Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sigmund Neumann dalam bukunya yang berjudul Modern Political Parties, ia mendefinisikan bahwa, “Partai politik adalah organisasi dari aktifvis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atau menarik simpati rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang lain yang mempunyai pandangan yang berbeda”. 1 Wacana partai politik di Indonesia itu di dasari oleh tiga ideologi dasar diantaranya yang memiliki ideologi agama Islam dan Nasrani, Kristen dan Katolik , Sosialis kemudian berkembang menjadi komunis, dan Nasionalis. Ketiga golongan ini sangat mewarnai kehidupan partai politik di Indonesia. 2 Aktualisasi ideologi Islam muncul pertama kali dalam Sarekat Islam SI sebagai partai politik pertama dalam sejarah Indonesia yang bercorak nasional, partai ini berdiri dengan sebab beberapa hal. Pertama, kompetisi yang meningkat dalam perdagangan batik terutama dengan golongan Cina. Serta sebagai bentuk perlawanan terhadap penghinaan rakyat Cina kepada rakyat Bumi Putera. Kedua, dirasakan oleh masyarakat Indonesia di Solo ketika itu dari kalangan bangsawan 1 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik ,Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama, 2003, cet. Ke-10, h.160-162 2 M.Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Jakarta: C.V.Rajawali, 1983, cet. Ke-1, h. 53 2 mereka sendiri. 3 Ketiga, sebagai sebuah reaksi terhadap pengkristenan kaum Zending. Partai ini berada dibawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sedangkan aktualisasi dari ideologi komunis adalah partai komunis Indonesia yang timbul dari ideologi komunis barat. Partai ini lahir pada tahun 1920. Tidak lama kemudian partai ini pun menghilang. Kemudian pada tahun 1927 lahirlah sebuah partai yang didirikan oleh Ir. Soekarno dan kawan- kawannya yaitu Partai Nasional Indonesia PNI yang memiliki aktualisasi aliran Nasionalisme. 4 Di Indonesia wacana perpolitikan sangatlah sering dibicarakan terlebih wacana partai politik menjelang pemilu. Pemahaman masyarakat Indonesia tentang partai politik dan pemilu itu berawal dari tahun 1955 dimana keadaan pada waktu itu memungkinkan harus diadakannya pemilu pertama, karena pemilu merupakan sebuah pilar bagi negara yang menganut sistem demokrasi, serta dikarenakan keadaan negara yang masih tidak stabil setelah kolonial Belanda menyatakan menyerahkan Indonesia secara sepenuhnya kepada rakyat Indonesia. Masyumi merupakan partai politik Islam yang ikut serta pada pemilu pertama di tahun 1955, ketika itu partai ini memperoleh suara terbanyak, walaupun ada partai politik Islam seperti NU pada urutan kedua dalam pemilu 1955. Partai Masyumi didirikan pada tanggal 7 November berdasarkan muktamar 3 DRS. Mansur. M.A., Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa,Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004, h.10 4 Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, h.7 3 Islam Indonesia di Yogyakarta, yang dihadiri oleh hampir semua tokoh berbagai organisasi Islam. Pada saat itu boleh dikatakan sebagian besar ormas Islam memberikan dukungan terhadap masyumi, tetapi pemberian dukungan tidak berjalan serempak. Pada mulanya ada empat ormas Islam yang tegas menyatakan mendukung Masyumi yaitu Muhammadiyah, NU, Perikatan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam dan ormas-ormas yang lain. Namun pada tahun 1952 NU memisahkan diri dari Masyumi dan membentuk partai politik Islam yang berdiri sendiri. Dua partai ini Masyumi dan NU masuk kedalam urutan empat partai besar dalam pemilu 1955 dua partai selebihnya PNI dan PKI. 5 Dengan perolehan suara beserta kursi masing-masing, Masyumi memperoleh suara sebanyak 7.903.886 suara 20,9,57 kursi, NU memperoleh 6.955.141 suara 18,4, 45 kursi, PKI memperoleh 6.176. 