2 Sejarah Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

Bila melihat era transisi orde baru dan reformasi pemerintah yang masih disibukan dengan fokus perbaikan dan kebangkitan Indonesia dari keterpurukan pasca kisruh dan chaos transisi orde baru ke reformasi, pemerintah lebih mengeluarkan kebijakan yang lebih mengutamakan perbaikan birokrasi dan kebijakan yang berhubungan dengan industri dan produksi dan melupakan jati diri Indonesia sebagai negara agraris. Kebangkitan Indonesia menjadi negara yang demokrasi seutuhnya setelah lepas dari bayangan otorirter era orde baru melahirkan isu kebangiktan pertanian dan ketahanan pangan.Hal ini mulai menjadi isu yang penting bagi calon pemimpin lainya dalam pemilihan umum.Pasca Indonesia dilanda bencana kelaparan pasca kekeringan khususnya daerah Indonesia timur dan Nusa tenggara.presiden SBY yang memerintah sebanyak dua periode mulai memperhatikan masalah krisis pangan yang dinilai tidak sesuai dengan wacana kebijakan ketahanan pangan SBY pada kedua periode kepemimpinan yaitu mencapai swasembada beras.

A. 2 Sejarah Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

Sejarah lahirnya kebijakan ketahanan pangan sudah ada sejak awal kemerdekaan, presiden Soekarno mengeluarkan program kasimo 22 Program ini bertujuan untuk pemenuhan swasembada pangan dengan meningkatkan produksi pertanian bila melihat kemasa kolonialisme Belanda, pemerintah Belanda pernah menjalankan kebijakan yang serupa yaitu kebijakan Olie vlek 23 . Olie vlek adalah 22 Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990Ekonomi orde baru.Jakarta.LP3ES.Hal 39 23 Ibid hal 39 Universitas Sumatera Utara penyuluhan yang berupa upaya meningkatkan pertanian masyarakat Indonesia menuju yang lebih modern. Program kasimo yang dijalankan oleh presiden soekarno terbilang gagal, karena banyaknya kendala yang dihadapi pada masa itu selain rendahnya tingkat pendidikan pada masyrakat, secara umum kurangnya fasilitas yang mendukung menyebabkan gagalnya program ini. Soekarno kembali lagi mengeluarkan kebijakan BIMAS yaitu program bimbingan masyarakat yang kembali lagi gagal karena menilai bahwa program bimas sama seperti program kasimo sebelumnya, selain itu masyarakat beranggapan bahwa kebijakan ini lebih mementingkan kepentingan pribadi bila dibandingkan rakyat dan menyebabkan krisis pangan pada tahun 1963, sehingga presiden soekarno mengeluarkan kebijakan jagung sebagai pengganti pangan 24 Pasca berakhirnya pemerintahan Soekarno pada 12 Maret 1967, dan di gantikan oleh Soeharto maka berakhir juga program dan kebijakan ketahanan pangan Presiden Soeharto dan keluarnya kebijakan Soeharto yaitu PELITA 25 . Pada era Pemerintahan Soeharto upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah menjadi fokus utama seiring dengan keluarnya program pembangunan lima tahun PELITA yang di bagi atas empat tahap yaitu I, II, III, IV yang berhasil membawa Indonesia kepada Swasembada beras pada tahun 1984. Dimana ada tiga tahap pembangunan pertanian dan pangan di Indonesia dalam era pemerintahan orde baru 24 Ibid hal 40 25 Pembangunan Lima TahunPELITA, suatu strategi pembangunan pada zaman pemerintahan Soeharto di Indonesia yang diwujudkan dalam Kabinet Pembangunan Ibid Hal 39 Universitas Sumatera Utara yaitu, 1967-1978 fase konsolidasi, 1984 fase swasembada beras, dan yang terakhir adalah fase yang tidak tercapai diakibatkan gagalnya PELITA yang seharusnya tinggal landas menjadi tinggal kandas 26 . Upaya presiden Soeharto dalam program swasembada beras membuahkan penghargaan dari FAO Food Agriculture Organization yang menjadi kunci sukses presiden Soeharto dalam menghasilkan swasembada beras pada tahun 1986 adalah kebijakan dan program pertanian nyang secara spesifik didalam pelita IV dalam hal teknologi dan revolusi biologi sehingga menghasilkan bibit unggul dan program dalam mendistribusikan hasil pertaninan