Kerangka Konsep TINJAUAN PUSTAKA

24 Gambar 8 Prosedur penelitian karbakol 2. Tahap pengujian bahan ekstrak Kemudian setelah ditunggu 60 menit lanjutkan penelitian dengan menilai bahan uji kafein. Sebelum kafein dimasukan, terlebih dahulu masukan karbakol sebagai penginduksi awal kontraktilitas otot polos. Kontraksi otot polos yang meningkat oleh karbakol tersebut dianggap sebagai kontraksi maksimal otot polos. Ketika memperlihatkan gambaran kontraksi yang sudah datar plateu ini merupakan saat yang tepat untuk memasukan bahan uji kafein. Bahan uji di berikan bertahap mulai dari 0,01 µM sampai 100 µM dengan selang waktu lima menit. Melihat rekaman hasil kontraktilitas otot polos kandung kemih yang dipengaruhi oleh pemberian bahan uji pada Labchart. Sebagai kontrol maka kita harus menguji juga bahan pelarut kafein yang di gunakan untuk melarutkan kafein. Bahan pelarut kafein tersebut adalah akuades. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah pelarut tersebut juga memiliki efek kontraktilitas terhadap otot polos kandung kemih atau tidak. Prosedur yang sama seperti penilaian bahan uji diterapkan dalam pengujian bahan pelarut. Prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 9. 25 Gambar 9 Prosedur penelitian perlakuan dan kontrol

3.7 Analisis data

Hasil yang telah terekam oleh transduser dan program LabChart v 7.1 akan diambil. Hasil kontraktilitas yang di induksi oleh karbakol dianggap 100 sebagai patokan maksimal kontraksi. Nilai besar efek kontraktilitas yang diberikan oleh perlakuan atau pun kontrol merupakan persentase relatif terhadap kontraksi maksimal yang diinduksi oleh 1 µ M CCh. Data numerik tersebut akan dimasukan dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS16.0 untuk ditentukan apakah pengujian yang dilakukan tersebut bermakna atau tidak. Analisis data dilakukan uji Independent Samples t Test bila distribusi sampel dan kelompok normal, dan Mann-Whitney bila distribusi sampel dan kelompok tidak normal.