Penelitian Terdahulu yang Relevan

15 a. Pengembangan model-model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang memperhatikan faktor motivasi dan proses pembelajaran LC. b. Sebagai upaya untuk memperkaya khazanah pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Diharapkan hal ini bisa menjadi sumbangan bagi dunia akademik khususnya jurusan Tarbiyah. c. Model pendekatan Motivasi dan Learning Cycle ini diharapkan berguna bagi guru PAI dalam menjalankan proses pembelajaran yang memperhatikan berbagai stimulus dan respon yang terjadi, dan mendorong munculnya motivasi belajar siswa

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Diakui sudah banyak penelitian menyangkut motivasi dalam pembelajaran. Baik di dalam dan apalagi di luar negeri. Tokoh-tokoh seperti Richard M. Ryan, Edward L. Deci, Mc Donald, Dweck, dan masih banyak tokoh lainnya adalah peneliti tentang motivasi dari berbagai bidang. Sementara di Indonesia sendiri cukup banyak tesis atau disertasi serta skripsi yang menyangkut tentang motivasi belajar. Arko Pujadi dalam penelitiannya : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa : Studi Kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia, melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui karakteristik motivasi belajar mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Dalam, penelitiannya Arko Pujadi meneliti perbedaan motivasi belajar diantara mahasiswa didasarkan atas gender, jurusan dan tahun angkatan. Arko juga meneliti hubungan antara motivasi belajar mahasiswa dengan faktor intrinsik dalam dirinya dan faktor-faktor ekstrinsik lingkungan belajarnya, seperti gender, kualitas dosen, materi kuliah, metode perkuliahan, kondisi dan suasana ruang kuliah, dan fasilitas perpustakaan. 38 38 Arko Pujadi: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa: Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi, di Business Management”, Jurnal Bunda Mulia, Vol: 3, No. 2, 16 Dalam penelitiannya Arko Pujadi menemukan empat kesimpulan berkaitan dengan motivasi belajar mahasiswa. Diantaranya motivasi belajar mahasiswa tinggi dilihat dari keseriusannya mengikuti perkuliahan dosen, kepemilikan buku wajib kuliah, keseriusan mengerjakan tugas dari dosen, jarangnya mahasiswa bolos kuliah. Arko Pujadi juga menemukan adanya signifikansi motivasi belajar mahasiswa dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik seperti kualitas dosen, ruang kuliah, materi kuliah dan metode perkuliahan. 39 Michael Budiman dan Daniel Albert Y. A. dalam artikelnya Student E- Learning Intrinsic Motivation menyebutkan konsep tentang “motivasi hakiki” Intrinsic Motivation Literature. Konsep mengenai motivasi hakiki pada awalnya berasal dari William James. Ia menggunakan istilah minat interest dan naluri untuk membangun instinct of constructiveness untuk menjelaskan tipe-tipe perilaku manusia. Minat dan naluri untuk membangun tersebut menggambarkan konsep self-determination kemampuan individu untuk memutuskan sesuatu tanpa pengaruh dari luar dan competence kemampuan individu untuk melakukan sesuatu dengan baik, dan pada akhirnya kedua hal inilah yang pada awalnya mendefinisikan motivasi hakiki. 40 Goerge Boeree menjelaskan dalam tulisannya tentang Abraham Maslow berkaitan dengan kebutuhan manusia yang menggerakkan motivasi. Menurut Maslow, manusia memiliki banyak kebutuhan. 41 Maslow 42 mengemukakan hierarki atau tingkatan kebutuhan yang terdiri atas: a kebutuhan dasar, September 2007, 10. 39 Arko Pujadi: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa: Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi, di Business Management”, 11. 40 Michael Budiman dan Daniel Albert Y. A., “Student E-Learning Intrinsic Motivation”, Jurnal CAIS 2007, volume 19. 41 George Boeree, Abraham Maslow 1908-1970, Personality Theories, Shippenburg University,2006, 2. 42 Abraham Maslow, mengajukan theory Human Motivation yang di dalam teorinya menjelaskan hirarki kebutuhan manusia, lihat Abraham Maslow, Motivation and Personality, third edition, Kindersley : Publishing, 2008, 56-65. Baca juga John Adair, Leadership and Motivation, penerjemah: Fairano Ilyas, Kepemimpinan Yang Memotivasi, Jakarta : Gramedia Pustaka, 2008, 48-53. 17 kebutuhan untuk mengetahui dan memahami; b kebutuhan akan keindahan; c kebutuhan aktualisasi diri. Jika Maslow mendasarkan teori motivasinya pada teori kebutuhan, Victor Vroom menekankan pada aspek harapan atau expectacy teori. Vroom mendasarkan teorinya pada tiga aspek : 1 Valance atau value yang disederhanakan menjadi nilai dari tujuan. 2 Expectancy atau harapan: orang yang berbeda memiliki harapan dan tingkat kepercayaan tentang apa yang mereka mampu lakukan. 3 Alat yang dimaksud adalah apakah mereka karyawan akan benar-benar akan mendapatkan apa yang mereka inginkan gaji bahkan jika ia telah dijanjikan pengelola management. 