14
unit-unit penyusunan anggaran, menyelesaikan berbagai konflik anggaran, menyetujui anggaran final sebelum disetujui oleh dewan komisaris, serta memonitor
kerja aktual dari pelaksanaan anggaran. Dibawah ini merupakan contoh konsep pembiayaan sekolah umumnya untuk
waktu satu tahun akademik. Untuk pembiayaan kurikulum dan pembelajaran berbagai kegiatan secara
sederhana dapat dilihat rinciannya pada tabel;
8
Tabel 2
Pokok budget
Projek Perencanaan
Projek Pengkoordinasian
Projek Pelaksanaan
Projek Pengendalian
Kurikulum Penyusunan Kurikulum
Rapat MGMP Perubahan
Kurikulum Menuju
KTSP Undangan Rapat
Penyusunan SAP
Rapat MKKS Penyusunan
SAP Kontekstual
Transport Rapat
Buku Pegangan
Guru Rapat
Guru Bidang Studi dan
Rumpun Penyusunan
Buku pegangan
Guru Daftar Hadir
Buku Pegangan
Siswa Rapat
dengan Komite Sekolah
Pengadaan Buku
Pegangan Siswa
Notulen Rapat
Metode Pembelajaran
Koordinasi sekolah
dengan dunia bisnis
Pengayaan materi
metode Pembelajaran
laporan pertaggungjawaban
keuangan
8
Dr. Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, Yogyakarta; Pustaka Bok Publisher. 2007. Hal; 58-63
15
guru Media
pembelajaran Pengadaan
media pembelajaran
Buku, barang, alat
PBM Jadwal
pembelajaran Rapat
guru lengkap
Tatap muka di kelas
Arsip jadwal Rencana
kegiatan guru bidang studi
Pembentukan pembimbing
studi wisata Belajar
di laboratorium
Arsip pedoman
praktek, petunjuk karyawisata
Pedoman praktek
Pembentukan panitia
karyawisata Studi wisata
Laporan praktek
dan karya wisata Pedoman
karyawisata Rapat pengelola
lab Penelitian
siswa Evaluasi
Jadwal ujian Formatif
Rapat guru Pelaksanaan
tes dan ujian Nilai formatif
Ujian sumatif Pembentukan panitia tes dan
ujian Pelaksanaan
ME Nilai sumatif
Ujian Nasional
Pelaksanaan Akreditasi
Sekolah Nilai Ebtanas
Kartu tes Sertifikat evaluasi
program Tata tertib
Sertifikat evaluasi manajerial
Adapun untuk budget kesiswaan rinciannya pada tabel berikut ini;
Tabel 3
Budget pokok
Perencanaan Pengkoordinasikan Pelaksanaan
Pengendalian Siswa baru
Promosi Rapat
komite sekolah, pimpinan
sekolah, guru,
Publikasi melalui media
elektronik dan Software dan
hardware SPMB
16
karyawan lengkap cetak
atau media lainnya
Penetapan target
siswa baru
Konsultasi dengan Dinas Pendidikan
Penyusunan Sistem
Informasi PSB
Dokumen pendaftaran
Pembentukan panitia PSB
Pelaksanaan pendaftaran,
seleksi, dan
pengumuman Dokumen
informasi dan penerimaan
Jadwal kegiatan
panitia Pemberian
tanda terima
kepada calon yang
memenuhi syarat
Daftar siswa baru
yang teregistrasi
sesuai kalender
Organisasi siswa
Pembentukan organisasi
kesiswaan yang baik
Rapat pimpinan
sekolah, bidang
kesiswaan dan
perwakilan siswa senior
Pembentukan tata tertib dan
persyaratan pembentukan
organisasi siswa
Dokumen- dokumen
yang berkaitan
dengan pembentukan
organisasi kesiswaan
Pembinaan semua
organisasi kesiswaan
yang baik Pemilihan
umum siswa pengajuan
calon kepada kepala
sekolah
dan penetapan
susunan kepengurusan
Dokumen pengesahan
organisasi kesiswaan
Pengelolaan output
Rencana pembentukan
organisasi alumni
Rapat pimpinan
dengan perwakilan alumni
Pembentukan organisasi
alumni, jaringan
Dokumen alumni
17
alumni, dan
pelacakan alumni
3. SUMBER DANA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Sumber dana pendidikan adalah pihak-pihak yang memberikan bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima setiap tahunnya oleh lembaga sekolah dari
sumber resmi dan diterima secara teratur. Adapun sumber penerimaan tersebut terdiri dari pemerintah pusat APBN, pemerintah daerah APBD, orangtua murid BIP3,
dan masyarakat. Penerimaan yang bersumber dari pemerintah pusat terdiri dari gaji, subsidi atau bantuan pembiayaan penyelenggaraan SDN SBPP-SDN, dan dana
operasional perawatan DOP. Adapun menurut buku Pembiayaan pendidikan di Indonesia membagi empat
golongan sumber dana antaralain; 1 hasil penerimaan umum pemerintah, pada dasarnya merupakan sumebr yang
terpenting untuk pembiayaan pendidikan. Termasuk dalam golongan ini semua penerimaan pemerintah disemua tingkat pemerintahan, baik pajak, bantuan luar
negeri maupun pinjaman oleh pemerintah. Besarnya biaya dan penerimaan pemerintah tersebut ditentukan oleh aparat keuangan pemerintah ditingkat pusat
maupun daerah, yang dipertimbangkan berdasarkan prioritas-prioritas pendidikan dibandingkan dengan kegiatan pemerintah dibidang lainnya.
