Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
ketentuan yang di buat pemerintah daerah tersebut. Atas persetujuan pemerintah daerah, maka berdirilah lokalisasi prostitusi lembah hitam Bukit Maraja.
3.2.1 Pekerja seks Pelacur
Para pekerja seks yang ada di desa Marihat Bukit sebagian besar dari luar daerah, dan kebanyakan dari pulau Jawa, yaitu Jawa Timur. Dari tahun 1968 para
pekerja seks awalnya dipekerjakan sebagai pelayan warung, tetapi ternyata bukan sekedar pelayan warung saja melainkan dijadikan sebagai pelayan seks bagi para
lelaki hidung belang. Hal ini dapat dimengerti bahwa mereka merasa aman bekerja di pelacuran bila jauh dari tempat asalnya. Tidak semua keluarga pekerja
seks mengetahui bahwa mereka bekerja di warung- warung yang menyediakan pelayanan seks. Para pekerja seks sering mengaku kepada keluarganya bahwa
mereka bekerja di pabrik- pabrik, toko- toko, dan lain- lain. Dari tahun 1968 aktivitas tersebut mulai berkembang dan pada akhirnya tahun 1971 setelah
dilokalisasikan menjadi lokalisasi prostitusi, jumlah pekerja seks semakin bertambah dan pada tahun yang sama pekerja seks mulai terdata di Departemen
Sosial. Sejak itu pula sampai tahun 1973 jumlah pekerja seks dari 30 orang menjadi 65 orang, dari tahun 1974- 1980 pekerja seks bertambah menjadi 110 orang, dan
pada tahun 1981- 1990 berkembang menjadi 300 orang pekerja seks. Disini terlihat perkembangan pesat lokalisasi ini karena semakin banyaknya permintaan para
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
pengunjung. Sedangkan bayaran yang diperoleh para pekerja seks dari para tamu pemakai pekerjaan seks umumnya Rp. 5000 short time.
Faktor- faktor yang mendorong para wanita menjadi pekerja seks kebanyakan didorong oleh kebutuhan ekonomi. Banyak dari mereka yang tidak
memiliki pekerjaan. Tapi ada juga para gadis yang dijebak oleh para mucikari dengan berbagai rayuan untuk menjerumuskan para gadis ke dalam kehidupan
pelacuran. Faktor yang lain adalah putus asa dan patah hati karena ditinggal kekasihnya dan mereka yang telah bercerai dari suaminya. Sebagian besar para
pekerja seks lokalisasi prostitusi Bukit Maraja adalah para janda. Umur pekerja seks yang tinggal di lokalisasi yang paling muda adalah
umur 16 tahun dan yang paling tua 50 tahun. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Tabel 2.1 Jumlah Pekerja Seks Berdasarkan Umur di Lokalisasi Pelacuran Bukit Maraja
UMUR dalam tahun JUMLAH PSK
PERSENTASE 16- 19
31 10,33
20- 24 98
32,66 25- 29
87 29
30- 34 46
15,33 35- 39
23 7,66
40- 49 12
4 50 keatas
3 1
Jumlah 300
100 Sumber : Data statistik Pemilik Kafe Barak dan Pelayan KafeBarak di Kabupaten
Simalungun 1990. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa umur pekerja seks jumlah yang
paling besar adalah berumur antara 20- 24. Dari umur 24 tahun kebawah mayoritas berstatus janda, hanya sebagian kecil dari status gadis atau belum kawin.
Dari umur 35- 50 tahun keatas jumlah pekerja seks sangat minim, dimana sudah banyak mereka yang keluar dari lokalisasi pelacuran karena kurangnya
pengunjung terhadap mereka, dan ada sebagian kecil untuk tetap tinggal di dalam
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
lokalisasi pelacuran itu yang bekerja sebagai tukang cuci dan pengasuh anak. Beberapa dari Pekerja Seks menyatakan:
Nama Ani, Umur 40 tahun, Asal Jawa Timur. Berkerja dan bertempat tinggal di Vivi Bar Bukit Maraja selama 20 tahun. Pada
awalnya saya tidak ingin menjadi wanita yang seperti ini tetapi saya tidak mempunyai sesuatu untuk diharapkan dari kehidupan saya ini,
apalagi setelah kekasih saya meinggalkan saya setelah mendapatkan apa yang sangat berharga dari hidup saya yaitu merenggut kesucian
saya. Saya lulus dari SMA dan rencana dari orang tua ingin malanjutkan ke perguruan tinggi. Kehidupan keluarga saya cukup
mapan. Tetapi setelah kejadian tersebut saya merasa putus asa dan sepertinya dunia saya hancur. Saya sangat malu pada keluarga tetapi
dengan segala kehancuran yang ada, saya menjalani kehidupan ini dengan menjadi pekerja seks. Dan seorang mucikari membawa saya
dari Jawa Timur menuju Sumatera dan sampailah di lokasi pelacuran Bukit Maraja. Terkadang hati nurani saya tidak ingin
melakukan pekerjaan kotor ini tetapi apa boleh buat, saya sudah terlanjur terjerumus. Pada saat itu banyak tamu yang memanggil
saya karena usia saya yang masih muda. Dan sampai sekarang saya masih tinggal di lokalisasi ini dan semakin tua dan tidak ada tamu
yang memanggil saya, akhirnya saya mencari pekerjaan yang lain yaitu menjadi tukang cuci para pekerja seks. Mau pulang malu pada
keluarga.