sehingga kebutuhan masyarakat akan beras terpenuhi dan berswasembada. Upaya presiden Soeharto dengan IPB Institut pertanian Bogor dalam meningkat kualitas bibit padi dan menghasilkan variets unggul disebut sebagai “Revolusi Hijau” 27 . Berakhrinya pemerintahan Soeharto 21 Mei 1998 Indonesia memasuki masa transisi yang ememrlukan adanya penyesuaian antara era orde baru dan reformasi. Pada masa transisi dari era orde baru ke reformasi, Indonesia berada di posisi yang fluktatif dengan hadirnya sejumlah tekanan-tekanan dari dalam masyrakat dan demonstrasi yang menuntut adanya pembaharuan, sehingga harga kebutuhan pokok melambung tinggi dan isu keamanan pangan semakin menambah kekacuan di lingkungan masyrakat.Stabilisasi harga ternyata harus ditebus cukup mahal dengan 26 Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia.Jakarta.Kompas. Hal 5-12 27 Istilah Revolusi Hijau di kemukakan oleh salah satu staf USAID, William S.Gaud pada tahun 1968 semula istilah itu digunakan untuk menyambut pemulian bibit varietas unggul gandum dan padi yang dampaknya akan mampu menggoyang “Revolusi Merah” Komunisme Internasional. Francis Wahono. 1994. “Dinamika Ekonomi Desa sesudah 25 tahun Revolusi Hijau .” Dalam Prisma, edisi 3 maret 1994.Jakarta.1994.Prisma hal 3-21 Universitas Sumatera Utara meminimalkan peran pemerintah intervensi, termasuk menanggalkan peran bulog.Penandatanganan Letter of Intent LoI 28 pada tanggal 21 Oktober 1997 yang di dalamnya berisikan poin penting di bidang kebijakan pertanian.Bulog harus meninggalkan praktik monopoli beras dan peran pengawasan terhadap harga -harga produk pertanian ataupun kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkeh, kedelai, dan lain-lain.Dalam hal ini, pemerintah tidak lagi diberikan wewenang untuk melakukan kontrol intervensi langsung atas harga komoditi-komoditi utama pangan.Pasca kejatuhan presiden Soeharto lahirlah kebijakan baru dari sektor industri pangan yaitu menyerahkan kendali terhadap produksi dan pasar pangan kepada mekanis pasar yang liberal. Sedangkan pada era Reformasi adalah era dimana pemerintahan reformasi melanjutkan kembali sejumlah poin kesepakatan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia yang tertuang di dalam LoI dengan IMF. Melalui Undang- Undang No 23 Tahun 1999, dilakukan penghapusan fasilitas pemberikan Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI yang selama ini melekat pada Bulog. KLBI merupakan fasilitas finansial yang diberikan kepada Bulog untuk membeli kelebihan produksi beras yang dihasilkan oleh petani.Praktis dengan begitu, Indonesia tidak lagi memiliki payung hukum yang jelas mengenai keberadaan kelembagaan lumbung 28 Letter of intent adalah sebuah pernyataan tertulis yang menyatakan keinginan dari pembuatnya untuk masuk ke dalam perjanjian bisnis formal dengan entitas atau orang lain . http:kamusbisnis.comartiletter-of-intent Universitas Sumatera Utara pangan nasional. 29 Presiden Megawati melalui Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2003.Pemerintah nampaknya sedikit berhati-hati menetapkan status bulog agar tidak melanggar ketentuan yang digariskan melalui LoI 1998. Melalui peraturan pemerintah tersebut, untuk pertama Bulog ditempatkan sebagai lembaga logistik dengan misi ganda, yaitu misi publik Public Service Obligation 30 dan misi komersial atau misi mencari keuntungan. Untuk misi PSO, Bulog diarahkan menjadi pemasok tunggal bagi program beras miskin raskin yang diharapkan mampu mempengaruhi harga beras stabilisasi.Melalui peraturan pemerintah itu pula Bulog ditetapkan status kelembagaannya dari Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND menjadi Perusahaan Umum yang berada di bawah naungan Kementrian BUMN. Pemerintahan SBY-JK adalah era pemerntahan Era kepemimpinan SBY-JK, liberalisasi semakin diperluas di sejumlah komoditas 31 .Pada prinsipnya, kebijakan tersebut