83
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian asosiatif. Menurut Erlina, ―perumusan
masalah dalam penelitian asosiatif adalah menghubungkan dua variabel atau lebih. Bentuk hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat dibedakan atas : 1
hubungan simetris, dan 2 hubungan kausal‖ Erlina, 2011. Penelitian ini menggunakan hubungan kausal. Dimana yang dimaksud dengan penelitian sebab
akibat causal research adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenemona dalam bentuk hubungan antar
variabel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai variabel. Variabel yang diteliti adalah emotional
spiritual quotient ESQ, locus of control LOC, time budget pressure, moralitas auditor dan komitmen profesional sebagai variabel independennya. Sedangkan
variabel dependennya adalah kualitas audit.
3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Terdapat enam variable yang akan dikukur dalam penelitian ini, yaitu : Emotional Spiritual Quotient ESQ, Locus of Control LOC, Time Budget Pressure,
Moralitas Auditor dan Komitmen Profesional.
3.2.1 Variabel Dependen
Universitas Sumatera Utara
84
―Variabel terikat atau variabel tergantung dependent varible adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain
‖ Sanusi : 2011. Begitu juga dengan Erlina 2011 uang mengatakan bahwa ― variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat, karena ada nya variabel sebab atau variabel bebas‖. Jadi variabel
dependen bisa juga dikatakan sebagai konsekuensi dari variabel independen.
Kualitas Audit
Pelaksanaan audit tersebut perlu mempertimbangkan masalah kualitas audit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit menurut De
Angelo 1981 mendefinisikan bahwa ―kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem
akuntansi klien‖. Probabilitas dari penemuan suatu penyelewengan tersebut tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan probabilitas dari pelaporan
kesalahan tergantung pada independensi auditor. Pada sektor publik berarti kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor
atau pemeriksa dalam hal ini di Indonesia adalah BPKP dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah
baik pusat maupun daerah. Probabilitas dari temuan dan penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal pemeriksa BPKP dan probabilitas pelaporan kesalahan
tergantung pada independensi pemeriksa dan kompetensi pemeriksa tersebut untuk mengungkapkan penyelewengan. Untuk dapat meningkatkan kualitas audit maka
perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit tersebut.
3.2.2.1 Emotional Spiritual Quotient ESQ
Universitas Sumatera Utara
85
Menurut Adipurna dan Pasiak mengenai model-model kecerdasan : Model-model kecerdasan yang kini dikembangkan dalam dunia yang
mendasarkan argumen-argumennya pada temuan-temuan ilmiah dari studi dan penelitian neuroscience. Mulai dari model kecerdasan konvensional
Intelegency Quotient, kecerdasan emosional Emotional Quotient, hingga model kecerdasan ultimat yakni kecerdasan spiritual Spiritual Quotient.
Seluruhnya masih menjelaskan kesadaran manusia dengan segenap aspek- aspeknya sebagai proses-proses yang secara esensial berlangsung pada
jaringan syaraf Adhipurna, 2001; Pasiak, 2002.
Kecerdasan pertama, adalah IQ merupakan ―kecerdasan seseorang yang
dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman‖ Thoha, 2000. ―IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental‖ Robin,
1996. ―Unsur-unsur yang terdapat di dalam IQ adalah: kecerdasan numeris, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif,
visualisasi ruang, ingatan‖ Robin, 1996. Kecerdasan kedua, Emotional Quotient EQ
merupakan ―kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya
serta kepekaan
emosi sebagai
sumber e
nergi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi‖ Cooper dan Sawaf, 1998. Kecerdasan ketiga, adalah Spiritual Quotient SQ, Zohar dan Marshall
mengikutsertakan aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses berpikirberkecerdasan
dalam hidup
yang bermakna,
untuk ini
mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual Spiritual QuotientSQ Zohar dan
Marshal, 2000. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
86
kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah
kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, emphaty merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain, relationship management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Disisi lain, kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi persoalan serta menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bernilai dan bermakna yang diukur berdasarkan komponen-komponen dalam SQ, yaitu mutlak jujur dalam arti berkata
benar dan konsisten akan kebenaran, keterbukaan ialah bersikap fair atau terbuka, pengetahuan diri, fokus pada kontribusi yang mengutamakan memberi daripada
menerima, spiritual non-dogmatis di dalamnya terdapat tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan serta kualitas hidup
yang diilhami oleh visi dan nilai. Variabel ini diukur dengan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju 1, tidak setuju 2, tidak ada pendapat 3, setuju 4, sampai
sangat setuju 5.
