Pertanian Semiorganik Pertanian Organik

5 Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu, dan jasad berguna lainnya. 6 Peningkatan daya tahan organisme pengganggu terhadap pestisida. 7 Peningkatan daya produktivitas lahan erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik. 8 Ketergantungan yang semakin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbaharui. 9 Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian.

2.2.3 Pertanian Semiorganik

Budidaya padi di masa mendatang perlu menerapkan PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu organik atau semiorganik, diintegrasikan dengan ternak, dalam SITT Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Sistem ini merupakan pengembangan dari model PTT dengan mengutamakan pemanfaatan bahan organik sebagai komponen utamanya. Bahan organik sisa panen jerami padi, dan kotoran ternak sebagai limbah atau hijauan yang tersedia secara in situ di lokasi setempat dimanfaatkan semaksimal mungkin, namun tidak tertutup kemungkinan penggunaan pupuk kimia industri sehingga produk yang dihasilkan disebut produk pertanian “semiorganik” Makarim dan Suhartatik, 2006. Pertanian semiorganik merupakan suatu langkah awal untuk kembali ke sistem pertanian organik. Hal ini karena perubahan yang ekstrem dari pola pertanian modern yang mengandalkan pupuk kimia menjadi pola pertanian Universitas Sumatera Utara organik yang mengandalkan pupuk biomassa akan berakibat langsung terhadap penurunan hasil produksi yang cukup drastis yang semua itu harus ditanggung langsung oleh pelaku usaha tersebut. Khusus untuk tanaman pangan, pertanian semiorganik akan memberi nilai tambah terhadap pelaku usaha dengan turunnya biaya produksi tanpa harus diiringi dengan turunnya hasil produksi dan ramah lingkungan Nurvahyani, 2011.

2.2.4 Pertanian Organik

Pertanian organik diartikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produtivitas agro- ekosistem secara alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan Deptan, 2007. Menurut IFOAM International Federation of Organik Agriculture Movement, pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem yang utuh berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang berkelanjutan sustainable, pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan keadilan sosial. Dengan demikian, pertanian organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukkan atau mengeluarkan input tertentu, namun juga merupakan satu filosofi yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari komunitas yang saling berhubungan dari kehidupan tanah, tanaman, hewan, dan manusia Apriantono, 2008. Menurut Hamm dalam Agus dkk 2006 Perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan pertanian organik dunia, bahkan dapat dikatakan pemicu utama pertanian organik domestik adalah karena Universitas Sumatera Utara tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju. Tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju dipicu oleh beberapa faktor, antara lain : 1 Menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat, 2 Dukungan kebijakan pemerintah nasional, 3 Dukungan industri pengolahan pangan, 4 Dukungan pasar konvensional supermarket menyerap 50 produk pertanian organik, 5 Adanya harga premium di tingkat konsumen, 6 Adanya label generik, dan 7 Adanya kampanye nasional pertanian organik secara gencar. Menurut Mutiarawati 2006, pertanian organik pada pelaksanaannya di lapangan menghadapi beberapa kendala, antara lain : a Hasil produksi pertanian organik pada awal penerapannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian anorganik yang menggunakan bahan kimia. Karena hal ini pula dan didukung oleh tingginya permintaan terhadap produk-produk organik, maka nilai jualnya menjadi relatif lebih mahal daripada produk anorganik. b Penguasaan pengetahuan dan teknik budidaya pertanian organik yang masih kurang dikuasai oleh para petani. c Belum dilaksanakannya kegiatan sosialisasipromosi dalam skala luas kepada produsen maupun konsumen produk-produk pertanian tentang pertanian organik baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun instansi terkait lainnya. Universitas Sumatera Utara d Belum jelasnya informasi mengenai standarisasi produk dan institusi mana yang berwenang melakukan standarisasi tersebut untuk semua jenis komoditas yang ditanam secara organik. Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang prospektif untuk dikembangkan secara organik. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memproduksi padi organik, antara lain : 1. Menentukan pasar potensial harga dan ukuran untuk produk yang diusulkan; 2. Menentukan apakah input yang diperlukan cukup tersedia untuk membuat usaha tersebut bersifat ekonomis; 3. Menentukan apakah dapat diproduksi produk yang mencukupi untuk terus memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diminta; 4. Menentukan kebutuhan fasilitas, persyaratan modal dan pendanaan, biaya, dan laba potensial; 5. Menganalisis kebutuhan dan biaya infrastruktur dalam memastikan pengadaan produk yang kontiniu dan tepat waktu; dan 6. Mekanisme sertifikasi diperlukan Departemen Pertanian, 2008. Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas, penggunaan pupuk dan pestisida. Di mana tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis varietas non-hibrida atau varietas alami. Agar berproduksi optimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia Andoko, 2010. Menurut Mulyawan 2011 ada dua varietas alami padi organik yang dapat dibudidayakan, antara lain : 1. Cintanur, merupakan beraspadi varietas lokal yang dikembangkan lewat perkawinan silang secara alami yang melibatkan benih varietas lokal. Universitas Sumatera Utara Persilangan varietas lokal ini bukan GMO Genetically Modified Organism, sehingga sangat aman untuk dikonsumsi semua orang. Oleh karena itu, beras organik Cintanur jika dimasak rasanya sangat enak, wangi sekaligus pulen. Beras organik Cintanur bahkan lebih pulen daripada beras organik pandan wangi dengan tingkat aroma wangi yang hampir dikatakan sama. 2. Ciherang, merupakan beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khususnya, yaitu butir beras Ciherang berbentuk panjang, tidak berbau wangi sehingga berbeda dengan beras organik Pandan Wangi. Selain itu, dari segi budidaya beras organik Ciherang dikenal mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama dan dari segi produktivitasnya pun beras organik Ciherang dikenal lebih produktif daripada beras organik varietas lain. Ciri utama budidaya padi organik adalah tidak menggunakan pupuk kimia. Seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang diaplikasikan lewat akar, seperti pupuk kandang, pupuk hijauan, kompos, dan humus maupun cair yang diaplikasikan lewat daun, seperti pupuk kandang cair dan biogas. Selain itu, pada budidaya padi organik penggunaan pestisida kimia sama sekali tidak dibenarkan dalam pemberantasan hama dan penyakit. Pemberantasan hama dan penyakit padi organik perlu dilakukan secara terpadu antara teknik budidaya, biologis, fisik perangkap atau umpan, dan kimia dengan menggunakan pestisida organik Andoko, 2010. Menurut Parnata 2010 pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup. Penggunaan pupuk organik terutama di lahan-lahan pertanian dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain : a Memperbaiki Universitas Sumatera Utara sifat kimia dan fisika tanah; b Meningkatkan daya serap tanah terhadap air; c Meningkatkan efektivitas mikroorganisme tanah; d Sumber makanan bagi tanaman; e Ramah lingkungan; f Pupuk organik lebih murah; dan h Meningkatkan kualitas produksihasil panen.

2.2.5 Analisis Pengeluaran dan Pendapatan Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 104 93

Analisis Risiko Usahatani Padi Organik dan Non Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 7 96

Analisis Risiko Usahatani Padi Organik Dan Non Organik (Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 12

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 72

III. METODE PENELITIAN - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 55

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 19

I. PENDAHULUAN - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 8

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 18

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 25

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13