Jenis Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian

83

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian asosiatif. Menurut Erlina, ―perumusan masalah dalam penelitian asosiatif adalah menghubungkan dua variabel atau lebih. Bentuk hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat dibedakan atas : 1 hubungan simetris, dan 2 hubungan kausal‖ Erlina, 2011. Penelitian ini menggunakan hubungan kausal. Dimana yang dimaksud dengan penelitian sebab akibat causal research adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenemona dalam bentuk hubungan antar variabel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai variabel. Variabel yang diteliti adalah emotional spiritual quotient ESQ, locus of control LOC, time budget pressure, moralitas auditor dan komitmen profesional sebagai variabel independennya. Sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit.

3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Terdapat enam variable yang akan dikukur dalam penelitian ini, yaitu : Emotional Spiritual Quotient ESQ, Locus of Control LOC, Time Budget Pressure, Moralitas Auditor dan Komitmen Profesional.

3.2.1 Variabel Dependen

Universitas Sumatera Utara 84 ―Variabel terikat atau variabel tergantung dependent varible adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain ‖ Sanusi : 2011. Begitu juga dengan Erlina 2011 uang mengatakan bahwa ― variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena ada nya variabel sebab atau variabel bebas‖. Jadi variabel dependen bisa juga dikatakan sebagai konsekuensi dari variabel independen. Kualitas Audit Pelaksanaan audit tersebut perlu mempertimbangkan masalah kualitas audit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit menurut De Angelo 1981 mendefinisikan bahwa ―kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem akuntansi klien‖. Probabilitas dari penemuan suatu penyelewengan tersebut tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan probabilitas dari pelaporan kesalahan tergantung pada independensi auditor. Pada sektor publik berarti kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau pemeriksa dalam hal ini di Indonesia adalah BPKP dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah baik pusat maupun daerah. Probabilitas dari temuan dan penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal pemeriksa BPKP dan probabilitas pelaporan kesalahan tergantung pada independensi pemeriksa dan kompetensi pemeriksa tersebut untuk mengungkapkan penyelewengan. Untuk dapat meningkatkan kualitas audit maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit tersebut.

3.2.2.1 Emotional Spiritual Quotient ESQ

Universitas Sumatera Utara 85 Menurut Adipurna dan Pasiak mengenai model-model kecerdasan : Model-model kecerdasan yang kini dikembangkan dalam dunia yang mendasarkan argumen-argumennya pada temuan-temuan ilmiah dari studi dan penelitian neuroscience. Mulai dari model kecerdasan konvensional Intelegency Quotient, kecerdasan emosional Emotional Quotient, hingga model kecerdasan ultimat yakni kecerdasan spiritual Spiritual Quotient. Seluruhnya masih menjelaskan kesadaran manusia dengan segenap aspek- aspeknya sebagai proses-proses yang secara esensial berlangsung pada jaringan syaraf Adhipurna, 2001; Pasiak, 2002. Kecerdasan pertama, adalah IQ merupakan ―kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman‖ Thoha, 2000. ―IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental‖ Robin, 1996. ―Unsur-unsur yang terdapat di dalam IQ adalah: kecerdasan numeris, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, ingatan‖ Robin, 1996. Kecerdasan kedua, Emotional Quotient EQ merupakan ―kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber e nergi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi‖ Cooper dan Sawaf, 1998. Kecerdasan ketiga, adalah Spiritual Quotient SQ, Zohar dan Marshall mengikutsertakan aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses berpikirberkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual Spiritual QuotientSQ Zohar dan Marshal, 2000. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan Universitas Sumatera Utara 86 kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, emphaty merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Disisi lain, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan serta menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bernilai dan bermakna yang diukur berdasarkan komponen-komponen dalam SQ, yaitu mutlak jujur dalam arti berkata benar dan konsisten akan kebenaran, keterbukaan ialah bersikap fair atau terbuka, pengetahuan diri, fokus pada kontribusi yang mengutamakan memberi daripada menerima, spiritual non-dogmatis di dalamnya terdapat tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan serta kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai. Variabel ini diukur dengan skala likert lima poin dari sangat tidak setuju 1, tidak setuju 2, tidak ada pendapat 3, setuju 4, sampai sangat setuju 5.

