Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
juga bagi masyarakat yang bertempat tinggal di lokalisasi prostitusi. Namun disisi lain, tidak selamanya pelacuran berdampak negatif, karena dengan adanya
lokalisasi pelacuran ini dapat menambah sumber penghasilan masyarakat tertentu.
4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Berdirinya Lokalisasi Prostitusi Bukit Maraja
Setelah terbentuknya aktivitas pelacuran yang terjadi di desa Marihat Bukit dari tahun 1968 yang dimulai dari warung remang- remang di pinggir jalan sampai
pada terlokalisasinya tempat pelacuran ini, masyarakat sudah mulai sangat resah. Keresahan ini menyebabkan masyarakat mengadakan demo, agar warung- warung
tersebut segera ditutup namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Selanjutnya pada tahun 1973 masyarakat kembali mengadakan aksi demo, hal ini juga sama
pada saat demo tahun 1968. Akhirnya terjadi demo besar- besaran yang dilakukan masyarakat serta terlibatnya Ibu- ibu perwiritan pada tahun 1976, karena mereka
semakin tidak tahan, malu, dan terganggu. Dan pada saat itu sementara waktu lokalisasi ini ditutup
39
Tidak lama kemudian lokalisasi ini diaktifkan kembali, karena pada saat itu para pengelola dan pengguna lokalisasi serta masyarakat yang pro setuju
terhadap pembukaan lokalisasi tersebut meminta dukungan kepada pemerintah daerah dengan alasan- alasan perkenomian. Dan dengan ketentuan- ketentuan yang
.
39
Wawancara, dengan Ponimin, dkk. Marihat Bukit, Tanggal 26 Agustus 2007.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
diberlakukan pemerintah daerah akhirnya lokalisasi ini diaktifkan kembali dan beroperasi. Dan awal tahun 80-an lokalisasi pelacuran ini berkembang sangat pesat.
Melihat berbagai kejadian di desa Marihat Bukit ini, akhirnya mereka bersikap masa bodoh terhadap kegiatan pelacuran di desa ini. Penuturan Ibu Ely
masyarakat setempat sebagai berikut : “Sangat percuma memikirkan keadaan para pelibat kegiatan
pelacuran di desa ini karena orang lain, kami sudah merasa pasrah dengan kondisi yang seperti ini. Karena kami sudah melakukan
upaya dan cara untuk melakukan penutupan lokalisasi ini. Tapi hasilnya sia- sia. Ya, kami hanya bersikap masa bodoh dan
menerima”.
40
40
Wawancara, dengan Ibu Ely. Marihat Bukit, tanggal 28 Agustus 2007.
4.4. Hubungan Masyarakat Dengan Para Pengguna Lokalisasi Prostitusi