3.2.2.2 Locus of Control LOC
Locus of control individu merupakan salah satu elemen penting yang membedakan perilaku individu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa locus of
control tentu berpengaruh terhadap perilaku audit yang secara langsung tentu akan memperngaruhi kualitas audit. Dalam menanggulangi time budget pressure yang
Universitas Sumatera Utara
87
dihadapi dalam pelaksanaan program audit, ada dua strategi yang mungkin akan dilancarkan oleh auditor. Yang pertama yaitu menerapkan internal locus of control,
yakni dengan meyakini bahwa mereka dapat melakukan kontrol atas kendala anggaran waktu yang dihadapi dalam pelaksanaan prosedur audit, sehingga diprediksi
akan cenderung menggunakan strategi penanggulangan berfokus masalah dalam menanggulangi kendala anggaran waktu yaitu melalui tindakan bekerja lebih giat atau
meminta tambahan anggaran waktu audit. Yang kedua adalah dengan menggunakan strategi locus of control eksternal yakni dengan meyakini bahwa mereka tidak dapat
melakukan kontrol atas time budget pressure, sehingga diprediksi mereka cenderung menggunakan strategi penanggulangan berfokus emosi melalui tindakan perilaku
Reduce Quality Audit dalam pelaksanaan program audit. Pengukuran locus of control individu auditor menggunakan skala likert
dengan mengadopsi instrumen locus of control dari Spector 1988 dalam Donnelly et al., 2003 yang juga digunakan oleh Silaban 2009 dalam penelitiannya. setiap
responden diminta untuk memberi jawaban dengan sangat tidak setuju 1, tidak setuju 2, tidak ada pendapat 3, setuju 4, sampai sangat setuju 5.
3.2.2.3 Time Budget Pressure
Tekanan Anggaran Waktu menurut Weningtyas 2006 adalah ―keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang
telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ket at‖.
McNamara Liyanarachchi 2008 mendefinisikan tekanan anggaran waktu sebagai ―salah satu jenis tekanan yang menyebabkan auditor tidak dapat memegang kendali
Universitas Sumatera Utara
88
terhadap lingkungan pekerjaannya‖. Berdasarkan definisi dan pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian tekanan anggaran waktu adalah kondisi dimana
pekerjaan audit yang akan dilakukan memiliki anggaran waktu dan biaya yang telah dirancang sebelumnya sehingga menuntut auditor untuk melakukan pekerjaan audit
sesuai waktu dan biaya yang telah ditetapkan. Untuk mengukur variabel time budget pressure digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kelley Seiler 1982 yang
digunakan oleh Adanan Silabanan 2009 dalam penelitiannya. setiap responden diminta untuk memberi jawaban dengan ―sangat tidak setuju‖ sampai dengan ―sangat
setuju‖ dengan skor ―1‖ sampai dengan ―5‖
3.2.2.4 Moralitas Auditor
Pengukuran moralitas menggunakan instrument dari multidimensional ethics scale MES berasal dari model pengukuran moral yang digunakan oleh Sri Rahayu
Alkam 2013 yang telah digunakan oleh Januarti dan Faisal 2010. Moralitas diukur melalui 6 enam butir instrumen yang mengukur setiap tahapan moralitas
melalui kasus dilema etika akuntansi. Namun, peneliti memodifikasi skala yang awalnya 1-7 menjadi 1-5 untuk mempermudah dan menyesuaikan dengan skala
pengukuran variabel lain yang terkait. Hasil pengukuran atas dilema etika akuntansi ini merupakan cerminan moralitas individu. Indikator yang digunakan adalah :
a. Justice atau moral equity,
mengukur apakah tindakan seseorang itu adil tidak adil, wajar tidak wajar, secara moral benar tidak benar, dan diterima
keluarga tidak diterima.
Universitas Sumatera Utara
89
b. Relativism
mengukur apakah tindakan seseorang itu secara kultural dapat diterima tidak dapat diterima dan secara tradisional dapat diterima
atau tidak
.
c. Egoism
mengukur apakah tindakan seseorang menunjukkan promosi tidak dari pelaku dan menunjukkan personal tidak yang memuaskan
pelaku
.
d. Utilitarianism
menanyakan apakah tindakan tertentu dari seseorang menghasilkan manfaat yang besar kecil dan tindakan tersebut meminimalkan
kerugian memaksimalkan keuntungan. e.