913 suara 16,4, 39 kursi, PNI memperoleh 8.434.653 suara 22,3, 57 kursi. 6 Setelah Presiden Soekarno menjabat menjadi presiden RI yang pertama, partai Masyumi menjadi partai yang membahayakan rezim Soekarno, hingga lahirlah dekrit presiden 5 Juli 1959 yang diputuskan oleh Soekarno yang 5 Sudirman Tebba, Islam Menuju Era Reformasi, Yogyakrta: Tiara Wacana, 2001, cet. Ke-1 h. 20-21 6 Kamaruddin, Ada Apa Dengan Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: Pustaka Nauka, 2004, cet. Ke- 1, h. 66 4 menjadikan partai Masyumi mengalami pembubaran total serta para elite partai politik tersebut banyak yang ditahan. Namun keadaan pun berubah setelah runtuhnya rezim Soekarno Orde Lama yang kemudian digantikan oleh rezim Soeharto Orde Baru. Pada era rezim Orde Baru banyak para tahanan politik yang ditahan oleh Soekarno dibebaskan. Rata-rata kebanyakan dari mereka aktif di partai Masyumi. Maksud dari pembebasan itu adalah sebagai sebuah “penjinakan” agar mereka tidak menjadi “duri dalam daging”. Namun pada awal era rezim orde baru ini mereka masih tetap tidak mau tunduk, bahkan mereka mencoba meminta untuk merehabilitasi kembali partai Masyumi kepada pemerintahan. Namun permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh Soeharto. 7 Hingga akhirnya mereka para pendiri partai Masyumi mencoba membentuk wadah aspirasi rakyat yang baru yaitu dengan didirikannya Partai Muslimin Indonesia Parmusi pada tanggal 20 Pebruari 1968, yang kemudian partai ini masuk pada pemilu 1971 pada masa Orde Baru. Tak lama kemudian pada tanggal 20 tahun 1971 pemilu pun dilaksanakan dan terdapat empat partai Islam yang menjadi peserta pemilu diantaranya: NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Masing-masing dari partai ini NU berhasil mengantongi 18,67 suara, Parmusi hanya memperoleh 5,36 suara, PSII memperoleh 2,9 suara, dan Perti memperoleh 1,3 suara. Dari hasil pemilu 1971 inilah terlihat 7 Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Jakarta: Paramadina, 1998, cet ke-1, h. 111 5 mulai menurunnya simpati publik kepada partai politik Islam. Bahkan pada pemilu 1955 pun sudah tergambar bahwa partai-partai Islam telah gagal meraih simpati publik. Kemudian pada bulan Januari 1973 pemerintahan orde baru mengeluarkan keputusan untuk merestrukturisasi sistem kepartaian. Dengan pengecualian GOLKAR . Pemerintah mengharuskan kesembilan partai yang ada bergabung ke dalam dua partai politik baru. Dalam kerangka ini, keempat partai Islam bergabung ke dalam PPP, lima yang lainnya yang pada dasarnya terdiri dari partai-partai Nasionalis dan Kristen, digabung kedalam PDI. 8 Difusikannya partai Islam ke dalam PPP dan partai Nasionalis ke dalam PDI itu agar rezim Orde Baru ini dapat mengontrol dengan mudah situasi politik di dalam partai-partai tersebut. Serta adanya penggabungan partai-partai tersebut merupakan sebuah taktik rezim Orde Baru menjadikan ketiga partai ini PPP, PDI, dan GOLKAR untuk dijadikan sebagai kendaraan politik yang berfungsi untuk memperkokoh kekuasaannya serta untuk menarik simpati massa. Tidak sampai di situ saja setelah rezim Orde Baru mengganti asas Islam yang ada di dalam PPP dengan asas pancasila pada tahun 1984 dalam muktamar pertama, maka boleh dikatakan kekuatan politik Islam secara formal sudah habis. 