagai berikut : a.
Aspek goalstujuan pembelajaran : Dalam model RPP berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007, tujuan
pembelajaran lebih spesifik yang dikembangkan dari kata kerja operasional SK dan KD. Sementara dalam model Unit Plan Richard Kindsvatter memiliki
kejelasan dalam penanaman nilai yang ingin dicapai, tujuan dikembangkan dari subjek yang tidak dibatasi oleh kata kerja operasional, tujuan pembelajaran lebih
menekankan kepada nilai-nilai yang bisa capai sebagai kompetensi yang ingin dicapai.
b. Aspek materitopik :
Dalam model RPP berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007, materi dijabarkan langsung menjadi item-item yang harus dipelajari. Seperti tatacara
122
penyembelihan, pembelihan tradisional dan mekanik, dalil-dalil yang beruhubungan dengan penyembelihan dan sunah penyembelihan. Sementara
dalam model Unit Plan Richard Kindsvatter, materi tidak disampaikan secara spesifik, namun disesuaikan dengan goals yang ingin dicapai, materi berupa topik
atau tema yang disesuaikan dengan goals, seperti berhubungan dengan musik, seni, hubungan social, topik kematian dan sekarat, membantu manula serta topik
yang sesuai dengan tujuan. c.
Aspek langkah pembelajaraninstructional procedure : Dalam model RPP Permendiknas No. 41 tahun 2007, ada kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Selain itu langkah pembelajaran mengadopsi learning cycle : eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sementara
model Unit Plan Richard Kindsvatter, siswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang didasarkan pada analisa, pengembangan konsep tentang tema
yang ingin dicapai dengan berbagai macam aktivtas. Seperti diskusi, menggambar, mendengarkan musik, menonton film dan lainnya. Yang ditekankan
pada kegiatan pembelajaran adalah siswa menemukan sendiri pemahaman terhadap setiap topik yang dipelajari dengan berbagai macam kegiatan
pembelajaran. d.
Aspek evaluasi : Model RPP Permendiknas No. 41 tahun 2007, evaluasi dilakukan untuk
mengukur kompetensi yang ingin dicapai, evalusi berbentuk soal-soal dalam bentuk tes lisan dan ada juga yang berbentuk penugasan dan ada rubrik penilaian
ketika mereka melakukan kunjungan ke tempat penjagalan, atau ketika diskusi kelompok. Sementara Unit Plan Richard Kindsvatter, ada penilaian yang
didasarkan atas kegiatan yang dilakukan siswa, penilaian dilakukan dengan meminta siswa untuk membuat laporan.
e. Aspek Sumber belajar :
Sumber belajar pada model RPP Permendiknas No. 41 tahun 2007, sangat terpaku kepada buku cetak. Sementara, pada model Unit Plan Richard
123
Kindsvatter, sumber belajar diberikan kebebasan memfaslitasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan topik. Selain itu guru juga
menyediakan media pembelajaran yang berkaitan dengan topik.
21
Dari analisis di atas dapat dijelaskan bahwa kedua model RPP atau unit plan tersebut memiliki aspek untuk mendorong munculnya motivasi belajar siswa.
Bahwa masing-masing model memiliki kelemahan dan kelebihan, penulis sendiri memiliki pendapat bahwa RPP akan sangat berhubungan dengan kemampuan
guru memahami persoalan yang akan disampaikan, memiliki kreativitas dalam memperkaya aktivitas siwa, kreativitas untuk memperkaya sumber belajar dan
memperkaya topik serta nilai yang ingin dicapai. Dua model RPP dan unit plan di atas telah mengadopsi pembelajaran
berbasis learning cycle. Dari sisi pembelajaran berbasis LC ini, motivasi belajar siswa cukup terdorong. Pasalnya jika langkah-langkah pembelajaran tersebut bisa
dilaksanakan, dorongan motivasi belajar dalam bentuk keterlibatan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran akan terlihat.