Deontology atau contractuall mengukur apakah tindakan seseorang tersebut melanggar tidak
melanggar kontrak tertulis dan melanggar tidak janji yang terucap.
3.2.2.5 Komitmen Profesional
Pengertian profesionalime menurut Arens et all 2003:117 yaitu : ―Profesionalisme means a responsibility for conduct that extended beyond statisfying
individual responsibilities and beyond the requirement of our society low and regulator”. ―Komitmen seseorang terhadap profesinya diwujudkan dalam tiga
karakteristik berikut; 1 suatu penerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, 2 suatu kehendak yang kuat untuk melakukan usaha demi kepentingan profesi, dan
Universitas Sumatera Utara
90
3 suatu keinginan untuk memelihara dan mempertahankan keanggotaan dalam profesi
‖ Aranya dan Ferris, 1984. Menurut Larkin 2000 yang dialih bahasakan oleh Sri Trisnaningsih 2002:202 menyatakan bahwa :
―Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh
individu tersebut‖. Menurut Nur Ali 2003:9 menyatakan bahwa ―Komitmen Profesi adalah janji atau tanggung jawab profesi yang berupa kepatuhan terhadap standar
profesi‖. Menurut Spector 2000 dalam Setiawati 2007:23 menyatakan bahwa ―Komitmen Profesi merupakan sebuah variabel yang mencerminkan derajat
hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu terhadap profesi tertentu dalam or
ganisasi‖.
Hall dkk2005 mengusulkan komitmen profesional multi-dimensi pada profesi akuntansi. Ketiga dimensi tersebut adalah; komitmen profesional afektif
affective profesional commitment, komitmen profesional kontinu continuance profesional commitment, dan komitmen profesional normatif normative profesional
commitment. Shaub dkk 1993 menemukan auditor dengan komitmen profesional kuat lebih sensitif pada isu-isu yang mengandung dilema etis. Temuan Jeffry dan
Weatherholt 1996 juga menunjukkan auditor dengan komitmen profesional kuat lebih taat pada aturan dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen
profesional rendah. Menurut Kalber. L dan Forgaty 2007:67 yang diterjemahkan oleh Sugiyarto, seseorang yang profesional layaknya akuntan publik harus didasari
beberapa hal, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
91
1. Dedikasi terhadap profesi 2. Tanggung jawab profesional
3. Tuntutan otonomi 4. Percaya pada pengaturan sendiri
5. Perkumpulan profesi Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Instrumen ini terdiri dari 18
item pertanyaan, masing-masing enam pertanyaan untuk setiap dimensi. Responden diminta pendapatnya untuk setiap item pertanyaan dengan skala Likert 5 poin mulai
dari poin 1 Sangat Tidak Setuju sampai poin 5 Sangat Setuju. Skor yang tinggi pada skala pengukuran mengindikasikan komitmen pada level yang lebih tinggi,
sebaliknya skor yang rendah mengindikasikan komitmen pada level yang lebih rendah. Konstruk ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh
Meyer et al., 1993 yang juga digunakan oleh silaban 2009 dalam penelitiannya.
Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No .
Variabel Defenisi
Indikator Skala
1 Kualitas Audit
Kualitas audit
menurut De
Angelo 1981
mendefinisikan 1.
Keakuratan temuan audit
2. Sikap skeptis
3. Nilai rekomendasi
4. Kejelasan laporan
Skala ordinal
Universitas Sumatera Utara
92
bahwa ―kualitas audit
sebagai probabilitas
seorang auditor dapat
menemukan dan melaporkan
suatu penyelewengan
dalam
sistem akuntansi klien‖.
5. Manfaat audit
6. Tindak lanjut hasil
audit
2. Emotional
Spiritual Quotient
ESQ ESQ merupakan
sebuah singkatan dari Emotional
Spiritual Quotient yang
merupakan gabungan EQ
Emotional Quotient dan SQ
Spiritual Quotient, yaitu
Penggabungan antara
pengendalian kecerdasan
emosi dan spiritual.