9 Hingga sampai pemilu 1997 dukungan terhadap 8 Ibid..,h. 118 9 Tebba, Islam Menuju Era Reformasi, h. 12 6 partai politik Islam di Indonesia merosot tajam. Apakah itu dikarenakan semakin berkurangnya simpati publik terhadap partai Islam. Pada tanggal 21 Mei 1998 telah terjadi sebuah pengerahan massa besar- besaran yang dipelopori oleh gerakan mahasiswa hingga menyebabkan adanya sebuah peralihan kekuasaan dari era Orde Baru beralih ke Era Reformasi. Mundurnya Soeharto dari posisinya sebagai Presiden RI menandakan berakhirnya rezim yang ia kuasai walaupun pada kenyataannya rezim itu masih tetap berkuasa hingga sekarang ini. Alam Reformasi ini telah melahirkan banyak partai-partai politik, baik yang berlabel agama seperti partai Kristen dan partai Islam PI, sedangkan partai politik non agama berlabel Sosialisme, Nasionalisme dengan berbagai variannya. Oleh sebab itu alam reformasi ini menjadi sebuah era untuk menuju ke arah yang lebih demokratis. Telah dinyatakan bahwa keberadaan partai politik dalam suatu Negara, dianggap sebagai salah satu perangkat institusi demokrasi karena fungsi Partai politik diantaranya: 1 Menyerap dan mengartikulasikan aspirasi atau kepentingan rakyat. 2 Sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi politik 3 media penyaluran perbedaan pendapat yang terjadi dimasyarakat maka keberadaan partai politik yang kuat menjadi factor penting dalam kehidupan berbangsa. 10 Tidak hanya itu saja alam reformasi ini pun memberikan kebebasan 10 A.M. Fatwa, Satu Islam Multi Partai, Bandung: Mizan, 2000, h.93 7 bagi lahirnya berbagai partai terlebih ketika Presiden B.J Habibie menjabat sebagai Presiden dan ia pun mengeluarkan keputusan untuk meninggalkan sistem tri-partai GOLKAR, PPP, PDI momentum ini menjadikan begitu banyaknya atau bermunculannya partai-partai Islam hingga pada akhirnya kebebasan mendirikan partai politik mendorong umat Islam untuk mendirikan partai. Kebebasan di bidang politik ini terlihat pada lahirnya partai-partai politik yang jumlahnya lebih dari seratus, tetapi kemudian yang memenuhi syarat untuk mengikuti pada Pemilihan Umum Pemilu 1999 hanya berjumlah 48 partai politik. Diantara 48 partai politik ini 19 partai politik dapat dikategorikan sebagai partai politik Islam. 11 Partai Keadilan PK merupakan salah satu partai yang termasuk ke dalam kategori partai Islam, partai ini merupakan partai politik termuda yang penuh dengan kaum intelektual muda, partai ini pun hampir serupa dengan partai Masyumi dalam langkah-langkah politiknya walaupun partai ini bukan reinkarnasi dari Masyumi ataupun bukan turunan dari Masyumi. Pada bulan Agustus 1999 pesta demokrasi pun digelar dan Partai Keadilan PK merupakan salah satu peserta Pemilihan Umum saat itu. Pada tanggal 2 Agustus 1999 Partai Keadilan menandatangani hasil penghitungan suara Pemilu. Hasil perolehan suara pada saat itu cukup membuat banyak kalangan berdecak kagum. PK masuk ke dalam urutan ketujuh besar partai pemenang Pemilu. PK 11 Tebba, Islam Menuju Era Reformasi, h. 15 8 meraih 1.436. 565 suara atau 1,36 dari total suara dan berhasil menempatkan tujuh wakilnya di DPR RI 7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Provinsi, dan 163 kursi DPRD Kota Kabupaten. 12 Bahkan untuk daerah khusus Ibu Kota Jakarta, perolehan suara Partai Keadilan melebihi suara Partai Kebangkitan Bangsa PKB dan Partai Bulan Bintang PBB yang memiliki hubungan histories dengan Masyumi. 