2. Menyiapkan lembar kerja siswa LKS dan media pembelajaran Untuk mendorong munculnya motivasi belajar siswa, guru dianjurkan
menyiapkan lembar kerja siswa LKS berikut alat peraga yang sesuai dengan topik atau materi yang akan disampaikan. LKS tersebut berfungsi untuk
memberikan petunjuk bagi siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sementara media pembelajaran menurut I Wayan Santyasa menjelaskan
bahwa dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan
siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar,
metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
21
Sumber : Analisis RPP berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 dan Unit Plan, Richard Kindsvatter.
124
mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar.
22
Lembar Kerja Siswa LKS adalah panduan pekerjaan atau kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa untuk satu Standar Kompetensi tertentu. LKS ini berisi
informasi tentang SK dan KD, Materi yang akan dibahas, bahan untuk disukusi, panduan pengerjaan, tugas untuk masing-masing siswakelompok, instrument
penilaianpengamatan.
23
LKS inilah yang mendeskripsikan apa saja yang harus dilakukan oleh siswa dalam kerangka model learning cycle. Model pembelajaran atau metode
serta strategi yang digunakan selama proses pembelajaran akan terlihat dari instruksi yang ada dalam LKS. LKS berfungsi sebagai guidance bagi siswa untuk
mengerjakan sesuatu, sementara bagi guru LKS berfungsi untuk menentukan model, metode dan strategi pembelajaran yang dilakukan.
3. Menggunakan komunikasi verbal dan non verbal yang positif Komunikasi yang dimaksudkan adalah komunikas yang positif dan dua
arah antara guru dan siswa. Komunikasi yang dilakukan oleh guru bisa berupa komunikas verbal dan non verbal. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab III,
bagian B. Komunikasi positif ini juga dianjurkan oleh Dave Foley. Menurut Dave dalam bukunya Ultimate Classroom Control handbook, guru disarankan
menggunakan bahasa yang positif ketika berbicara kepada siswa yang melakukan kesalahan. Kata yang digunakan untuk siswa yang melakukan kesalahan yang
disarankan oleh Dave Foley seperti “ saya berharap kamu untuk…”,”saya membutuhkan kamu….”, “berhenti melakukan hal itu….”. Jika siswa tidak
mengerjakan tugas, kata yang bisa digunakan adalah “bisa saya bantu kamu untuk
22
I Wayan Santyasa, Makalah “Landasaran Konseptual Media Pembelajaran”, disajikan dalam Worh Shop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan Klungkung. Baca
juga Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Pers, 2002, 20
23
Lihat catatan kaki no 15 s.d. 21 pada Bab IV. 125
mengerjakan tugasmu…”,”kenapa belum kamu kerjakan tugasmu…...” dan lain sebagainya.
24
Untuk meningkatkan komuniasi yang positif juga, menurut Dave Foley, seorang guru dianjurkan mendapat simpati dari siswa dengan empat cara, yaitu :
1 bagaimana mengetahui siswa 2 mendapatkan respek dari siswa 3 perlakukan siswa dengan setara dan 4 tunjukan bahwa anda guru memberikan perhatian.
25
4. Memberi perhatian positif Memberikan perhatian yang positif dilakukan oleh guru kepada semua
siswa. Baik ketika mereka melakukan kesalahan atau membuat keributan di kelas. Perhatian yang positif menurut Dave Foley bukan berarti tidak bertindak tegas.
Ketegasan yang dibarengi perhatian menjadi alat yang efektif untuk membangun sedikit kebaikan dengan memberikan komentar tentang bagaimana guru
menghargai perilaku baik siswanya.
26
5. Menggunakan system hadiah dan hukuman Guru menyepakati dengan siswa untuk perilaku yang telah disepakati akan
mendapatkan hadiah
27
. Jika perilaku tersebut baik, guru memberikan hadiah sebaliknya jika ada perilaku yang tidak disepakti atau dilanggar siswa, guru bisa
memberi hukuman yang juga telah disepakti bersama. Seperti jika siswa tidak beranjak dari kursi selama mengerjakan tugas, maka kelas tersebut akan
mendapatkan hadiah menonton film yang berkaitan dengan tema pelajaran. Guru juga bisa memberikan sedikir kelonggaran untuk belajar di luar kelas sebagai
hadiah dari hal-hal yang telah disepakati. 6. Menentukan nilai yang akan ditanamkan
24
Dave Foley, Ultimate Classroom Control handbook, Indianapolis : Harvard University, 2007,7.