2 penghasilan pemerintah khusus diperuntukan pendidikan, meskipun itu merupakan suatu bagian dari penerimaan pemerintah, perlu dipisahkan dalam pembahasan ini.
Termasuk dalam golongan ini bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang diperuntukkan pendidikan, seperti bantuan UNICEF atau UNISCO, pinjaman dari
Bank Dunia dan sebagainya.
18
3 iuran sekolah, adalah pembayaran orang tua murid langsung kepada sekolah, berdasarkan jumlah anak mereka yang dididik di sekolah tersebut. Keputusan
mengenai sekolah yangmana anak-anak mereka akan dididik dan apakah iuran sekolah tersebut akan dibayar adalah hak orangtua murid, walaupun jumlah iuran
itu biasanya ditentukan oleh pemerintah atau sekolah atau Yayasan. Peranan orangtua murid dalam menentukan jumlah itu biasanya terbatas kepada
keanggotaannya badan sekolah, Yayasan, dan sebagianya. 4 sumbangan-sumbangan sukarela lainnya, termasuk juga sumbangan perseorangan.
Sumbangan dari masyarakat, panti darma atau badan agama baik dalam negeri maupun luar negeri, berupa uang tunai, barang, jasa-jasa, hadiah-hadiah,
pinjamandan segala usaha sekolah sendiri untuk mengumpulkan dana.
9
Hubungan Pembantuan
Keterbatasan pemerintah dan institusi pendidikan menyediakan dan mengalokasikan dana menuntut adanya upaya kreatif untuk memperoleh bantuan
dana dari sumber luar. Diluar kerangka sumber dana institusi seperti telah disebutkan, aliran dana dari sumber luar dapat diperoleh dengan cara hubungan pembantuan.
Dana tersebut diharapkan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Beranjak dari pengalaman yang ada, model hubungan pembantuan yang diharapkan dapat
mengambil manfaat secara edukasional atau ekonomis, yaitu model agrimen, model pensponsoran, dan model pemerintahan. Deskripsi masing-masing model tersebut
antara lain; 1.
Model agrimen. Pada model ini bantuan manusia dan sumber capital dicapai dengan agrimen
diantara dua institusi tanpa kehilangan identitas institusinya. Rasional dari model ini adalah fleksibilitas, kesukarelaan berkolaborasi, dan memelihara keragaman.
Pada model ini, masing-masing institusi bebas untuk membawa partner akademik
9
Daroesman, Ruth, pembiayaan Pendidikan Di Indonesia, Jakarta; PT.Badan Penerbit Indonesia Raya, 1975, Hal; 21-23
19
dan fasilitas dari institusinya, tanpa ada hambatan dilihat dari identitas organisasi. Bentuk kerjasamanya antaralain;
a. Konsorsium lintas lembaga
b. Konsorsium lintas departemen
c. Pengembangan staf bersama-sama
d. Kerjasama program penelitian
e. Layanan resiprokal, dan
f. Penggunaan bangunan secara bersama-sama, dsb.