43 Teori tersebut dirumuskan dalam fungsi matematis Motivasi = expectancy perasaan berpeluang sukses x instrumentality hubungan antara sukses dan reward x value nilai dari tujuan. Karena rumus ini menggunakan perkalian tiga variabel, jika salah satu variabel rendah, maka motivasi juga akan rendah. Wayne Harlen Ruth Deakin Crick dalam Artikelnya Testing and Motivation for Learning, Graduate School of Education mengemukakan kerangka teori hubungan motivasi belajar. 44 Menurut Wayne dan Ruth Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, seperti yang dijelaskan pada latar belakang masalah. Richard I Arends dalam bukunya Learning to Teach juga membahas tentang motivasi belajar siswa. Dalam bukunya Richard menjelaskan bagaimana strategi untuk memotivasi siswa dan membangun komunitas belajar yang produktif. 45 43 Victor Vroom, “Motivation and Management, Expectancy Theory’s Vroom”, diakses dari www.valuebasedmanagement.com pada tanggal 12 Desember 2008. 44 Wayne Harlen Ruth Deakin Crick, “Testing and Motivation for Learning, Graduate School of Education, Assessment in Education”, Journal Assassment in Education Vol.10, No.2 July 2003, 183. 45 Richard I Arends, Learning to Teach, penerjemah Helly Prajitno Sortjipto, Sri Mulyantini Soetjipto, Jakarta : Pustaka Pelajar, 2008, 160. 18 Paul R. Pintrich dan Dale H. Schunk dalam buku mereka Motivation in Education, Theory, Research, and Applications . Paul dan Dale menjelaskan adanya korelasi signifikan dan positif antara nilai intrinsik – Paul dan Dale menggunakan istilah intrinsic value, dengan self efficacy, penggunaan strategi dan self regulation. 46 Penulis sendiri akan menggunakan model yang dikembangkan Wayne dan Ruth sebagai model dalam penelitian motivasi belajar. Model pengembangan motivasi belajar Wayne dan Ruth ini dijadikan alat untuk melakukan intervensi kepada proses pembelajaran yang berbasis learning cycle dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Faktor-faktor yang termasuk dalam motivasi intrinsik yang dikembangkan Wayne dan Ruth menurut penulis berada pada proses pembelajaran. Artinya faktor-faktor intrinsik seperti self efficacy, self esteem, sense of self as learner dan lain sebagainya sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Sayangnya Wayne dan Ruth tidak menyertakan iklim kelas yang juga menjadi faktor ekstrinsik dan mempengaruhi pembelajaran atau motivasi belajar siswa. Untuk itu penulis akan mengadopsi manajemen kelas yang dikembangkan oleh Richard I Arends dan model pengembangan classroom influences Paul R. Pintrich dan Dale H. Schunk. Dari model pengembangan motivasi belajar Wayne Ruth serta Richard I Arends ditambah model classroom influence Paul dan Dale inilah yang menjadi pijakan penulis untuk mengembangkan model pembelajaran PAI yang memperhatikan motivasi belajar dalam setiap proses KBM. Menurut penulis, untuk mencapai keberhasilan belajar siswa, teori Wayne Harlen dan Ruth Deakin Creak tersebut perlu digabungkan dengan learning cycle 46 Paul R. Pintrich dan Dale H. Schunk, Motivation in Education, Theory, Research, and Applications, Ohio : Prentice-Hall Columbus Ohio, 1996, 11. 19 LC. Siklus belajar atau learning cycle LC terdiri dari lima fase 5E dan ditambah satu fase Elaborasi yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu: 47 1 Engage Menarik Perhatian-Mengikat Fase engage merupakan fase awal. Pada fase ini guru menciptakan situasi teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan misalnya: mengapa hal ini terjadi? Bagaimana cara mengetahuinya? dll dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka. Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa. 2 Exploration Eksplorasi Selama fase eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini menurut teori Piaget merupakan fase “ketidakseimbangan” dimana siswa harus dibuat bingung. Fase ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji hipotesis atau prediksi mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan keputusan. 3 Explanation Menjelaskan Pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. 4 Expand Perpanjangan Pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah mereka miliki terhadap situasi lain. 5 Elaboration Elaborasi 48 : 47 Titik Harsiati, makalah : “Learning Cycle” dalam workshop AIBEP Australia Indonesia Basic Education Programs, Pemerintah Australia memberikan bantuan pendidikan kepada pemerintah Indoensia melalui program AIBEP, 2007. Baca juga Rodge W Bybe, et all, The BSCS 5E Instructional Model : Origins, Effectiveness, and Application, 3. 