55
Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Emotional spiritual quotient ESQ model adalah model kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang dalam memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan Kegiatan, serta kemampuan dalam mensinergiskan IQ Intelegent Quotient yang terdiri dari IQ
LogikaBerpikir dan
IQ FinancialKecerdasan
memenuhi kebutuhan
hidupnyakeuangan, EQ Emosional Quotient dan SQ Spiritual Quotient secara komprehensif. Kecerdasan emosional ada di sistem limbik, alias otak dalam, yang
terdiri dari thalamus, hypothalamus dan hippocampus. Kecerdasan intelektual ada di korteks serebrum atau otak besar. Sedangkan kecerdasan spiritual mempunyai dasar
neurofisiologis pada osilasi frekuensi gamma 40 Hertz yang bersumber pada integrasi sensasi-sensasi menjadi persepsi obyek-obyek dalam pikiran manusia Zohar dan
Marshall, 2000.
2.1.6.2 Locus of control LOC
Locus of control LOC merupakan ―karakteristik personalitas yang
menggambarkan tingkat keyakinan seseorang tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang
dialaminya ‖ Muawanah, 2001:4. Konsep tentang locus of control lokus kendali
pertama kali dikemukakan oleh Rotter 1966: 6, seorang ahli teori pembelajaran sosial Social Learning Theory. Locus of control merupakan
―salah satu variabel kepribadian personality yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap
mampu tidaknya mengontrol nasib destiny sendiri ‖ Rotter, 1966: 7. Sementara
itu, Robbins dan Judge 2007 mendefinisikan Locus of Control sebagai ―tingkat
Universitas Sumatera Utara
56
dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri ‖. Konsep
tentang locus of control yang digunakan Rotter 1966: 7 memiliki empat konsep
dasar, yaitu:
a. Potensi perilaku yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada
situasi tertentu berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam kehidupan seseorang.
b. Harapan merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan
muncul dan dialami oleh seseorang. c.
Nilai unsur penguat, yakni pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan atas hasil dari beberapa penguat lainnya yang dapat muncul pada situasi
serupa. d.
Suasana psikologis, yakni bentuk rangsangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang
meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.
Locus of Control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal :
1. Locus of control internal
Rotter 1990, h. 489 dalam pattern 2005 mendefinisikan locus of control internal sebagai
―sejauh mana orang-orang mengharapkan bahwa sebuah penguatan
Universitas Sumatera Utara
57
atau hasil perilaku mereka yang bergantung pada perilaku mereka sendiri atau pribadi karakteristik
‖. Lee 1990 yang dikutip oleh Julianto 2002 dalam Wiriani 2011 adalah
―keyakinan seseorang bahwa didalam dirinya tersimpan potensi besar untuk menentukan nasib sendiri, tidak peduli apakah lingkungannya akan mendukung atau
tidak mendukung ‖. Individu seperti ini memiliki etos kerja yang tinggi, tabah
menghadapi segala macam kesulitan baik dalam kehidupannya maupun dalam pekerjaannya. Meskipun ada perasaan khawatir dalam dirinya tetapi perasaan
tersebut relatif kecil dibanding dengan semangat serta keberaniannya untuk menentang dirinya sendiri sehingga orang-orang seperti ini tidak pernah ingin
melarikan diri dari tiap-tiap masalah dalam bekerja. 2.
Locus of control external Spector menganalisis perbedaan antara locus of control internal dengan locus
of control external yaitu “individuals who tend to associate outcomes with their own
efforts or believe that events are under their own control are referred to as internals. Externals are those who believe that they cannot control events or outcomes”
Spector 1982. Spector 1982, 486 juga menjelaskan bahwa locus of control internal
juga lebih baik daripada locus of control external yaitu ―suggests that internals are best suited for highly technical or skilled jobs, professional jobs, and
managerial or supervisory jobs. Externals would be more suited to factory line jobs, unskilled labor jobs, clerical jobs and jobs of a routine nature”. Secara sederhana
dapat disimpulkan locus of control internal adalah individu yang menyakini bahwa
Universitas Sumatera Utara
58
mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri
mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan lucky dan kesempatan opportunity.
Setiap aspek locus of control mempunyai karakteristik yang khas. Perbedaan karateristik antara internal locus control dengan external locus of control menurut
Crider 1983: 222 sebagai berikut : a. Internal Locus Of Control memiliki ciri-ciri, yaitu:
1 Suka bekerja keras. 2 Memiliki inisiatif yang tinggi.
3 Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah. 4 Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.
5 Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil. b. External Locus Of Control memiliki ciri-ciri, yaitu:
1 Kurang memiliki inisiatif. 2 Mempunyai harapan bahwa pada dasarnya ada sedikit korelasi antara usaha
dan kesuksesan. 3 Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang
mengontrol. 4 Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah.
Universitas Sumatera Utara
59
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa pada individu yang memiliki internal locus of control memiliki faktor kemampuan dan usaha yang terlihat
dominan. Oleh karena itu, apabila individu dengan internal locus of control mengalami kagagalan, maka mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena
kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya. Individu dengan locus of control internal
memiliki keyakinan bahwa nasib atau kejadian-kejadian dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya sendiri. Hal ini akan membawa pengaruh terhadap tindakan
selanjutnya pada masa yang akan datang, yakni mereka yakin akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya. Sementara
individu yang memiliki external locus of control melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib. Oleh karena itu, apabila mereka mengalami
kegagalan, maka mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah
yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupannya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan di masa datang.
Mereka merasa tidak mampu dan kurang beruntung sehingga mereka tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut.
Kartika dan Wijayanti 2007 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa locus of control LOC mempengaruhi secara signifikan kinerja auditor, dimana auditor
Universitas Sumatera Utara
60
yang memiliki locus of control internal berkinerja lebih baik dari auditor yang memiliki locus of control eksternal.
2.1.6.3 Time Budget Pressure