25
Dave Foley, Ultimate Classroom Control handbook, 121
26
Dave Foley, Ultimate Classroom Control handbook, 107
27
Dave Foley, Ultimate Classroom Control handbook, 111 126
Seperti pernah dijelaskan pada Bab II, bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia. Ini berarti bahwa guru dalam proses pembelajaran memiliki kewajiban untuk bisa menanamkan nilai
sesuai dengan tuntutan Sistem Pendididkan Nasioanal. Penanaman nilai tersebut tetap harus memperhatikan SK dan KD yang
akan diajarkan. Jika kita menggunakan model RPP yang ditawarkan Richard Kindsvatter, maka penanaman nilai tersebut bisa diintegrasikan dengan topik yang
dibangun. Sementara jika kita menggunakan RPP yang biasa digunakan di Indonesia, maka penanaman nilai tersebut dilakukan dengan pembiasaan, praktek,
dan aktivitas belajar lainnya.
C.
Penerapan Motivasi pada Fase Engagment, Eksploration, Expand,
Elaboration dan Evalution.
Di atas telah dijelaskan, bahwa seorang guru berdasarkan tuntutan dari Permendiknas No. 41 tahun 2007 harus berfikir apa yang harus dilakukan oleh
siswa dalam setiap fase : eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Hal ini di dasari oleh konsep student center, dimana aktivitas siswa menjadi bagian penting dalam
proses pembelajaran. Pertanyaan tersebut relevan dengan pengembangan Motivasi dan Learning
Cycle atau pengembangan motivasi yang harus dilakukan oleh guru. Pasalnya jika Permendiknas No. 41 tahun 2007 harus berorientasi kepada siswa, maka Motivasi
dan Learning Cycle harus berorientasi kepada bentuk-bentuk motivasi, bagaimana cara memberikan motivasi, dan bagaimana itu dilakukan dalam setiap
fase pembelajaran. Itu semua harus dilakukan oleh guru. Perilaku guru atau siswa dalam proses pembelajaran memberikan
pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sebagai contoh perilaku guru dari sisi komunikasi verbal memberikan pengaruh terhadap persepsi siswa motivasi
127
belajar siswa dari sisi kemauan untuk bertanya, kemauan menjawab, mengerjakan tugas. Dari pengamatan di kelas didapat bahwa perilaku atau sikap
guru dalam hal berkomunikasi verbal seperti memuji, menyebut nama, menghibur humor sangat sedikit. Hal ini berpengaruh terhadap kecilnya self esteem, goal
orientation, dan self regulation siswa. Pada Bab I telah dijelaskan model LC 6E yang digunakan dalam learning
cycle.
28
Yaitu engagment, exploration, explanation, expand, elaboration dan evaluation. Model LC 6 E ini lebih lengkap dibanding model LC yang diadopsi
oleh Permendiknas No. 41 tahun 2007. Hakekat dari LC adalah bagaimana siswa menemukan sendiri pemahaman baru berdasarkan berbagai aktivitas yang
dikerjakannya dalam proses belajar mengajar.
29
Sehingga proses pembelajaran harus mengacu kepada aktivitas yang harus dikerjakan oleh siswa atau berorientasi kepada student center. Dalam fase-fase LC
tersebut, seorang guru harus memperhatiakn apa yang bisa dilakukan dalam mendorong munculnya motivasi belajar. Stimulus dan respon yang harus
digunakan guru mengarah kepada tumbuhnya minat belajar siswa, termasuk di dalamnya adalah persiapan RPP, LKS dan alat atau media pembelajaran.
Ketika guru melakukan fase engagment, yaitu sebuah fase dimana guru menciptakan situasi teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa.
Guru dapat mengajukan pertanyaan misalnya: mengapa hal ini terjadi? Bagaimana cara mengetahuinya? dll dan jawaban siswa digunakan untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka. Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Bentuk motivasi yang bisa
dikembangkan untuk mendorong siswa belajar adalah dalam bentuk pertanyaan, menunjukkan sesuatu gambar yang tidak biasa, unik atau bentuk lainnya yang
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
28
Lihat halaman 18 pada Bab I.