Emotional spiritual quotient
ESQ model adalah model
kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang dalam memberi
Emotional Quotient EQ :
1. Self awareness
2. self management
motivation 3.
emphaty 4.
relationship management
Spiritual Quotient SQ :
1. Mutlak jujur
keterbukaan, 2.
pengetahuan diri 3.
fokus pada kontribusi spiritual
non-dogmatis Skala
ordinal
Universitas Sumatera Utara
93
makna spiritual terhadap
pemikiran, perilaku dan
Kegiatan, serta kemampuan
dalam mensinergiskan
IQ Intelegent Quotient yang
terdiri dari IQ LogikaBerpikir
dan IQ FinancialKecerd
asan memenuhi kebutuhan
hidupnyakeuang an, EQ
Emosional Quotient dan SQ
Spiritual Quotient secara
komprehensif.
3. Locus
of Control LOC
Locus of control merupakan salah
satu variabel
kepribadian personality
yang didefinisikan
sebagai keyakinan
individu terhadap mampu tidaknya
mengontrol nasib 1.
Pekerjaan merupakan suatu
kegiatan yang
memperoleh hasil 2.
Hasil dari suatu pekerjaan
sesuai dengan
yang diharapkan
3. Pekerjaan
dapat terlaksana dengan
baik jika
ada perencanaan yang
baik Skala
ordinal
Universitas Sumatera Utara
94
destiny sendiri Rotter, 1966: 7
4. Seorang bawahan
harus selalu
memberi saran
atau pendapat
kepada atasannya 5.
Memperoleh pekerjaan
yang sesuai adalah suatu
keberuntungan 6.
Memperoleh penghargaan
adalah suatu
keberuntungan 7.
Suatu pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan baik jika
dilakukan secara
sungguh-sungguh 8.
Untuk memperoleh
pekerjaan harus
ada teman atau kenalan
yang membantu
9. Promosi
merupakan suatu keberuntungan
10. Untuk
memperoleh pekerjaan
yang sesuai,
kenalan atau teman lebih
penting dari
kemampuan 11.
Promosi diberikan kepada karyawan
yang kinerjanya
baik 12.
Untuk mendapatkan yang
diinginkan, seseorang
harus
Universitas Sumatera Utara
95
kenal dengan
orang yang tepat 13.
Untuk dapat
berprestasi diperlukan
keberuntungan
14. Karyawan
yang bekerja
dengan baik
akan mendapat imbalan
yang sepadan 15.
Pengaruh yang
diberikan karyawan terhadap
atasannya lebih
besar dari yang dipikirkan
karyawan bersangkutan
16. Keberuntungan
merupakan factor yang membedakan
orang yang
berhasil dan gagal 4.
Time Budget
Pressure De zoort 1998
mendefinisikan time
budget pressure sebagai
berikut : “Time
budgeted pressure
is a
relatively chronic,
pervasive form of pressure
that arises
from limitations on the
resources 1.
Merasakan suatu
kewajiban untuk
melaksanakan atau menyelesaika
suatu prosedur
audit tertentu pada batas
anggaran waktu
2. Merasakan
pelaksanaan prosedur
audit tertentu
dalam batas
anggaran waktu merupakan
hal yang sangat penting
untuk dicapai
Skala ordinal
Universitas Sumatera Utara
96
allocable to
perform tasks.
Resorces are
limited for
a variety
of reasons,
including profitability
concerns, personel
limitations
and fee constraints”.
3. Merasakan
anggaran waktu
audit sebagai
kendala untuk
pelaksanaan atau penyelesaian
prosedur audit
tertentu 4.
Merasakan pelaksanaan atau
penyelesaian prosedur
audit tertentu
dalam batas
anggaran waktu audit sulit
untuk dipenuhi 5.
Merasakan anggaran
waktu audit
untuk pelaksanaan suatu
prosedur audit
tertentu tidak
mencukupi 6.
Merasakan anggaran
waktu audit
untuk pelaksanaan
prosedur audit
tertentu sangat
ketat 5.
Moralitas Auditor
Moral adalah
nilai ke-
absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara
utuh. Penilaian
terhadap moral
sendiri dapat
a. Justice atau moral
equity b.
Relativism c.
Egoism d.
Deontology atau contractual
Skala ordinal
Universitas Sumatera Utara
97
diukur dari
kebudayaan masyarakat
setempat. Menurut
Immanuel Kant, moralitas adalah
hal
kenyakinan serta sikap batin
dan bukan hanya hal
sekedar penyesuaian
dengan beberapa aturan dari luar,
entah itu aturan berupa
hukum negara,
hukum agama
atau hukum
adat- istiadat.
