41
solidaritas dunia demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya.
j. Mensinergikan pengembangan IPTEK, industri, seni, budaya, dan
pariwisata sebagai faktor penentu karakter warga bangsa yang tangguh.
34
E. Strategi Meraih Simpati
Sudah barang tentu pada masa sekarang ini bagi partai politik ketika masa kampanye tiba begitu banyak partai berlomba-lomba untuk meraih simpati dari
khalayakpublik.
Sebagaimana di ungkapkan oleh seorang sosiolog terkemuka Erving Goffman. Menurut Goffman, kehidupan social itu dapat dibagi menjadi “ wilayah
depan” front region dan wilayah belakang back region. Wilayah depan adalah tempat atau peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan peran
formal atau bergaya, bak memainkan suatu peran di atas panggung sandiwara. Sebaliknya wilayah belakang adalah tempat atau peristiwa yang
memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah depan. Wilayah depan ibarat “panggung depan” front stage yang di tonton khalayak, sedangkan
wilayah belakang ibarat “panggung belakang” back stage atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri atau berlatih untuk
memainkan perannya di panggung depan.
34
DPP PK Sejahtera, Menyelamatkan bangsa: Platform Kebijakan Partai Keadilan Sejahtera,
Jakarta: Al-I’tishom, 2004, h.58-63
42
Menggunakan pandangan Goffman, kebanyakan atribut, milik busana, mobil, tempat tinggal, rumah yang dihuni, perabotannya, dan perilaku manusia
digunakan untuk presentasi diri, termasuk cara berjalan dan berbicara, pekerjaan dan cara menghabiskan waktu luang, untuk memberitahu orang lain siapa kita dan
mengendalikan pengaruh yang aakn ditimbulkan busana, penampilan, dan kebiasaan kita terhadap orang lain supaya orang lain memandang kita sebagai
orang yang ingin kita tunjukkan. Contoh-contoh pengelolaan itu kesan itu dapat kita temukan didalam
kehidupan sehari-hari. Pegawai bank misalnya, memakai dasi dan parfum agar ia dan kantornya dipandang bonafid oleh calon nasabahnya, meskipun gaji
sebenarnya tidak seberapa.
35
Dari pandangan Goffman di atas dapat disimpulkan bahwa strategi partai politik di dalam meraih simpati publik haruslah terlihat sebagai partai yang
bonafit yang mencoba menyampaikan segala kelebihan yang dimiliki partai tersebut. Sehingga partai politik tesebut menjadi partai pilihan rakyat. Entah
kelebihan partai politik tersebut apakah memiliki massa yang banyak dan solid, para kader-kadernya yang loyal, serta tidak memiliki potret buram di dalam
menjalankan politiknya. Contoh kasus korupsi yang dilakukan oleh para anggota partai.
35
Deddy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer,
Bandung, Remaja Rosda Karya, 1999 h. 87-88
43
Selain pandangn Goffman di atas adapula sebuah pandangan yang patutu dicermati oleh setiap partai politik di dalam berkampanye kepada publik agar
dapat meraih simpatinya. Pandangan ini di ungkapkan oleh J. Michael Sproule pada tahun 1980:
” Ketika masyarakat tersesat mereka tidak lagi percaya dengan sumber yang menipu mereka. Jika mayoritas sumber informasi masyarakat
berperilaku tanpa mengindahkan komunikasi yang jujur, maka semua komunikasi akan melemah. Kepercayaan kepada sumber merupakan syarat
yang dibutuhkan untuk komunikasi verbal. Selama kepercayaan itu hilang, maka bahasa itu sendiri menjadi runtuh tanpa keinginan untuk mempercayai
dari sisi si penerima, bahasa si sumber kehilangan integritasnya dan masyarakat menjadi tepecah dan terasing.
36
Misal ada dua buah partai A dan B. Dalam penyampaian visi dan misinya kepada masyarakat partai A mencoba menyampaikan secara jujur tanpa dibarengi
dengan sebuah tindakan yang realistis. Bahkan tujuan partai A hanya untuk memperoleh suara dari masyarakat saja. Sedangkan partai B pun mencoba
menceritakan visi dan misinya secara jujur serta dibarengi dengan tindakan yang realistis seperti mengangkat isu pendidikan gratis, isu pemberantasan korupsi,
dan kegiatan yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial. Maka dapat di mungkinkan partai B akan mendapatkan sebuah simpati yang besar dari
masyarakat dibanding dengan partai A yang tujuannya hanya untuk menipu masyarakat dengan cara untuk memperoleh suara yang banyak.
Maka dapatlah diambil kesimpulan dari dua teori di atas bahwa sebuah partai politik kalau ingin berkampanye maka partai politik itu harus mengerahkan
36
Richard L. Johannesen, Etika Komunikas, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996 h.37
44
segala kemampuan yang ada serta menyampaikan segala kelebihan-kelebihannya entah itu dari segi keloyalan kadernya atau pun dari segi banyaknya massa.selain
itu juga ada hal yang perlu di cermati oleh partai politik di dalam berkampanye yaitu janganlah menjadi partai politik yang hanya mengobral janji-janji politik
karena akan timbullah sesuatu yang dinamakan dengan ”ketidak percayaan
publik”.
F. Struktur Internal Partai Keadilan Sejahtera Sebagai Penarik Simpati Publik