29
Lihat teori konstruktivisme catatan kaki no 3 pada Bab I. 128
Pertanyaan yang diajukan atau menunjukkan gambar sesuatu yang unik atau tidak biasa bisa menggunakan media, laptop, gambar, puzzle dan lain sebagainya.
Kegiatan engagement ini adalah kegiatan awal untuk mengajak dan memancing motivasi siswa untuk memulai proses pembelajaran. Pada proses ini dibutuhkan
kreativitas guru dalam menyiapkan berbagai macam bentuk pertanyaan yang memancing keingintahuan siswa.
Kegiatan engagement ini bisa menarik minat belajar siswa atau menumbuhkan motivasi intrinsic sense of self as learner atau kesadaran sebagai
pembelajaran. Faktor kesadara akan pembelajaran bisa muncul bila stimulus yang diberikan oleh guru dalam fase engagement ini berhasil memancing
keingintahuan siswa. Fase engagement juga menguatkan apa yang akan dicapai goal orientation dalam proses pembelajaran.
Pada fase Exploration Eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk
bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini menurut teori Piaget merupakan fase “ketidakseimbangan” dimana siswa harus
dibuat bingung. Fase ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji hipotesis atau prediksi mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan
menetapkan keputusan. Bentuk motivasi yang bisa diberikan oleh guru adalah pemberian Lembar
Keja Siswa LKS. Pada fase ini guru bisa membagikan kitalat bahan untuk diskusi dalam sebuah amplop plastik untuk semua kelompok. Setiap amplop
plastik sudah ada kartu peran yang berbeda warna untuk setiap kelompok, LKS, materi, gunting, lem dsb.
Tabel 3 : Model intervensi kegiatan untuk memotivasi belajar siswa dalam setiap fase learning cycle.
No Motivasi yang diberikan
Guru Jenis LC learning
cycle Jenis Motivasi
11 Guru memulai dengan
Engagement Apersepsi
129
salam 22 Guru menanyakan pelajaran
yang lalu Engagement Apersepsi
33 Guru membagi kartu puzle berwarna merah, hijau dan
kuning secara acak Kemudian siswa diminta
untuk berkumpul sesuai dengan warna yang mereka
pegang. Setiap warna memiliki karakteristik tugas
kelompok - Hijau adalah kelompok
yang bertugas mencari literatur di laptop
- Kuning adalah kelompok yang bertugas melakukan
wawancara dengan narasumber di luar kelas
- Merah adalah kelompok yang bertugas
mengerjakan percobaanpraktek.
Engagement Skill pedagogy
eksternal motivation
44 Guru kemudian
menjelaskan materi yang akan dipelajari dan
membagikan LKS. Setiap siswa berperan sesuai
Eksplorasi dan elaborasi
Self efficacy, self esteem, self
regulation dan
goal orientation serta assasment
130
dengan tugas yang ada di LKS. Setiap kegiatan
dibatasi waktunya, dan kelompok beralih ke peran
kelompok lainnya bertukar peran. Sementara guru
membantu dan memberikan penilaian selama proses
berlangsung practices
5 5
Setiap siswa menjelaskan setiap hasil kerja
kelompoknya dan memajangnya di dinding
kelas. Penjelasan ini dipandu dengan pertanyaan
dari guru dan dijawab oleh kelompok jika tidak bisa
dilempar ke kelompok lain Elaborasi
Self efficacy, goal
orientation, skill pedagogy
66 Guru memberi penguatan setelah semua kelompok
mengerjakan tugas dan menempelnya di dinding
kelas. Konfirmasi
Skill pedagogy
7 LKS dan alat peraga
11 LKS yang di buat lengkap : ada tugas masing-masing
anggota, tugas kelompok. Alat peraga sesuai dengan
materi Elborasi
Skill pedagogy, berhubungan
dengan kemampuan guru
menyiapkan
131
materi pembelajaran
yang menyenangkan
ini bagi siswa termasuk faktor
eksternal yang mempengaruhi
motivasi belajarnya
8 Jalannya Diskusi
11 Setiap kelompok telah
memiliki nama sesuai dengan materi pembahasan.
