Fisiologi berkemih Kandung kemih

10 kinase-C. Kalsium yang masuk dari ekstrasel dapat menginduksi pengeluaran kalsium dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor ryanodin. 14 ATP dapat berperan melalui reseptor P 2 X purinergic yang merupakan non selective cation channels pada membran. Reseptor P 2 X menyebabkan depolarisasi sehingga voltage sensitive Ca 2+ channels terbuka. Hal ini menyebabkan lebih banyak lagi kalsium keluar ke sitoplasma dan menimbulkan kontraksi otot polos. 14 Peningkatan kalsium dalam sel akan berikatan dengan kalmodulin menjadi CaM sehingga dapat mengaktivasi myosin light chain kinase MLCK sebagai enzim spesifik untuk memfosforilasi myosin light chain MLC menjadi phosphorylated myosin light chain MLCp yang aktif. 18 MLCp dapat mengaktivasi miosin ATPase. 15 Hal ini menyebabkan miosin dapat berinteraksi dengan aktin dan menghasilkan pembentukan gaya. 14 Gambar 4 Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot polos 18 Protein G yang aktif selain dapat mengaktivasi PLC, juga dapat megaktivasi Rho. Rho selanjutnya bekerja sebagai kalsium sensitization yang dapat menghambat myosin light chain phosphatase MLCP. Sehingga tetap mempertahankan kontraksi secara tidak langsung. MLCP memiliki kemampuan 11 yang berlawanan dari MLCK, yaitu untuk melakukan defosforilasi MLCp sehingga akan terjadi relaksasi. 18 Sistem saraf parasimpatis akan mengeluarkan neurotransmiter berupa asetilkolin dan akan memasuki sel otot polos melalui reseptor M 2 . Reseptor M 2 berperan untuk mencegah otot polos relaksasi sehingga kontraksi otot polos akan bertahan. Reseptor M 2 akan berikatan dengan protein Gi yang akan menghambat enzim adenilat siklase. Karena inhibisi ini menyebabkan transformasi ATP menjadi cAMP menurun. cAMP yang tersisa akan dirubah oleh PDE untuk menjadi Adenosine monophosphate AMP 5’ yang tidak aktif. 16 cAMP dalam keadaan aktif dapat mengaktifkan protein kinase-A PKA yang dapat menyebabkan MLCP bekerja merubah MLCp menjadi MLC sehingga akan menimbulkan efek relaksasi pada otot polos. 17 Respon kontraksi otot polos lebih lambat dan bertahan lama dibandingkan otot lainnya. otot polos mampu menghidrolisis ATP selama proses kontraktil. 14 Asetilkolin merupakan sebuah agonis yang dapat menempel pada reseptor muskarinik dan mengaktifkan kerja seluler, salah satunya adalah kontraksi pada otot polos. Asetilkolin pada celah sinaps dapat didegradasi oleh asetilkolinesterase. Karbakol memiliki kemampuan untuk berikatan dengan reseptor muskarinik juga, namun karbakol tidak dapat di degradasi oleh asetilkolisesterase. Oleh sebab itu efek karbakol terhadap kerja seluler lebih bertahan lama 16

2.2. Kafein

Nama kimia kafein 3,7-dihydro-I,3,7-trimethyl-IH-purine-2,6-dione. Kafein memiliki beberapa aksi seluler yaitu sebagai antagonis adenosine pada reseptor A 2A dan A 1 , kafein menghambat terpecahnya cAMP karena inhibisi PDE, kafein memblokade reseptor GABA dan dapat memobilisasi depot kalsium intraseluler. Karena itulah kafein memiliki banyak efek ditubuh manusia. 5 Setelah kafein di konsumsi, dengan cepat kafein di absorbsi dari saluran cerna masuk ke dalam darah. Kafein akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Konsentrasi kafein maksimum dalam darah memerlukan waktu selama 1-1,5 jam. Kafein dapat menembus sawar darah otak, menembus plasenta sampai ke cairan