48 Didasarkan atas Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses LC disederhanakan menjadi tiga fase : eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 20 Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 6 Evaluation Evaluasi Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.Learning cycle lebih dekat kepada faktor ekstrinsik yang memungkinkan pengaruhnya terhadap faktor intrinsik dan motivasi belajar siswa. Gabungan antara fungsi motivasi belajar siswa dengan LC akan menghasilkan prestasi belajar yang menggembirakan. Model LC yang memperhatikan motivasi yang dibangun oleh guru dalam proses pembelajaran ini akan menjadi bagian untuk memperkaya dan menjadi salah satu alternatif dalam pendekatan pembelajaran. Seperti dijelaskan oleh Abuddin Nata terdapat beberapa pendekatan dalam pembelajaran. Seperti pendekatan individualis, pendekatan kelompok, pendekatan campuran, dan pendekatan edukatif. 49 Sementara dari sisi metode pembelajaran terdapat beberapa strategi pembelajaran, diantaranya: 1 ceramah; 2 demonstrasi; 3 diskusi; 4 simulasi; 5 laboratorium; 6 pengalaman lapangan; 7 brainstorming; 8 debat, 9 simposium, dan sebagainya. 50 Melvin L. Siberman dalam bukunya Active Learning: 101 Strategia to Teach Any Subject, menjelaskan bagaimana seharusnya proses pembelajaran dilakukan. Dalam bukunya Mel Siberman 49 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, 147-161. 50 Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008, 35. 21 menjelaskan bagaimana membuat peserta didik aktif sejak dini, dan bagaimana membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap aktif. 51 Pendekatan pembelajaran tersebut termasuk pendekatan lainnya seperti Cooperatif Learning, 52 adalah bagian dari pembelajaran aktif. Posisi model Motivasi dan Learning Cycle yang akan dikembangkan penulis adalah untuk memperkaya khazanah pendekatan pembelajaran, khususnya dalam Pendidikan Agama Islam, yang lebih memperhatikan aspek motivasi. Aspek motivasi yang dimaksud penulis tersebut bisa muncul dari stimulus dan respon yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Berbagai model dan pendekatan pembelajaran yang telah dijelaskan memberikan kontribusi terhadap munculnya motivasi belajar siswa. Posisi tesis ini untuk memperkuat teorinya Wayne Harlen Ruth Deakin Crick sekaligus menggabungkannya dengan teori Learning Cycle dalam pembelajaran. Aspek motivasi yang menjadi perhatian Wayne and Ruth dalam proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa seperti model Learning Cycle, ini akan dilihat dalam proses pembelajaran. Tesis ini juga memberikan catatan penting terhadap model pembelajaran STAD student Teams Achievement Divisions yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Robert Slavin mengenalkan pendekatan pembelajaran tipe STAD untuk membantu guru dalam mengelola pembelajaran. Tipe pembelajaran STAD menitikberatkan pada pembelajaran kelompok. Dalam prakteknya, tipe STAD digunakan setelah guru memberikan ceramah dan kemudian siswa membentuk kelompok untuk membahas apa yang sudah disampaikan oleh guru. Menurut penulis, pembelajaran tipe STAD yang berbasis kepada kerja kelompok dengan tingkat heterogenitas yang tinggi tingkat kemampuan, jenis kelamin, etnis, dsb jika tidak diberikan panduan pengerjaan tugas yang kuat akan 51 Melvin L. Siberman, Active Learning: 101 Strategia to Teach Any Subject, penerjemah Sarjuli dkk., Yogyakarta : Pustaka Insan Madani-Yappendis, 2002, 33-39. 52 Etin Solihatin Raharjo, Cooperative Learning; Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara2008, 35. Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani 2008, 45. 22 menyulitkan dalam pelaksanaannya. Kesulitan itu timbul diakibatkan karena sulitnya mengontrol kerja kelompok yang dimungkinkan mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan lebih saja untuk mengerjakan tugas kelompok.

F. Metodologi Penelitian

Dokumen yang terkait

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

0 3 108

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Active Learning Di Sma Negeri Jumapolo Tahu

0 2 17

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Active Learning Di Sma Negeri Jumapolo Tahu

0 4 18

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V Sumayyah Di Sekolah Dasar Islam Internasional Al Abidin Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 17

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penerapan Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 2

0 0 16

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Penerapan Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 2

0 1 15

IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA POKOK BAHASAN PENGURUSAN JENAZAH.

3 13 56

Pengaruh Motivasi Guru Terhadap Kompetensi Guru dalam Mewujudkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

0 3 9

PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (E-LEARNING) TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 3 27

REFLECTIVE LEARNING SEBAGAI PENDEKATAN ALTERNATIF DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 0 10