hanya melanjutkan kembali poin- poin kesepakatan yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan reformasi sebelumnya. Tetapi tanpa proteksi penuh dari pemerintah, petani lokal akan sulit bertahan ketika menghadapi pasar bebas. Angka impor komoditi pangan utama terus melonjak, 29 Dikutip dari http:pangan.agroprima.com Selasa 24 Februari 2015 19.23 30 PSO adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh negara akibat disparitasperbedaan harga pokok penjualan BUMNswasta dengan harga atas produkjasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah agar pelayanan produkjasa tetap terjamin dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat publik.http:www.anggaran.depkeu.go.idPS 31 Komoditas :sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks.Sedangkan dikutip dalam http:.wikipedia.orgwikiKomoditasi .pada hari Rabu 24 Februari 2015 Pukul 18.25 Universitas Sumatera Utara bahkan untuk komoditi pangan lainnya selain tanaman pangan utama.Paradigma kebijakan di sektor pertanian dari Presiden Yudhoyono masih meneruskan paradigma usang yang masih bergantung pada komoditi beras, yaitu orientasi untuk mencapai swasembada beras.Presiden Yudhoyono sempat pula memberikan kewenangan monopoli impor beras kepada Bulog di akhir tahun 2007. Tetapi sayangnya, kewenangan tersebut tidak banyak membantu mengatasi dinamika harga beras di dalam negeri yang rawan dengan gejolak harga Adapun sejarah perkembangan kebijakan ketahanan pangan dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Table 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia Sejak 1952 Dikelolah sendiri dari Mears 1984, Mears and Moeljono 1981 dan berbagai sumber Orde Rezim Pemerintahan Kebijakan pangan Catatan Orde lama Paska kemerdeka an Soekarno 1952-1956 Swasembada Beras Melalui Program kesejahteraan Kasimo 1950-1952: BAMA Yayasan Bahan Makanan 1953-1956: YUBM Yayasan Urusan Bahan Makanan. Soekarno 1956-1964 Swasembada Beras Melalui Program Sentra Padi 1956: YBPP Yayasan Badan Pembelian Padi 1963: Substitution Jagung 1964: PP No. 3 – Food Material Board 1964: Bimas’ dan “Panca Usaha” Tani Pemerintahan Transisi 1965-1967 1966: Komando Logistik Nasional KOLOGNAS 1967: Dibubarkannya KOLOGNAS 1967: 1405, Badan Urusan Logistik BULOG didirikan dan berfungsi sebagai pembeli beras tunggal Orde Baru Orde Pembangun an Soeharto’ Repelita 1 2 1969-1979 Swasembada beras 1969: Tambahan tugas Bulog: Manajemen Stok Penyangga Pangan Nasional – dan penggunaan neraca pangan nasional sebagai standar ketahanan pangan. 1971: Tambahan tugas Bulog sebagai pengimpor gula dan gandum 1973: Lahirnya Serikat Petani Indonesia 1974: Tambahan tugas Bulog: Pengadaan daging untuk DKI Jakarta 1974: Penggunaan Revolusi Hijau untuk mencapai swasembada beras 1977: Tambahan Tugas Bulog: Kontrol impor kacang kedelai. 1978: Penetapan harga dasar jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau Soeharto’ Repelita 3 4 1979-1989 Swasembada Beras 1978: Keppres391978, Pengembalian tugas Bulog sebagai kontrol harga untuk gabah, beras, tepung gandum, gula pasir dll. 1984: Medali dari FAO atas tercapainya Swasembada Pangan. Soeharto’ Repelita 5,6 7 1989-1999 Swasembada Beras 1995: Penganugerahan pegawai Bulog sebagai Pegawai Negeri Sipil 1997: Perubahan fungsi Bulog untuk mengontrol hanya untuk harga beras dan gula pasir. 