3.2.2.2 Locus of Control LOC

Locus of control individu merupakan salah satu elemen penting yang membedakan perilaku individu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa locus of control tentu berpengaruh terhadap perilaku audit yang secara langsung tentu akan memperngaruhi kualitas audit. Dalam menanggulangi time budget pressure yang Universitas Sumatera Utara 87 dihadapi dalam pelaksanaan program audit, ada dua strategi yang mungkin akan dilancarkan oleh auditor. Yang pertama yaitu menerapkan internal locus of control, yakni dengan meyakini bahwa mereka dapat melakukan kontrol atas kendala anggaran waktu yang dihadapi dalam pelaksanaan prosedur audit, sehingga diprediksi akan cenderung menggunakan strategi penanggulangan berfokus masalah dalam menanggulangi kendala anggaran waktu yaitu melalui tindakan bekerja lebih giat atau meminta tambahan anggaran waktu audit. Yang kedua adalah dengan menggunakan strategi locus of control eksternal yakni dengan meyakini bahwa mereka tidak dapat melakukan kontrol atas time budget pressure, sehingga diprediksi mereka cenderung menggunakan strategi penanggulangan berfokus emosi melalui tindakan perilaku Reduce Quality Audit dalam pelaksanaan program audit. Pengukuran locus of control individu auditor menggunakan skala likert dengan mengadopsi instrumen locus of control dari Spector 1988 dalam Donnelly et al., 2003 yang juga digunakan oleh Silaban 2009 dalam penelitiannya. setiap responden diminta untuk memberi jawaban dengan sangat tidak setuju 1, tidak setuju 2, tidak ada pendapat 3, setuju 4, sampai sangat setuju 5.

3.2.2.3 Time Budget Pressure

Tekanan Anggaran Waktu menurut Weningtyas 2006 adalah ―keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ket at‖. McNamara Liyanarachchi 2008 mendefinisikan tekanan anggaran waktu sebagai ―salah satu jenis tekanan yang menyebabkan auditor tidak dapat memegang kendali Universitas Sumatera Utara 88 terhadap lingkungan pekerjaannya‖. Berdasarkan definisi dan pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian tekanan anggaran waktu adalah kondisi dimana pekerjaan audit yang akan dilakukan memiliki anggaran waktu dan biaya yang telah dirancang sebelumnya sehingga menuntut auditor untuk melakukan pekerjaan audit sesuai waktu dan biaya yang telah ditetapkan. Untuk mengukur variabel time budget pressure digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kelley Seiler 1982 yang digunakan oleh Adanan Silabanan 2009 dalam penelitiannya. setiap responden diminta untuk memberi jawaban dengan ―sangat tidak setuju‖ sampai dengan ―sangat setuju‖ dengan skor ―1‖ sampai dengan ―5‖

3.2.2.4 Moralitas Auditor

Pengukuran moralitas menggunakan instrument dari multidimensional ethics scale MES berasal dari model pengukuran moral yang digunakan oleh Sri Rahayu Alkam 2013 yang telah digunakan oleh Januarti dan Faisal 2010. Moralitas diukur melalui 6 enam butir instrumen yang mengukur setiap tahapan moralitas melalui kasus dilema etika akuntansi. Namun, peneliti memodifikasi skala yang awalnya 1-7 menjadi 1-5 untuk mempermudah dan menyesuaikan dengan skala pengukuran variabel lain yang terkait. Hasil pengukuran atas dilema etika akuntansi ini merupakan cerminan moralitas individu. Indikator yang digunakan adalah : a. Justice atau moral equity, mengukur apakah tindakan seseorang itu adil tidak adil, wajar tidak wajar, secara moral benar tidak benar, dan diterima keluarga tidak diterima. Universitas Sumatera Utara 89 b. Relativism mengukur apakah tindakan seseorang itu secara kultural dapat diterima tidak dapat diterima dan secara tradisional dapat diterima atau tidak . c. Egoism mengukur apakah tindakan seseorang menunjukkan promosi tidak dari pelaku dan menunjukkan personal tidak yang memuaskan pelaku . d. Utilitarianism menanyakan apakah tindakan tertentu dari seseorang menghasilkan manfaat yang besar kecil dan tindakan tersebut meminimalkan kerugian memaksimalkan keuntungan. e. Deontology atau contractuall mengukur apakah tindakan seseorang tersebut melanggar tidak melanggar kontrak tertulis dan melanggar tidak janji yang terucap.

