65
meningkat seiring peningkatan tekanan anggaran waktu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Outley dan Pierce 1996, yang menyebutkan bahwa
―hubungan antara tekanan anggaran waktu dan perilaku kualitas audit adalah linear‖ walaupun literatur psikologi menduga teori U terbalik berhubungan dengan efek
tekanan. Dalam konteks ini diduga bahwa semakin tinggi tingkat kualitas audit akan membuat semakin rendah dan tinggi tekanan anggaran waktu. Penelitian Prasita dan
Adi 2007 menunjukkan bahwa : tekanan anggaran waktu memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
kualitas audit, sehingga menimbulkan stress yang pada akhirnya mendorong auditor melakukan pelanggaran terhadap standar audit dan mendorong adanya
perilaku-perilaku yang tidak etis atau disfungsional yang justru menghasilkan kinerja buruk auditor yang berakibat rendahnya kualitas audit.
Namun penelitian tersebut berbeda dengan Basuki dan Mahardani 2007:217 yang meneliti bahwa
―tekanan anggaran dan waktu tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan secara langsung terhadap kualitas audit, namun harus melalui
perilaku unresponing of time terlebih dahulu ‖. Mereka meyakini, anggaran waktu
yang ketat telah dianggap sebagai suatu realita yang tidak dapat dihindari dan merupakan cara untuk mendorong auditor untuk bekerja keras dan efisien.
2.1.6.4 Moralitas auditor
Moral secara ekplisit merupakan berbagai hal yang memiliki hubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa adanya moral manusia tidak akan bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral pada zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang
yang sempit. Moral itu merupakan salah satu sifat dasar yang diajarkan pada
Universitas Sumatera Utara
66
sekolah-sekolah serta manusia harus mempunyai moral jika ia masih ingin dihormati antar sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral sendiri dapat diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah hal kenyakinan
serta sikap batin dan bukan hanya hal sekedar penyesuaian dengan beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum negara, hukum agama atau hukum adat-
istiadat. Selanjutnya dikatakan jika, kriteria mutu moral dari seseorang adalah hal kesetiaannya
terhadap hatinya
sendiri.
2.1.6.5 Komitmen Profesional
Komitmen profesional didefinisikan sebagai kekuatan relatif dari indentifikasi individual dengan, keterlibatan dalam, suatu profesi dan termasuk keyakinan dan
penerimaan tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, kemauan untuk berupaya sekuat tenaga demi organisasi, dan keinginan menjaga keanggotaan dari suatu profesi.
Sebagai hasil apatasi dari instrument komitmen organisasional yang dikemukakan oleh porter dengan mengganti kata ―organisasional‖ pada komitmen organisasi
dengan kata ―profesional‖. Instrumen ini merupakan instrumen paling popular dan mungkin hanya satu-satunya instrument yang secara khusus mengukur komitmen
professional. Komitmen telah menjadi salah satu unsur penting dalam dunia kerja. Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang dalam
pekerjaan adalah komitmen, selain profesionalisme dan kompetensi. Alasan yang
Universitas Sumatera Utara
67
mendasari diperlukannya komitmen yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi terlepas dari
yang dilakukan secara perorangan. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang
tinggi dan memenuhi semua kebutuhan. Pemahaman komitmen profesional ini sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga perusahaan
dapat berjalan secara efisien dan efektif, dan bisa menumbuhkan motivasi sehingga kepuasan kerja auditor meningkat.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kualitas audit adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara