6
Gambar 2.b Potongan sagital perempuan
12
2.1.2. Histologi
Dilihat dari segi histologi dinding dari kandung kemih terdiri dari lapisan mukosa pada bagian paling dalam dan menempel lamina propria setelahnya. Pada
lapisan mukosa bagian yang berbatasan langsung dengan lumen kandung kemih tersusun oleh epitel transisional yang dapat berubah bentuk. Rugae merupakan
lipatan lapisan mukosa yang dapat meningkatkan luas permukaan kandung kemih. Selanjutnya kandung kemih memiliki lapisan muskularis ditengahnya. Lapisan
muskularis terdiri dari tiga lapisan yaitu dua lapis otot polos longitudinal dan satu lapis otot polos sirkuler yang berada di antara kedua lapis otot polos longitudinal.
Susunan lapisan otot pada kandung kemih ini kita kenal dengan sebutan otot detrusor. Lapisan yang paling superfisial adalah lapisan adventisia pada bagian
posterior dan inferior.
10
7
Gambar 3 Dinding kandung kemih
12
2.1.3. Fisiologi berkemih
Urin terus diproduksi oleh ginjal dan akan memenuhi kandung kemih secara progresif sampai pada ambang letup keteregangan kandung kemih.
Kemudian timbul refleks berkemih untuk mengosongkan kandung kemih. Jika tahap ini gagal maka kandung kemih akan sangat penuh dan timbul desakan yang
kuat untuk berkemih.
11
Proses pengosongan kandung kemih dapat terjadi melalui mekanisme refleks berkemih dan kontrol volunter. Mekanisme refleks berkemih terjadi saat
reseptor regang terstimulasi. Semakin kandung kemih terisi oleh urin maka reseptor regang yang berada di dinding kandung kemih akan terangsang. Serabut
saraf afferen dari reseptor regang yang aktif akan membawa impuls memasuki medula spinalis yang selanjutnya akan menstimulasi kandung kemih melalui saraf
parasimpatis dan menghambat pemberian rangsang pada sfingter uretra eksterna. Saraf parasimpatis menyebabkan kandung kemih kontraksi dan perubahan bentuk
kandung kemih menyebabkan sfingter uretra interna terbuka. Pada saat yang bersamaan, hambatan rangsang pada sfingter uretra eksterna menyebabkan
sfingter relaksasi.
13