21
Nama Yustina, umur 36 tahun, asal Rantau Parapat. Berkerja dan bertempat tinggal di Marlboro Bar. Saya terjun ke lokasi pelacuran
setelah di tinggal oleh suami saya. Dimana kondisi saya pada saat itu hanya sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki anak yang
tidak memiliki penghasilan sendiri. Saya bingung karena tidak adanya pekerjaan yang di dapat dengan mudah untuk menghasilkan
uang demi memenuhi kebutuhan hidup saya, saya hampir putus asa dengan berat hati, akhirnya saya mencoba untuk terjun ke dunia
pelacuran ini agar mendapat uang lebih mudah dan cepat dengan menjual tubuh saya kepada para lelaki hidung belang. Mulanya rasa
Sedangkan penuturan dari pekerja seks lokalisasi prostitusi Bukit Maraja
yang masih aktif dalam lokasi tersebut menyatakan :
21
Wawancara, dengan Ani, Pekerja Seks, tanggal 10 Juli 2007
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
penyesalan selalu timbul dalam diri saya. Tapi saya selalu melawan rasa penyesalan itu. Akhirnya saya menjadi terbiasa dan mulai
menikmati pekerjaan ini, dan sampai sekarang saya masih dipakai oleh pengunjung baru maupun yang sudah berlangganan
22
Nama eva, umur 35 tahun, asal Jawa Tengah, bekerja dan bertempat tinggal di Dwi bar. Saya terjun ke dalam lokalisasi pelacuran Bukit
Maraja karena masalah ekonomi, dimana kondisi keluarga saya yang sangat kekurangan, ayah saya hanya seorang kuli yang tidak
menetap penghasilannya, harus menghidupi 6 orang anaknya. Melihat kondisi yang seperti ini saya berniat untuk mencari
penghasilan sebagai penambah kebutuhan dalam keluarga. Saya mencoba mencari pekerjaan, tetapi hasilnya tidak ada sama sekali,
sangat sulit mencari pekerjaan di pulau jawa ini dengan pendidikan yang rendah seperti saya ini. Akhirnya saya berkenalan dengan
seorang wanita paruh baya, dia menawarkan pekerjaan kepada saya dengan penghasilan yang memuaskan, tetapi saya di kirim ke
Medan tepatnya di desa Marihat Bukit. Saya dibohongi, saya terkejut, saya di suruh menemani para lelaki yang berkunjung ke
tempat ini, dan berlanjut sampai akhirnya melayani kebutuhan seks mereka. Hati saya sangat hancur. Saya merasa tubuh saya sangat
kotor. Tapi tak ada yang perlu disesali lagi, karena kondisilah yang membuat saya seperti ini. orang tua saya tidak tahu apa yang saya
kerjakan disini, setiap bulannya saya mengirim uang hasil pekerjaan kotor ini kepada keluarga saya.
. Kemudian penuturan dari :
23
Alasan mereka terjun menjadi wanita pelacur, yang masih berstatus gadis menyatakan akibat faktor lingkungan. Terlampau keras pendidikan dalam keluarga.
Di lokalisasi pelacuran Bukit Maraja dari 300 pekerja seks, 70 berstatus
janda, dan 21 yang berstatus gadis atau belum kawin, dan 9 yang berstatus kawin.
22
Wawancara, dengan Yustina, Pekerja Seks lokalisasi prostitusi Bukit Maraja, 10 Juli 2007.
23
Wawancara, dengan Eva, Pekerja Seks lokalisasi prostitusi Bukit Maraja, 11 juli 2007.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Sekali ia terlepas dari lingkungan keluarganya maka ia terjerumus ke dalam kehidupan seksual. Mula- mula hanya berdasarkan kebutuhan jasmaniah atau naluri
seks dengan pengisian kehampaan kasih sayang, kemudian bersifat materi. Pendidikan keluarga yang bebas, dapat membawa pengaruh buruk terhadap anak
wanita, karena sebelum dewasa, anak telah membiarkan diri ke dalam pergaulan hubungan seks dan orang tua atau keluarga tidak mau tahu tentang anak.