2. Model pensponsoran.
Pada model ini merepresentasikan aransemen diantara sebuah organisasi besar, yang sudah benar-benar mapan, dan bonafide dalam pendanaan dengan sebuah
organisasi lain yang sangat memerlukan bantuan dana. Lembaga yang bertindak sebagai sponsor berhak menentukan criteria aspek akademik dan peralatan yang
diperlukan sebagai persyaratan pemberian bantuan. Pola pensponsoran ini menguntungkan karena membuka peluang optimalisasi sumber daya yang ada
dari lembaga sponsor untuk menghilangkan kejenuhan yang potensial.
3. Model pemerintahan,
Model ini merupakan sebuah model ketika pemerintah menjadi penyandang dana sekaligus menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai penyelenggara proyek.
Dengan pola ini akan didapat beberapa keuntungan, antara lain; a.
Sumber-sumber relative terkonsentrasi pada satu institusi, tidak tersebar pada banyak institusi.
b. Adanya konsentrasi sumber-sumber mendorong kualitas tinggi dalam bidang
pembelajaran, penelitian, pengabdian, layanan kesiswaan. c.
Aksibilitas sumber-sumber fasilitas membantu optimism penggunaan sumber- sumber
20
d. Pola manajemen tunggal memungkinkan gerak pekerjaan dilakukan secara
cepat.
10
4. DISTRIBUSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Ada beberapa Peran tingkat ketersediaan dana penyelenggaraan pendidikan diantaranya, sebagai berikut;
a. Peran Ketersediaan Biaya untuk Ketenagaan
b. Peran ketersediaan dana untuk pengadaan dan pemanfaatan sarana –prasarana
c. Peran ketersediaan dana untuk biaya operasional
11
Dalam buku dasar-dasar perencanaan pendidikan dijelaskan bahwa ada beberapa komponen yang perlu dibiayai pada penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, komponen-komponen itu antaralain; 1
Untuk pelaksanaan pelajran per-murid atau perkelas 2
Untuk tata usaha sekolah 3
Untuk kesejahteraan pegawai 4
Untuk porseni pecan olahraga dan seni sekolah 5
Untuk penyediaan buku laporan pendidikan 6
Untuk penyelenggaraan UAN 7
Untuk pengadaan STTB 8
Untuk supervise 9
Untuk pembinaan pengelolaann subsidi atau bantuan 10
Untuk pendataan.
12
10
Danim Sudarwan, Prof.Dr. Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta; Bumi Aksara, 2008. Hal; 149- 150
11
www.google.com Asri Physic 07_UNHALU Makalah pembiayaan pendidikan.mht
12
Enoch, Jusuf, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta; Bumi Aksara, 1995, Hal; 192
21
Seluruh komponen haruslah memperoleh perhatian yang sama, karena seluruh komponen akan saling berkaitan dan seluruhnya mendukung tercapainya mutu
pendidikan di sekolah itu sendiri. Komponen di atas, belum sepenuhnya memenuhi segala kebutuhan dari penyelenggaraan pendidikan di sekolah, misalnya untuk
pemeliharaan sekolah belum dimasukkan pada komponen tersebut. Pendanaan untuk pemeliharaan sekolah, dananya dimasukkan dalam program
inpres sekolahdan untuk pemeliharaan sekolah sebesar 51 prosentase dana yang diberikan oleh pemerintah dapat diketahui berdasarkan data yang dikutip dari buku
studi model pembiayaan pendidikan dasar 9tahun, antara lain sebagai berikut; a. pemeliharaan sekolah
51,88 b. penyelenggaraan pelajaran
12,26 c. kesejahteraan pegawai
16,90 d. tata usaha
5,70 e. penyelenggaraan EBTA, pengadaan STTB
5,20
5. EVALUASI TERHADAP PENGGUNAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Sebelum membahas mengenai evaluasi terhadap penggunaan pembiayaan pendidikan di sekolah, terlebih dahulu peneliti akan membahas mengenai
pengawasan terhadap anggaran pendidikan.
Konsep Pengawasan
Konsep dasar tentang pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain,
pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai dimana tingkat efektivitas dan efesiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia.
Pertanyaan pokok yang berkaitan dengan pengawasan anggaran adalah seberapa besar tingkat kesesuaian antara biaya yang dialokasikan untuk setiap komponen
dalam anggaran dengan realisasi anggaran. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara