Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah adalah ilmu tentang manusia.
1
Prostitusi pelacuran merupakan salah satu aktivitas yang dijalani oleh sebagian komunitas tertentu, yang menjadi objeknya adalah wanita, yang telibat
didalamnya. Keberadaan prostitusi hingga saat ini belum diterima masyarakat. Kegiatan ini merupakan suatu gejala sosial yang merupakan bentuk penyimpangan
terhadap norma- norma dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping itu prostitusi mempunyai akibat bagi masyarakat, terutama bagi peradaban, kesehatan, ekonomi
dan moral. sejarah sebagai ilmu terikat pada
prosedur masalah penelitian ilmiah. Manusia bercerita tentang perbuatan masa lalu dan masa kini. Dalam menjalankan kehidupannya manusia melakukan segala
aktivitas untuk memperjuangkan hidup, aktivitas itu membawa perubahan yang berdampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif dan negatif.
Manusia selalu mencari cara untuk membuat suatu perubahan dalam kehidupannya yang dipengaruhi oleh keadaan manusia itu sendiri. Keadaan manusia pada masa
tertentu kadang memaksanya untuk melakukan hal- hal yang melanggar norma- norma yang terdapat dalam masyarakat maupun agama.
1
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1995, hlm.12.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Prostitusi atau pelacuran merupakan “profesi” yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri, berupa tingkah laku lepas bebas tanpa
kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas- batas kesopanan. Prostitusi atau pelacuran selalu ada pada
semua negara berbudaya. Prostitusi atau pelacuran menjadi masalah sosial. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan industri serta kebudayaan manusia, turut
berkembang pula prostitusi atau pelacuran dalam berbagai bentuk dan tingkatannya.
Pertumbuhan sejarah pelacuran di Indoensia tidak terlepas dari peradaban bangsa Indonesia itu sendiri,
2
Nasib wanita pada masa penjajahan Belanda dan Jepang memakai sistem yang tidak jauh beda dari sistem kerajaan. Aktivitas ini terus berkembang, sampai
industri seks sudah terorganisir Bangsa Indonesia pada masa lalu adalah bangsa
dengan berbagai kerajaan. Kekuasaan Raja pada saat itu tidak terlepas hanya menguasai pemerintahan, tetapi semua yang ada di dalamnya termasuk rakyat. Raja
berkuasa penuh untuk mendapatkan perempuan yang mereka inginkan untuk dijadikan Selir Wanita Simpanan. Sekalipun pada masa itu tidak dikatakan
Pelacuran tetapi cara- caranya tetap berupa pelacuran.
3
2
Abu Al- Ghigari, Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern, Bandung: Mujahid Press, 2004, hlm. 99.
3
Ibid. hlm.100.
. Pada masa penjajahan wanita- wanita justru semakin tersiksa dengan disebarkannya mereka ke daerah- daerah yang ada di
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Indonesia, dengan menempatkan para wanita di tempat- tempat para prajurit bertugas.
Penyebaran- penyebaran yang dilakukan di berbagai daerah pada masa penjajahan mengakibatkan para wanita pelacur tetap melakukan aktivitas
pelacuran. Tidak heran pelacuran menjadi menjamur di Indonesia, dan bukan hanya terdapat di kota- kota besar, tetapi juga terdapat di desa- desa, dengan latar
belakang dan perkembangan yang berbeda- beda. Pelacuran menjadi masalah yang unik dan cukup menarik untuk dibahas
karena status hukumnya belum jelas hingga saat ini, tetapi keberadaannya masih ada dan mendapat izin dari pemerintah daerah. Tempat pelacuran yang terlokalisir
dilindungi oleh Pemerintah Daerah dan Departemen Sosial, yang pengawasan keamanan dibawah aparat pemerintahan, yang diizinkannya melalui prosedur-
prosedur yang ditentukan oleh pemerintah daerah tersebut. Lokalisasi Bukit Maraja terletak di desa Marihat Bukit Kecamatan Gunung
Malela, Kabupaten Simalungun merupakan salah satu tempat pelacuran yang ada di Sumatera Utara, telah dilokalisir dibawah pengawasan pemerintah daerah. Dulunya
nama Bukit Maraja di ambil dari nama sebuah perkebunan Sipef yang diadopsi menjadi nama sebuah desa dan menjadi nama sebuah lokalisasi, yang disebut
Lokalisasi Prostitusi Bukit Maraja. Masyarakat desa Marihat Bukit merupakan masyarakat yang heterogen
terdiri dari beragam- ragam suku. Dalam menjalankan kehidupannya masyarakat
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
Marihat Bukit masih menjalankan adat- istiadat yang berlaku sesuai dengan masing- masing suku, dalam arti masyarakat masih mempertahankan budaya yang
dimiliki. Demikian juga dalam hal keagamaan, masyarakat masih menjalankan aktivitas keagamaan sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut.
Terbentuknya lokalisasi Bukit Maraja sampai dengan dikeluarkannya izin dari pemerintah daerah, pada saat itu masyarakat setempat yang kurang setuju
melakukan aksi demo untuk menentang diadakannya lokalisasi ini.
4
Perkembangan lokalisasi Bukit Maraja sebagai pasar cinta yang telah mendapat izin dari pemerintah daerah, ternyata dapat merubah tingkat
perekonomianpendapatan dan taraf hidup masyarakat setempat. Perubahan- perubahan tersebut tidak hanya dilingkungan fisik dalam pengertian pasar cinta
saja, tetapi juga terjadi perubahan dalam aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan sering juga menimbulkan
Tetapi penolakan- penolakan mereka ditolak dengan berbagai alasan- alasan yang sangat
mendasar, antara lain supaya aktivitas pelacuran tersebut tidak menjadi tempat pelacuran yang liar, karena akan berdampak buruk terhadap lingkungan masyarakat
sekitar desa Marihat Bukit maupun daerah- daerah lain. Selain daripada itu, ditempatkannya lokalisasi pelacuran Marihat Bukit di satu tempat dapat menambah
sumber pendapatan daerah. Hal ini terlihat adanya keterkaitan antara pengelola lokalisasi dengan pemerintah daerah.
4
Wawancara, dengan Legino, Dusun III Sakuda Bayu, tanggal 26 April 2007.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
konflik- konflik seperti tejadinya pertiakaian antara sesama masyarakat desa Marihat Bukit.
Mengingat peluang bisnis dari daerah desa Marihat Bukit sebagai lokalisasi prostitusi sebagai sumber pembangunan ekonomi daerah dan sumber mata
percaharian sebagian penduduk telah berlangsung cukup lama, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana dampak lokalisasi prostitusi terhadap perubahan
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat desa Marihat Bukit. Dari latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah lokalisasi
prostitusi dengan judul DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA
MARIHAT BUKIT, SIMALUNGUN 1968- 1990. Dalam penelitian ini penulis
membuat batasan waktu yang dimulai sejak tahun 1968, dimana pada tahun tersebut dibentuknya lokalisasi Prostitusi di mulai dengan pembukaan warung-
warung di pinggir jalan Asahan Km 22 Bukit Maraja, yang merupakan awal terbentuknya menuju lokalisasi.
Tahun 1990 sebagai batas akhir dalam penulisan ini, karena ditahun ini dapat mewakili perkembangan Lokalisasi Prostitusi Bukit Maraja. Batas kajian
penelitian mulai 1968 hingga 1990 tergolong sebagai peristiwa sejarah kontemporer yang memfokuskan penelitian terhadap proses perubahan sosial yang
terjadi di desa Marihat Bukit yang tidak dapat dipisahkan dengan berdirinya Lokalisasi Prostitusi Bukit Maraja.
Heldawaty Simanjuntak. DAMPAK LOKALISASI PROSTITUSI BUKIT MARAJA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA MARIHAT BUKIT 1968- 1990.2007
USU e-Repository©2009
1.2 Rumusan Masalah