Selanjutnya dikatakan
jika, kriteria
mutu moral
dari seseorang adalah
hal kesetiaannya terhadap hatinya
sendiri.
6. Komitmen
Profesional Komitmen
professional didefinisikan
sebagai kekuatan relatif
dari indentifikasi
individual dengan,
Aspek Afektif : 1.
Bahagia menjadi
auditor 2.
Bangga menekuni profesi auditor
3. Permasalahan
profesi seperti
permasalahan pribadi
Skala ordinal
Universitas Sumatera Utara
98
keterlibatan dalam,
suatu profesi
dan termasuk
keyakinan dan
penerimaan tujuan-tujuan dan
nilai-nilai profesi, kemauan
untuk berupaya sekuat
tenaga demi organisasi,
dan keinginan
menjaga keanggotaan dari
suatu profesi.
Menurut Nur Ali 2003:9
menyatakan bahwa
―Komitmen Profesi
adalah janji
atau tanggung jawab
profesi yang
berupa kepatuhan
terhadap standar profesi‖.
Menurut Spector 2000
dalam Setiawati
2007:23 menyatakan
bahwa ―Komitmen
Profesi 4.
Terikat secara
emosional pada
profesi auditor 5.
Bangga menjadi
bagian dari profesi auditor
6. Profesi
sebagai auditor
memiliki arti penting
Kontinu : 1.
Merasa rugi jika keluar dari profesi
auditor
2. Pengorbanan
personal jika
keluar dari profesi auditor
3. Profesi
auditor merupakan
kebutuhan dan
keinginan 4.
Banyak yang
terganggu jika
keluar dari profesi auditor
5. Bealih
pada profesi lain sulit
untuk dilakukan 6.
Pertimbangan investasi
yang hilang jika keluar
dari profesi auditor Aspek Normatif :
1. Berada
pada profesi
auditor merupakan
kewajiban moral 2.
Auditor harus
loyal terhadap
profesinya 3.
Rasa tanggung
Universitas Sumatera Utara
99
merupakan sebuah variabel
yang mencerminkan
derajat hubungan yang
dianggap dimiliki
oleh individu terhadap
profesi tertentu
dalam organisasi‖.
jawab untuk tetap pada
profesi auditor
4. Rasa bersalah jika
keluar dari profesi auditor
5. Tawaran
pada profesi lain bukan
merupakan alas an untuk keluar dari
profesi auditor
6. Nilai
kesetiaan terhadap
profesi auditor
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Daulay 2010 populasi adalah ― keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusi, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai
tes atau peristiwa-peristiwa sebagi sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian‖. Erlina 2011 mengartikan populasi sebagai ― sekelompok
entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian‖. Lalu Sanusi 2011 memberikan pengertian popu
lasi sebagai ―seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-cirir tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan‖. ―Sampel adalah
sebagian dari populasi ‖ Azwar, 2004. Menurut Erlina 2011 sampel adalah
―bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi‖.
Universitas Sumatera Utara
100
Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili karena jika sampel kurang representatif akan mengakibatkan nilai yang terhitung dari sampel tidak cukup tepat
untuk menduga nilai populasi sesungguhnya dimana terdapat dua metode pengambilan sampling yaitu : 1 probability sampling dan 2 non probability
sampling. Gay dan Diehl 1992 berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar- besarnya. Pendapat Gay dan Diehl 1992 ini mengasumsikan bahwa semakin
banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis
penelitiannya. 1.
Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimunya adalah 10 dari populasi.
2. Jika penelitiannya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek.
3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per
grup. 4.
Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per grup.
Populasi pada penelitian ini adalah Inspektorat Kabupaten Dairi. Bentuk penelitian adalah studi kasus. Sampel penelitian adalah auditor internal dan P2UPD
Pengawas Pemerintah Urusan Pemerintah di Daerah pada Inspektorat Kabupaten Dairi sebanyak 35 orang dengan menggunakan metode sensus. Metode sensus adalah
Universitas Sumatera Utara
101
Metode penarikan maupun pengambilan data dengan melibatkan seluruh anggota populasi.
3.4 Jenis dan Sumber Data