73 pada lima aspek tersebut, tidak merambah pada pengajaran qira’at Qur’an, tafsir,
ulumul hadits atau tarikh tash’ri seperti yang dinyatakan Zakiah Daradjat. Tetapi pelajaran-pelajaran yang disebut oleh Zakiah Daradjat tadi di ajarkan di madrasah
yang bercirikan keislaman. Ruang lingkup pembelajaran PAI sendiri sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kurikulum PAI sendiri. Dalam perkembangannya kurikulum PAI mengalami banyak perubahan paradigma. Awalnya seperti dijelaskan Muhaimin,
pembelajaran PAI lebih menekankan kepada hafalan yang terpengaruh culture Timur Tengah. Paradigma ini menurut penulis banyak dilakukan oleh pesantren
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perubahan berikutnya mengalami kemajuan cukup signifikan, dari cara berpikir tekstual, normatif, dan absolut kepada cara
berpikir historis, empiris dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam.
Dari sisi produk dan proses, perkembangan kurikulum PAI berubah dari awalnya menekankan pada produk pemikiran keagamaan tokoh-tokoh pendahulu
menjadi lebih memperhatikan proses dan metodologi. Dan terakhir perubahan dari sisi keterlibatan proses penyusunan, awalnya kurikulum PAI disusun hanya oleh
para pakar, namun saat ini melibatkan stake holder dan melibatkan kalangan yang lebih luas seperti para pakar, guru, peserta didik, dan masyarakat.
12
C. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Karakteristik pembelajaran PAI akan sangat bergantung kepada aspek yang diajarkan seperti yang ditetapkan oleh UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Karakteristik pembelajaran PAI disesuaikan dengan tema-tema besar seperti
12
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah,10-11.
74 TauhidAqidah, Akhlak, Tarikh, FiqihSyariah, Al-QuranHadits. Kesemua tema
besar tersebut menurut penulis memiliki tujuan untuk menjaga lima hal atau maqas}id al-shari‘ah
13
yaitu h}ifz} al-din menjagamelindungi agama, h}ifz} al-nafs menjagamelindungi jiwa, h}ifz} al-nasl menjagamelindungi
keturunan, h}ifz} al-mal menjagamelindungi harta benda, h}ifz} al-‘aql menjagamelindungi akal-intelektualitas
14
dan h}ifz} al-biah menjagamelingdungi lingkungan. Tegasnya maqas}id al-shari‘ah
mengacu kepada pemeliharaan agama, keberlangsungan hidup, menjaga kemurnian dan
kejelasan keturunan, menjaga harta benda, akal sehat dan lingkungan hidup. Penulis sependapat dengan banyak kalangan seperti K.H. Ali Yafie dalam
bukunya “Menggagas Fiqih Lingkungan” atau Fachruddin, M. Mangunwijaya:“Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan Gerakan
Lingkungan Hidup” pentingnya h}ifz} al-bi}ah ini. Sebab tanpa adanya h}if ẓ
al-biah memelihara lingkungan hidup sama artinya kelima komponen kehidupan ini telah mati. “Kiamat sebelum kiamat”, menurut Fachrudin dalam
bukunya. Tidak berlebihan jika kelimanya bergantung pada h}ifz} al-biah . Selain itu, pelajaran Pendidikan Agama Islam juga memiliki
tanggungjawab terhadap penguatan nasionalisme. Hal ini menurut penulis termasuk dalam bagian maqas}id al-shari‘ah. Jadi h}ifz} al-wat}an adalah
bagian dari maqas}id al-shari‘ah, termasuk h}ifz} al-biah, menjadi karakter yang harus nampak dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Ini menjadi
penting karena dalam Pendidikan Agama ada materi atau paling tidak kasus-kasus
13
Istilah ini dikenalkan pertamakali oleh Abu Ishak atau Imam Shatibi yang menjadi rujukan para pakar ketika berbicara maqas}id al-shari‘ah, sebagai ulama dari Andalus yang
hidup pada abad 8 Hijriahabad 14 Masehi. Beliau menjelaskan secara rinci tentang maqas}id al-shari‘ah dalam kitabnya Al-Muwafaqat. Makalah Arwani Shaerazi: Para Pionir Kajian
maqas}id al-shari‘ah disampaikan pada forum Diskusi Digital Fahmina Institute Cirebon. Baca juga Abu Ishak Ibrahim bin Musa, Ál-muwaffaqat, Kairo, Dar al-Fikr,790 H, 2-4{
14
Maqas}id al-shari‘ah, tujuan utama syariah. Baca pula Abd. Fatah Wibisono dkk,
Islam Rahmatan li al-‘Alamin Jakarta, Direktorat PAIS Kementerian Agama,2010, 68-126.
Baca juga Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Musa atau yang lebih dikenal dengan Imam Al-Shat}ibi maqas}id al-shariat} } Zuj 1, Kairo, Dar Al-Fikr, 790 H, 3-5
75 aktual tentang konsep jihad yang oleh sebagian pihak memiliki pemahaman
berbeda dalam aplikasi di kehidupan. Dan hal tersebut perlu dijelaskan secara komprehensif kepada siswa oleh guru.
Menurut penulis Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang berisi SK dan KD seluruh mata pelajaran termasuk mata pelajaran PAI, memiliki
tujuan filosofis untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Standar Isi PAI semestinya menjabarkan dari maqas}id al-shari‘ah ini. Sebagai contoh –
penulis hanya mencontohkan SK-KD PAI untuk jenjang SMP, pada SK no 2: Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT melalui pemahaman sifat-sifat-Nya.
SK ini diajarkan pada kelas VII semester I termasuk pada tema Aqidah. SK yang memiliki empat KD
15
yaitu: Pertama, membaca ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Kedua, menyebutkan arti ayat-ayat Al-Quran
yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah SWT. Ketiga, menunjukkan tanda-tanda adanya Allah SWT dan Keempat, menampilkan perilaku sebagai cermin
keyakinan akan sifat-sifat Allah SWT. SK-KD tersebut memiliki nilai h}ifz} al-Din, karena berhubungan
dengan memperkuat aqidah siswa. Penulis menyederhanakan pengertian h}ifz} al- din adalah menjaga agama dalam arti memahami pokok-pokok ajaran agama
sehingga si penganut agama tersebut tidak akan terjebak dengan ajaran agama lain, namun tetap menghormati kepercayaan lain. SK – KD ini memiliki tujuan
kompetensi yang harus di capai atau dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut: siswa bisa mengetahui dan membaca ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat
Allah sekaligus menyebut artinya, siswa juga bisa menunjukkan bukti adanya Allah. Dan bisa menampilkan perilaku seorang Muslim yang mencerminkan
keimanan kepada Allah seperti memiliki keteguhan iman, memiliki sikap yang peduli terhadap lingkungan, tetangga dan berbagai perilaku terpuji lainnya.
15
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, khusus Mata pelajaran PAI untuk SMP.
76 Seorang guru PAI harus mengajarkan persoalan aqidah tersebut dalam
kerangka menjaga agamaaqidah siswa. Dengan tetap memberikan ruang toleransi terhadap kepercayaan lain. Tidak mengembangkan faham yang salah dalam
mengajarkan doktrin agama. SK-KD ini bersifat doktrinal, namun tetap harus disampaikan secara benar dan tepat, maksudnya bahwa aqidah Islam harus diakui
sebagai basis ideologi keagamaan bagi umat Islam, namun tetap memberikan ruang dialog dengan siswa tentang persoalan yang krusial seperti makna jihad,
konsepsi ketuhanan dan lainnya. Sebab materi aqidah ini menjadi dasar bagi siswa dalam menjalankan keimanannya. Keempat KD dari SK no. 2 di atas dalam
pembelajarannya harus memperkuat h}ifz} al-din. Dan menanamkan perilaku keteguhan iman dan perilaku terpuji lainnya adalah menjadi bagian dari menjaga
agama siswa. Contoh lain pada SK 9 kelas IX tentang Memahami ajaran Hadits tentang
Kebersihan. Dengan tiga KD yang mengiringinya yaitu: Pertama, membaca al- Hadits tentang kebersihan. Kedua, menyebutkan arti al-Hadits tentang kebersihan,
dan ketiga, menampilkan perilaku bersih seperti dalam Al-Hadits. SK-KD ini memiliki karakteristik untuk menjaga h}ifz} al-biah menjaga
lingkungan hidup. Terkait dengan persoalan lingkungan, guru PAI tidak hanya mengajarkan hadits tentang kebersihan lalu siswa diminta menghafal hadits
tersebut, namun KD-KD yang ada dalam SK tentang memahami ajaran hadits tentang kebersihan ini diarahkan kepada kesadaran lingkungan. Guru bisa
meminta siswa untuk mencari problem lingkungan yang terjadi lalu dihubungkan dengan ajaran hadits tersebut.