Siswa bekerja sesuai dengan apa yang ditugaskan di
LKS. Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya. Siswa saling melihat hasil kerja
kelompok lain Elaborasi
Self efficacy, self regulation
dan goal orientation
Sumber : pengalaman pribadi penulis mengajar di SMP Negeri 280 dan hasil kunjungan field research.
D.
Membangun Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Siswa
Membangun motivasi intrinsik siswa perlu dilakukan oleh guru. Self esteem, self efficacy, self regulation, sense as self learner, mendorong self effort
30
30
Sense as learner dan self effort memang belum diteliti langsung di kelas oleh penulis. Kedua jenis motivasi intrinsik ini tidak dijadikan objek penelitian di kelas mengingat keterbatasan
waktu dan instrument. 132
serta lainnya harus menjadi perhatian seorang guru. Bahwa Self esteem, self efficacy, self regulation, goal orientation, sense as self learner, mendorong self
effort serta lainnya, bisa ditumbuhkan oleh guru melalui pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan tersebut disiapkan dengan
perangkat pembelajaran yang memadai mulai dari penyiapan RPP, LKS dan alat peraga serta skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas.
Secara sederhana self efficacy bagi siswa adalah kepercayaan diri siswa ketika mengajukan pertanyaan, dan keterlibatan dalam proses pembelajaran. Self
regulation bagi siswa adalah sikap untuk menyesuaikan diri dengan segala tugas yang diberikan oleh guru. Goal orientation bagi siswa adalah segala upaya yang
dilakukan untuk memahami materi yang diberikan oleh guru. Self esteem bagi siswa adalah kemampuan dan kemauan untuk
mengeksplorasi bahan-bahan yang diberikan oleh guru dalam bentuk mengerjakan tugas. Sense as Learner adalah sikap siswa yang menyadari
terhadap tujuannya dating kesekolah untuk belajar. Sehingga dia memiliki motivasi yang tinggi untuk menguasai materi. Sense as learner ini juga
dipengaruhi oleh keinginan dalam jangka panjang cita-cita siswa. Teacher support yaitu segala sesuatu atau upaya guru yang membantu
siswa baik secara verbal atau non verbal. Skill pedagogy atau kemampuan guru dalam mengajar berkaitan dengan penggunaan model, strategi, metode dan
keterampilan mengajar guru. Jika mengacu kepada definisi sederhana tentang unsur yang termasuk
dalam motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik, maka seorang guru bisa memberikan dorongan motivasi kepada siswa dalam berbagai bentuk. Yang paling
sederhana dorongan motivasi tersebut dilakukan dengan melihat Tabel 5 : Jenis stimulus atau respon guru yang memotivasi belajar siswa atau Tabel 6 : Jenis
133
stimulus atau respon siswa yang bisa dijadikan indikator adanya motivasi belajar
31
. Selain itu, tabel-tabel tersebut hanya menjadi acuan untuk mendorong dan
menumbuhkan motivasi siwa. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Semakin bagus guru dalam penguasaan
pedagogynya maka semakin besar motivasi belajar siswa atau sebaliknya. Semakin kurang kemampuan pedagogy guru dalam mengajar, maka motivasi
belajar siswa pun relatif turun. Kemampuan guru dalam mengajar berkaitan dengan penggunaan model, strategi, metode dan keterampilan mengajar guru.