3.2.2.5 Komitmen Profesional

Pengertian profesionalime menurut Arens et all 2003:117 yaitu : ―Profesionalisme means a responsibility for conduct that extended beyond statisfying individual responsibilities and beyond the requirement of our society low and regulator”. ―Komitmen seseorang terhadap profesinya diwujudkan dalam tiga karakteristik berikut; 1 suatu penerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, 2 suatu kehendak yang kuat untuk melakukan usaha demi kepentingan profesi, dan Universitas Sumatera Utara 90 3 suatu keinginan untuk memelihara dan mempertahankan keanggotaan dalam profesi ‖ Aranya dan Ferris, 1984. Menurut Larkin 2000 yang dialih bahasakan oleh Sri Trisnaningsih 2002:202 menyatakan bahwa : ―Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut‖. Menurut Nur Ali 2003:9 menyatakan bahwa ―Komitmen Profesi adalah janji atau tanggung jawab profesi yang berupa kepatuhan terhadap standar profesi‖. Menurut Spector 2000 dalam Setiawati 2007:23 menyatakan bahwa ―Komitmen Profesi merupakan sebuah variabel yang mencerminkan derajat hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu terhadap profesi tertentu dalam or ganisasi‖. Hall dkk2005 mengusulkan komitmen profesional multi-dimensi pada profesi akuntansi. Ketiga dimensi tersebut adalah; komitmen profesional afektif affective profesional commitment, komitmen profesional kontinu continuance profesional commitment, dan komitmen profesional normatif normative profesional commitment. Shaub dkk 1993 menemukan auditor dengan komitmen profesional kuat lebih sensitif pada isu-isu yang mengandung dilema etis. Temuan Jeffry dan Weatherholt 1996 juga menunjukkan auditor dengan komitmen profesional kuat lebih taat pada aturan dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen profesional rendah. Menurut Kalber. L dan Forgaty 2007:67 yang diterjemahkan oleh Sugiyarto, seseorang yang profesional layaknya akuntan publik harus didasari beberapa hal, yaitu : Universitas Sumatera Utara 91 1. Dedikasi terhadap profesi 2. Tanggung jawab profesional 3. Tuntutan otonomi 4. Percaya pada pengaturan sendiri 5. Perkumpulan profesi Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Instrumen ini terdiri dari 18 item pertanyaan, masing-masing enam pertanyaan untuk setiap dimensi. Responden diminta pendapatnya untuk setiap item pertanyaan dengan skala Likert 5 poin mulai dari poin 1 Sangat Tidak Setuju sampai poin 5 Sangat Setuju. Skor yang tinggi pada skala pengukuran mengindikasikan komitmen pada level yang lebih tinggi, sebaliknya skor yang rendah mengindikasikan komitmen pada level yang lebih rendah. Konstruk ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Meyer et al., 1993 yang juga digunakan oleh silaban 2009 dalam penelitiannya. Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional Variabel Penelitian No . Variabel Defenisi Indikator Skala 1 Kualitas Audit Kualitas audit menurut De Angelo 1981 mendefinisikan 1. Keakuratan temuan audit 2. Sikap skeptis 3. Nilai rekomendasi 4. Kejelasan laporan Skala ordinal Universitas Sumatera Utara 92 bahwa ―kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem akuntansi klien‖. 5. Manfaat audit 6. Tindak lanjut hasil audit 2. Emotional Spiritual Quotient ESQ ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ Emotional Quotient dan SQ Spiritual Quotient, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Emotional spiritual quotient ESQ model adalah model kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam memberi Emotional Quotient EQ : 1. Self awareness 2. self management motivation 3. emphaty 4. relationship management Spiritual Quotient SQ : 1. Mutlak jujur keterbukaan, 2. pengetahuan diri 3. fokus pada kontribusi spiritual non-dogmatis Skala ordinal Universitas Sumatera Utara 93 makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan Kegiatan, serta kemampuan dalam mensinergiskan IQ Intelegent Quotient yang terdiri dari IQ LogikaBerpikir dan IQ FinancialKecerd asan memenuhi kebutuhan hidupnyakeuang an, EQ Emosional Quotient dan SQ Spiritual Quotient secara komprehensif. 3. Locus of Control LOC Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian personality yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib 1. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang memperoleh hasil 2. Hasil dari suatu pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan 3. Pekerjaan dapat terlaksana dengan baik jika ada perencanaan yang baik Skala ordinal Universitas Sumatera Utara 94 destiny sendiri Rotter, 1966: 7 4. Seorang bawahan harus selalu memberi saran atau pendapat kepada atasannya 5. Memperoleh pekerjaan yang sesuai adalah suatu keberuntungan 6. Memperoleh penghargaan adalah suatu keberuntungan 7. Suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik jika dilakukan secara sungguh-sungguh 8. Untuk memperoleh pekerjaan harus ada teman atau kenalan yang membantu 9. Promosi merupakan suatu keberuntungan 10. Untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai, kenalan atau teman lebih penting dari kemampuan 11. Promosi diberikan kepada karyawan yang kinerjanya baik 12. Untuk mendapatkan yang diinginkan, seseorang harus Universitas Sumatera Utara 95 kenal dengan orang yang tepat 13. Untuk dapat berprestasi diperlukan keberuntungan 14. Karyawan yang bekerja dengan baik akan mendapat imbalan yang sepadan 15. Pengaruh yang diberikan karyawan terhadap atasannya lebih besar dari yang dipikirkan karyawan bersangkutan 16. Keberuntungan merupakan factor yang membedakan orang yang berhasil dan gagal 4. Time Budget Pressure De zoort 1998 mendefinisikan time budget pressure sebagai berikut : “Time budgeted pressure is a relatively chronic, pervasive form of pressure that arises from limitations on the resources 1. Merasakan suatu kewajiban untuk melaksanakan atau menyelesaika suatu prosedur audit tertentu pada batas anggaran waktu 2. Merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai Skala ordinal Universitas Sumatera Utara 96 allocable to perform tasks. Resorces are limited for a variety of reasons, including profitability concerns, personel limitations and fee constraints”. 3. Merasakan anggaran waktu audit sebagai kendala untuk pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu 4. Merasakan pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu audit sulit untuk dipenuhi 5. Merasakan anggaran waktu audit untuk pelaksanaan suatu prosedur audit tertentu tidak mencukupi 6. Merasakan anggaran waktu audit untuk pelaksanaan prosedur audit tertentu sangat ketat 5. Moralitas Auditor Moral adalah nilai ke- absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral sendiri dapat a. Justice atau moral equity b. Relativism c. Egoism d. Deontology atau contractual Skala ordinal Universitas Sumatera Utara 97 diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah hal kenyakinan serta sikap batin dan bukan hanya hal sekedar penyesuaian dengan beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum negara, hukum agama atau hukum adat- istiadat. Selanjutnya dikatakan jika, kriteria mutu moral dari seseorang adalah hal kesetiaannya terhadap hatinya sendiri. 6. Komitmen Profesional Komitmen professional didefinisikan sebagai kekuatan relatif dari indentifikasi individual dengan, Aspek Afektif : 1. Bahagia menjadi auditor 2. Bangga menekuni profesi auditor 3. Permasalahan profesi seperti permasalahan pribadi Skala ordinal Universitas Sumatera Utara 98 keterlibatan dalam, suatu profesi dan termasuk keyakinan dan penerimaan tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, kemauan untuk berupaya sekuat tenaga demi organisasi, dan keinginan menjaga keanggotaan dari suatu profesi. Menurut Nur Ali 2003:9 menyatakan bahwa ―Komitmen Profesi adalah janji atau tanggung jawab profesi yang berupa kepatuhan terhadap standar profesi‖. Menurut Spector 2000 dalam Setiawati 2007:23 menyatakan bahwa ―Komitmen Profesi 4. Terikat secara emosional pada profesi auditor 5. Bangga menjadi bagian dari profesi auditor 6. Profesi sebagai auditor memiliki arti penting Kontinu : 1. Merasa rugi jika keluar dari profesi auditor 2. Pengorbanan personal jika keluar dari profesi auditor 3. Profesi auditor merupakan kebutuhan dan keinginan 4. Banyak yang terganggu jika keluar dari profesi auditor 5. Bealih pada profesi lain sulit untuk dilakukan 6. Pertimbangan investasi yang hilang jika keluar dari profesi auditor Aspek Normatif : 1. Berada pada profesi auditor merupakan kewajiban moral 2. Auditor harus loyal terhadap profesinya 3. Rasa tanggung Universitas Sumatera Utara 99 merupakan sebuah variabel yang mencerminkan derajat hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu terhadap profesi tertentu dalam organisasi‖. jawab untuk tetap pada profesi auditor 4. Rasa bersalah jika keluar dari profesi auditor 5. Tawaran pada profesi lain bukan merupakan alas an untuk keluar dari profesi auditor 6. Nilai kesetiaan terhadap profesi auditor