13 Kemudian disusul pada tahun 2003. pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan baru, peraturan itu tercantum di dalam undang-undang pasal 143 yang berbunyi:” Partai politik peserta Pemilu tahun 1999 yang memperoleh kurang dari 2 dua persen jumlah kursi DPR atau memperoleh kurang dari 3 tiga persen jumlah kursi DPRD ProvinsiDPRD Kabupaten Kota. Yang tersebar sekurang- kurangnya ½ satu perdua jumlah Provinsi dan di ½ satu perdua Kabupaten Kota seluruh Indonesia, tidak boleh ikut dalam Pemilihan Umum berikutnya, kecuali bergabung dengan partai politik lainnya. 14 Barulah pada tanggal 17 April 2003 PK mengadakan Musyawarah Majelis Syura XIII Musyawarah Nasional Istimewa yang diadakan di Asrama Haji Pondok Gede Bekasi, dan menghasilkan sebuah keputusan yang 12 “Sejarah PK-Sejahtera” diakses pada 14 Juni 2008 http www. PK-sejahtera.org 2006main.php?op=isiid=111. 13 Nandang Burhanuddin, Penegakkan Syariat Islam menurut PK, Jakarta: Pustaka Al-Jannah , 2004, h.25 14 H. Mutammimul ‘Ula, Risalah Perjuangan Dakwah Parlemen, Jakarta, Solo: PT.Era Adi Citra Intermedia,2004, h.112 9 merekomendasikan Partai Keadilan untuk bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera PKS. Partai Keadilan Sejahtera PKS ini berdiri di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 20 April 2002 M atau bertepatan dengan 7 Shafar 1423 H. Selanjutnya PKS di deklarasikan pada tanggal 20 April 2003 di Silang Monas Jakarta dengan dihadiri oleh 40.000 massanya. 15 Sesuai hasil Musyawarah Nasional Istimewa Partai Keadilan yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2003 di Asrama Haji Pondok Gede Bekasi, yang merekomendasikan penggabungan Partai Keadilan PK dengan Partai Keadilan Sejahtera PKS dikarenakan memiliki kesamaan tujuan dan cita-cita. Maka mereka menandatangani kesepakatan dihadapan notaris pada tanggal 3 Juli 2003 untuk menggabungkan diri dalam sebuah partai yang disepakati bernama Partai Keadilan Sejahtera . Sampai saat ini PKS memiliki pengurus di 30 Dewan Pimpinan Wilayah DPW= setingkat Provinsi, 312 Dewan Pimpinan Daerah DPD= setingkat Kecamatan diseluruh Indonesia. Selain itu, PKS juga memiliki 13 perwakilan di luar negeri yang disebut dengan Pusat Informasi Partai Keadilan Sejahtera PI- PKS. Dan PKS pun merupakan partai politik modern yang memiliki sistem yang terorganisir secara rapi. Hal ini tercapai berkat manajemen yang baik dan kontribusi dari para kader-kadernya, hingga tercatat sebanyak 300.000 kader yang tersebar di dalam maupun luar negeri. Namun itupun tidak menutup kemungkinan 15 diakses 14 Juni 2008 dari httpwww. PK-Sejahtera.org2006main.php?op=isiid=111 10 pada Pemilu tahun 2009 kedepan PKS akan menargetkan menjadi sebuah partai yang masuk kedalam peringkat ke-3. sebagaimana ketua lembaga pemenangan Pemilu PKS Muhammad Razikun ia mengatakan :” Bagi PKS target itu tidak terlalu ambisius. Sebab dalam Pemilu sebelumnya PKS sudah masuk dalam peringkat ke-4 besar. Masih ada sisa waktu 3,5 tahun lagi untuk mengejar sasaran. Tidak hanya itu saja PKS juga memiliki target kursi dan suara untuk tahun 2009. yakni, 20 kursi di DPR. 16 Atas dasar deskripsi di atas penulis mencoba untuk lebih dalam lagi mengenal seluk-beluk PKS, penulis meneliti seperti apakah strategi yang digunakan PKS sampai saat ini dalam pemenangan pemilu pada tahun 1999 maupun 2004. Dari hal tersebut di atas penulis tertarik untuk menulis kedalam sebuah skripsi dengan judul: STRATEGI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DALAM MERAIH SIMPATI PUBLIK STUDI KASUS PEMILIHAN UMUM 1999 DAN 2004.

B. Identifikasi Masalah