Siswa bisa memotret problem bencana banjir, problem penanganan sampah, membandingkan kebersihan di pasar tradisional dengan supermarket dan
problem-problem lainnya. Kemudian mereka menemukan akar masalah yang terjadi dan menemukan makna dari problem-problem tersebut. Ajaran Islam apa
yang sebenarnya ditinggalkan oleh manusia sehingga terjadi bencana. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran masalah, dimana siswa menemukan
77 masalah atau kasus yang kemudian dihubungkan dengan SK-KD yang akan
dicapai dalam pembelajaran. Jika dilakukan dengan cara ini, penanaman nilai tentang kesadaran lingkungan atau h}ifz} al-biah bisa tertanam pada diri siswa.
Selain itu dengan cara ini problem based learning siswa diajarkan bagaimana mereka melakukan komuniksai atau berhubungan dengan alam habl min al-
‘Alam Dalam setiap SK dan KD memiliki kata kerja operasional yang jelas,
seperti membaca hadits, menyebutkan arti hadits atau menampilkan perilaku yang sesuai dengan hadits. Kata kerja operasional ini sebagai ukuran untuk pencapaian
kompetensi. Namun demikian, setiap SK dan KD memiliki karakteristik yang bisa dihubungkan dengan maqas}id al-shari‘ah. Disinilah peran Guru PAI
memahami Setiap SK dan KD untuk menghubungkannya dengan maqas}id al- shari‘ah. Sehingga pembelajaran PAI benar-benar sebuah pembelajaran yang
memberikan dampak perubahan karena adanya penanaman nilai melalui pemahaman terhadap maqas}id al-shari‘ah ini.
Pendidikan Agama Islam memiliki basis tanggungjawab untuk menanamkan nilai. Penanaman nilai ini menjadi penting dalam kerangkan
memberikan ruh kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai bagian untuk menjawab Permendikan No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,
Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kelulusan dan Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003. Penanaman nilai tersebut dilakukan selama proses
pembelajaran di kelas dan di luar kelas oleh guru yang bersangkutan. Selain karakter pembelajaran yang berbasis maqas}id al-shari‘ah
pembelajaran PAI juga harus melihat tujuan pembelajaran PAI yaitu menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Secara aplikasi
pembelajaran PAI memberikan tuntunan bagaimana melakukan hubungan dengan Allah habl min Allah, bagaimana melakukan hubungan dengan manusia habl
min al-Nas dan bagaimana melakukan hubungan dengan alam sekitar habl min
78 al-‘Alam.
16
Kualitas hubungan dengan tiga unsur ini menjadi ukuran keberhasilan Pendidikan Agama Islam.
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Pendidikan Agama Islam secara obyektif memiliki tanggungjawab moral untuk menanamkan nilai atau akhlak
karimah. Pendidikan Agama Islam menanamkan dua hal berkaitan dengan kehidupan manusia yaitu ”Iman dan Amal”.
17
Menurut Zainuddin, agama terbagi menjadi dua: simbolik dan obyektif. Secara obyektif, agama memiliki peranan
untuk membangun akhlakul karimah, yakni kontekstualisasi sikap dan perilaku kita pada tataran sosial dengan menyandarkan perilaku tersebut pada ajaran
agama. Agama subyektif dan obyektif sama halnya dengan konsep iman dan amal. Iman bersifat personal tetapi amal merupakan aplikasi iman dalam
kehidupan sosial. Iman menjadi landasan perilaku baik dalam konteks hubungan vertikal habl min Allah maupun hubungan horizontal habl min al-Nas wa
habl min al-‘Alam. Sementara yang dimaksud dengan agama simbolik adalah agama nisbi yang hadir karena tuntutan dari agama subyektif dan obyektif.
Zainuddin mengibaratkan jika agama subyektif dan obyektif adalah ruh dan jiwa, maka agama simbolik adalah raganya.
18
Dari kerangka pemikiran hubungan vertikal habl min Allah maupun hubungan horisontal habl min al-Nas wa habl min al-‘Alam ini Pendidikan
Agama Islam memiliki peran besar memperkuat maqas}id al-shari‘ah dan penanaman nilai akhlakul karimah.
19
Artinya SK-KD pelajaran PAI diarahkan tidak hanya untuk mencapai kompetensi yang diharuskan. Namun lebih jauh lagi
16
Baca juga Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, 4-5
17
M. Zainuddin MA, Kesalehan Normatif dan Kesalehan Sosial, Jakarta: UIN Press, 2007, 60
18
M. Zainuddin MA, Kesalehan Normatif dan Kesalehan Sosial, 61.
19
Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 07 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung, Bogor. “Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa
dan akhlak serta menegakan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.” Lihat juga Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas No 20
tahun 2003
79 kompetensi tersebut harus juga “meninggalkan jejak” perbaikan akhlak siswa.
Dengan memperhatikan hubungan sosial - vertical dan horizontal menyangkut bagaimana membangun akhlak siswa dengan sesama manusia dan lingkungan,
hubungan dengan Allah melalui SK-KD yang ada dalam pelajaran PAI. Sebagai contoh SK-KD Kls VIII Semester I no 4 tentang: Menghindari
perilaku tercela dengan KD-KD yang meliputi: Pertama, menjelaskan pengertian ananiyah, ghad}ab, h}asad, ghibah, dan namimah. Kedua, menyebutkan
contoh-contoh perilaku ananiyah, ghad}ab, h}asad, ghibah, dan namimah. Ketiga, menghindari perilaku ananiyah, ghad}ab, h}asad, ghibah, dan
namimah dalam kehidupan sehari-hari. SK-KD ini jelas mendasarkan kepada guru dan siswa bagaimana
membangun sebuah komunikasi dengan sesama habl min al-Nas yang baik. Inilah yang dimaksud PAI harus “meninggalkan jejak” perbaikan akhlak kepada
siswa. Sebenarnya setiap aspek dalam PAI memiliki kaitan erat dengan maqas}id al-shari‘ah dan tiga model hubungan manusia dengan Allah,
manusia dan alam. Yang terpenting adalah bagaiman guru PAI bisa mengambil simpul dan memotivasi siswa agar mereka memahami dan menerapkan jejak yang
telah dibuat bersama tersebut. Istilah “meninggalkan jejak” dimaksudkan sebagai penanaman nilai
akhlak yang memang harus dibangun bersama antara guru dan siswa. Hal inilah yang mendorong guru harus mampu membangun dan mendorong siswa untuk
terlibat dalam proses “pembangunan jejak” tersebut. Bentuk dorongan tersebut adalah memberikan motivasi sesuai dengan kondisi siswa dan fase pembelajaran
yang dilakukan selama proses pembelajaran di kelas. Senada dengan pendapat di atas “meninggalkan jejak”, Pusat Kurikulum
merumuskan fungsi Pendidikan Agama Islam:
20
1 Penanaman nilai ajaran Islam
20
Pusat Kurikulum Depdiknas, Standar Kompentensi Mata Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyyah Jakarta. Depdiknas 2004, 35.
80 sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; 2
Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam
lingkungan keluarga; 3 Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam; 4 Perbaikan kesalahan-
kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari; 5 Pencegahan peserta didik
dari hal-hal negatif budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari; 6 Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum alam nyata dan
non nyata, sistem dan fungsionalnya; 7 Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Fungsi-fungsi tersebut mendapatkan tempat pada SK dan KD yang kemudian diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan
pendidikan di luar kelas. Guru PAI memiliki peran besar untuk menanamkan dan memfungsikan Pendidikan Agama Islam seperti yang digariskan atau diinginkan
oleh Permendiknas No 20 tahun 2006. Fungsi-fungsi yang ditekankan oleh Pusat Kurikulum tersebut menjadi bagian penting yang perlu diselaraskan dengan
maqas}id al-shari‘ah.
D. Beberapa Metode Pembelajaran PAI yang digunakan selama ini