Sedangkan wanita pelacur yang mempunyai status janda, ada yang berdasarkan karena kawin dalam usia muda sehingga belum mempunyai
kematangan dalam hidup berumah tangga. Timbul percekcokan dalam rumah tangga dengan berbagai dalih yang dapat diterima, terjadilah perceraian dalam usia
muda. Alasan mereka terjun kelokasi pelacuran pada umumnya bermotifkan materi dalam masalah kelanjutan hidupnya yaitu membiayai hidup anak atau orang tua,
dan ada juga yang menyatakan ia terjun kepelacuran karena keinginan beravonturisme petualangan
24
Pada umumnya para wanita pelacur memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Di lokalisasi pelacuran Bukit Maraja menurut penelitian penulis dari 300
pekerja seks, 22 tidak tamat SD, 62 tamat SD, 12 tamat SMP, 4 tamat SMA.
.
25
24
Marzuki Umar Sa’abah. Loc. Cit
25
Wawancara, dengan Kepala Dusun Marihat Bukit, Mucikari, dan Pekerja Seks, tanggal 8 juli 2007.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Berlainan pula motivasi wanita pelacur yang mempunyai status kawin atau mempunyai suami. Disamping masalah materi untuk menambah biaya hidup atau
penghasilan dalam rumah tangga, ada yang bermotifkan karena dimadu oleh suami sehingga ia melarikan diri dari keluarga dan terjun menjadi wanita pelacur.
Kemudian ditinjau mengenai sebab- sebab mereka memilih lokasi pelacuran Bukit Maraja sebagai tempat berpraktek, adalah karena lokasi ini telah
mendapat izin, sehingga mereka tidak takut lagi diuber- uber oleh petugas dan merasa aman, tidak ada lagi pemerasan. Keamanan dan kesehatan kami lebih
terpelihara
26
Tingkat kehidupan para pengunjung yang datang ke lokasi pelacuran Bukit Maraja bermacam- macam, seperti kelas pedagang, pengusaha, petani, buruh, dan
ada juga sebagaian kecil pegawai negeri sipil. Disayangkan sekali tindakan- tindakan dari laki- laki yang mengunjungi tempat pelacuran ini dengan
mengeluarkan biaya yang demikian banyak untuk pemuas nafsu seksnya saja. .
Pengunjung yang datang ke lokalisasi pelacuran Bukit Maraja yang berdasarkan status, pada umumnya laki- laki yang sudah berumah tangga
berkeluarga lebih banyak, dibanding dengan laki- laki yang belum berkeluarga. Pengunjung setiap harinya datang, ada yang pulang dan ada yang menginap
setelah selesai mendapat pelayanan seks dari para wanita pelacur.
26
Wawancara, dengan Para Pekerja Seks, tanggal 10 juli 2007.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Terutama bagi laki- laki dari kaum tani dan buruh- buruh yang mempunyai penghasilan yang pas- pasan.
Tahun 1977 lokalisasi ini digunakan untuk proyek rehabilitasi para wanita tuna susila, yang pada waktu itu Bapak Regen Rajagukguk sebagai penghulu
pernah mengadakan studi banding ke dolly Jawa Timur tentang pengrehabilitasian lokalisasi pelacuran Bukit Maraja
27
Setelah memberikan penyuluhan- penyuluhan maka pemerintah menjadikan lokalisasi ini menjadi sektor pendapatan daerah. Seperti pemungutan pajak dari
lokalisasi pelacuran tersebut, dan para pengguna layanannya menyetujui . Beliau mengusulkan bagaimana supaya
pemerintah setempat turun tangan ke lokalisasi pelacuran ini, dalam rangka menyediakan fasilitas seperti pelayanan kesehatan. Dan Dinas sosial membuat
pelatihan- pelatihan memasak , salon , menjahit, dan perlengkapan keterampilan serta dana tersebut dari dinas sosial. Contohnya dinas kesehatan juga mengambil
sampel darah untuk mendeteksi orang yang terjangkit HIV, dan penyakit IMS sipilis dan lain- lain.
Dinas kesehatan kabupaten Simalungun secara kontinu seminggu sekali setiap hari senin melakukan pemeriksaan medis terhadap wanita- wanita pelacur
yang ada di lokasi pelacuran Bukit Maraja, terutama mengenai penyakit kelamin. Penyakit kelamin seperti sipilis, Gonorhoe, dan sebagainya yang timbul karena
adanya pelacuran.
27
Wawancara, dengan Samsudin Tampubolon, Kepala Dusun III Marihat Bukit, tanggal 27 April 2007.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
pembayaran pajak tersebut. Adanya proyek ini menjadikan pengelola merasa lebih aman, dan karena itu juga tempat ini tidak pernah dirazia oleh aparat. Justru
aparatlah yang melindungi mereka kalau ada membuat masalah yang datang dari pengunjung maupun dari luar komplek tersebut.
Hubungan solidaritas sosial para wanita pelacur tersebut dalam bidang- bidang tertentu masih ada, misalnya bila diantara kelompok pelacur terkena
musibah atau hal- hal yang tidak diharapkan, mereka bergotong- royong mengummpulkan dana untuk membantu yang bersangkutan. Tetapi berbeda
halnya dalam menghadapi langganan. Bila seorang langganan pernah bertamu kepadanya, maka ia tidak menghendaki langganannya itu direbut yang lainnya.
3.2.2 Mucikari Germo