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Daulay 2010 populasi adalah ― keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusi, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagi sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian‖. Erlina 2011 mengartikan populasi sebagai ― sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian‖. Lalu Sanusi 2011 memberikan pengertian popu lasi sebagai ―seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-cirir tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan‖. ―Sampel adalah sebagian dari populasi ‖ Azwar, 2004. Menurut Erlina 2011 sampel adalah ―bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi‖. Universitas Sumatera Utara 100 Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili karena jika sampel kurang representatif akan mengakibatkan nilai yang terhitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya dimana terdapat dua metode pengambilan sampling yaitu : 1 probability sampling dan 2 non probability sampling. Gay dan Diehl 1992 berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar- besarnya. Pendapat Gay dan Diehl 1992 ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya. 1. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimunya adalah 10 dari populasi. 2. Jika penelitiannya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek. 3. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per grup. 4. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per grup. Populasi pada penelitian ini adalah Inspektorat Kabupaten Dairi. Bentuk penelitian adalah studi kasus. Sampel penelitian adalah auditor internal dan P2UPD Pengawas Pemerintah Urusan Pemerintah di Daerah pada Inspektorat Kabupaten Dairi sebanyak 35 orang dengan menggunakan metode sensus. Metode sensus adalah Universitas Sumatera Utara 101 Metode penarikan maupun pengambilan data dengan melibatkan seluruh anggota populasi.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh locus of control, pengalaman auditor, komitmen profesional dan etika perofesional terhadap perilaku auditor dalam stuasi konflik audit

0 6 118

Pengaruh Karakteristik Personal Auditor,Pengalaman Audit,Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

1 7 106

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika, Motivasi, dan Time Budget Pressure Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di Inspektorat Kab. Boyolali).

0 2 12

PENGARUH INDEPENDENSI, TIME BUDGET PRESSURE, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN PENGALAMAN Pengaruh Independensi, Time Budget Pressure, Skeptisisme Profesional Auditor, Etika Auditor Dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Ha

0 3 17

PENGARUH INDEPENDENSI, TIME BUDGET PRESSURE, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN PENGALAMAN Pengaruh Independensi, Time Budget Pressure, Skeptisisme Profesional Auditor, Etika Auditor Dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Ha

0 3 16

Keywords : locus of control, time budget pressure,

0 2 13

Pengaruh Independensi Auditor, Kompetensi Auditor, dan Time Budget Pressure terhadap Kualitas Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan - UNS Institutional Repository

0 2 16

PENGARUH LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL, KINERJA AUDITOR, KEINGINAN BERPINDAH, HARGA DIRI, MORALITAS AUDITOR, TIME BUDGET PRESSURE TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR - Unika Repository

0 0 10

ANALISIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL, EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT, KOMITMEN ORGANISASI, KINERJA, TURNOVER INTENTIONS DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU AUDITOR - Unika Repository

0 0 18

ANALISIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL, EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT, KOMITMEN ORGANISASI, KINERJA, TURNOVER INTENTIONS DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU AUDITOR - Unika Repository

0 0 54