Kemampuan tersebut berkaitan dengan motivasi ekstrinsik dari guru. Mendorong motivasi intrinsik dan ekstrinsik, harus melihat SK dan KD
dari mata pelajaran. Dalam mata pelajaran PAI yang memiliki karakteristik berbeda maka pemberian motivasi ini sangat berkaitan dengan maq
āṣiḍu al- shari’a
ṭ yang sesuai dengan SK dan KD
32
. Untuk hal ini memang diperlukan analisis SK dan KD dari mata pelajaran PAI yang memiliki kandungan maq
āṣiḍu al-shari’a
ṭ. Namun demikian yang terpenting adalah bagaimana guru PAI bisa menanamkan nilai-nilai yang menjadi tuntutan maq
āṣiḍu al-shari’aṭ dan dan tuntutan Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang dikemas dalam kemampuan
membuat LKS, menyediakan alat peraga yang tepat, model, metode dan strategi pembelajaran yang tepat. Selain itu guru PAI juga dituntut untuk menunjukkan
wajah yang familiar dalam hal komunikasi verbal dan non verbal. Menurut Paul R. Pintrich dan Dale H Schunk menjelaskan bahwa motivasi
intrinsik siswa dapat dipengaruhi oleh empat sumber, yaitu : 1 kesempatan 2 rasa ingin tahu 3 kontrol dan 4 fantasi. Sementara menurut Waynne Harlen dan
Ruth Deakin Crick menjelaskan motivasi intrinsik adalah pelajarsiswa
31
Bentuk motivasi yang tergambar dalam table 5 dan 6 tersebut masih bisa ditambahkan lagi oleh guru. Bentuk-bentuk komuniksi verbal dan non verbal tersebut memberikan pengaruh
yang besar terhadap motivasi belajar siswa. Sebagai contoh jika guru sering memberikan senyum, memberikan humor cerdas, sering memuji siswa dan memberikan bantuan dalam proses
pembelajaran atau diskusi, siswa akan terdorong untuk belajar. Pada tataran ini, tabel 5 dan 6 bisa digunakan untuk semua mata pelajaran termasuk PAI.
32
Lihat Bab 2 bagian A.2. Karakteristik Matapelajaran PAI. 134
menemukan ketertarikan interest dan kesenangan dalam hal apa yang mereka pelajari dan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Sementara motivasi ekstrinsik
menggambarkan perilaku siswa yang terlibat dalam pembelajaran.
33
Menurut penulis membangun motivasi intrisnik dan ekstrinsik dalam hal belajar siswa perlu memperhatikan fitur-fitur kelas yang ditawarkan oleh Richard
I Arends. Pasalnya, kelas sebagai sebuah realitas memiliki karakter seperti yang disampaikan Richard dalam fitur kelasnya. Sehingga seorang guru yang
memahami kondisi sosial dan psikologis kelas seperti yang tergambar dalam fitur kelas, akan relatif mudah mengelola kelas dan membangun motivasi belajar siswa.
Menumbuhkan motivasi intrinsik siswa bisa dilakukan guru dengan cara mengetahui latarbelakang, kesukaan, perhatian, dan minat siswa. Hal ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti menyapa ketika bertemu mereka dimanapun, melempar canda yang menjadi perhatian mereka, menjadi bagian dari
pertemanan diantara siswa. Dave Foley menjelaskan bahwa mengetahui kesukaan, latar belajang
siswa, dan minat siswa dalam rangka meningkakan lingkungan pembelajaran. Menurut Dave Foley, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang guru untuk
meningkatkan lingkungan pembelajaran. Diantaranya dengan berhubungan langsung dengan siswa secara personal.
34
Menghargai siswa sebagai individu juga bisa meningkatkan motivasi intrinsik siswa dalam belajar. Termasuk memperlakukan siswa secara adil dan
menunjukkan perhatian terhadap siswa memberikan pengaruh besar terhadap motivasi intrinsik belajar siswa. Hal ini berkaitan dengan peran guru untuk
membangun persahabatan dan menjadi seseorang yang menaruh perhatian terhadap persoalan mereka.
35
Hal ini berkaitan dengan karakteristik siswa seperti
33
Waynne Harlen and Ruth Deakin Crick, “Testing and Motivation for Learning, Graduate School of Education, Assessment in Education”, Journal Assassment in Education
Vol.10, No.2 July, 2003,182
34
Dave Foley, Ultimate Classroom Control handbook, Indianapolis : Harvard University, 2007,119
35
Dave Foley, Ultimate Classroom Control handbook,124-125. 135
136
yang dijelaskan Paul R. Pintrich dan Dale H. Schunk. Menurut mereka karakteristik siswa berhubungan dengan bakat, kemampuan umum, keahlian
khusus, minat, sikap, dan kepribadian. Dan hal ini berkaitan dengan self efficacy for learning siswa.
36
36
Paul R. Pintrich and Dale H. Schunk, Motivation in Education, Theory, Research, and Application, New Jersey USA, 1996,177.
Bab V PENERAPAN MODEL MOTIVASI DAN