1998: Penyempitan peran Bulog yang berfungsi sebagai Universitas Sumatera Utara pengontrol harga beras saja . Reformasi: Transisi Habibi 19981999 Swasembada Beras 19981999: Penjualan Pesawat IPTN yang ditukar dengan Beras Thailand. A. Wahid 19992000 Swasembada Beras 2000: Penugasan tugas Bulog untuk management logistic beras penyediaan, distribus dan control harga Reformasi : setelah 2000 Megawati 20002004 Swasembada Beras 2003: Privatisasi Bulog 2004: No-Option Strategy Kecuali Swasembada Beras. S. Bambang Yudoyono SBY 2004-2009 Revitalisasi Pertanian 2005: “revitalisasi pertanian” – komitment janji untuk peningkatan pendapatan pertanian untuk GDP, pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan swasembada beras, jagung serta palawija. Sumber :Jonatan Lassa, Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1952-2005 hal 6 B. Gambaran deskriptif Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia pada pemerintahan SBY-Boediono Kemenangan SBY-Boediono,dalam Pemilu 2009 merupakan celah yang menjadi upaya terbesar Partai demokrat, dan SBY dalam menjalankan Pemerintahan dalam bentuk marathon pembangunan sejak tahun 2004 – 2009 sampai akhir masa jabatan dalam periode kedua. Sebagai pemimpin negara dan pemerintahan presiden memiliki hak untuk membentuk kabinet yang berisikan menteri-menteri yang bertugas dalam membantu presiden dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal memilih siapa-siapa yang memangku jabatan sebagai perpanjangan tangan presiden terdiri dari tokoh-tokoh yang berasal dari golongan profesional dan usulan-usulan dari partai anggota koalisi yang berasal dari usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB ditambah Partai Golkar yang Universitas Sumatera Utara bergabung setelahnya 32 . Kabinet yang dibentuk Oleh Presiden SBY pada periode kedua disebut sebagai Kabinet Indonesia Bersatu II.Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya 33 . Dalam kurun waktu 2 Tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu II mengalami banyak proses reshuffle dengan berbagai alasan. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet pada tanggal 13 Juni 2012, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Kesehatan dimana pejabat sebelumnya telah meninggal dunia. 34 Bila melihat kembali kenyataan yang terjadi antara masa pemerintahan Soeharto pada dan SBY-Boediono keduanya pernah mengalami fase pasang surut dalam masa memimpin di Indonesia.jika ditinjau dari kebijakan-kebijakan dan rencana dalam sektor pertanian keduanya memiliki rencana dan rancangan untuk melakukan Swasembada dalam sektor pangan, Presiden Soeharto yang telah berhasil 32 Dikutip http:www.tempointeraktif.comhgpolitik20091014brk,20091014-202673,id.html Rabu 3 Maret 2015 pukul 22.40 33 Dikutip pada http:www.presidensby.infofokus200910214797.html Selasa 3 Maret 2015 pukul 23.02.WIB 34 Dikutip pada http:id.wikipedia.orgwikiKabinet_Indonesia_Bersatu_II.html Rabu 4 Maret 2015 pukul 01.00.WIB Universitas Sumatera Utara melaksanakan swasembada beras pada puncaknya yaitu Tahun 1984 Presiden Soeharto ketika itu menerima penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia FAO. 35 B.1. Visi dan Misi Pemerintahan SBY-Boediono Guna melanjutkan pembangunan Indonesia yang telah dilaksanakan pada pemerintahan sebelumnya, meneruskan apa-apa yang sudah baik dan melakukan Perubahan yang diperlukan Change untuk hal-hal yang belum berhasil dilaksanakan agar mencapai hasil yang lebih baik lagi untuk memajukan Bangsa dan Negara Indonesia dan memberikan Kesejahteraan bagi segenap Rakyat Indonesia. Adapun yang menjadi visi dan misi SBY-Boediono adalah Visi : Terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur 1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi 3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Misi : Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera aman dan damai dan meletakan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. 1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia. 2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance. 3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa. 4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi. 35 Dalam skripsi: Sri Gusti Ayu.2010.Kebijakan Pemerintahan SBY-JK dalam konteks politik pangan 2004- 2009.Medan:FISIPUSU Hal Universitas Sumatera Utara 5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa 36 Guna mewujudkan visi dan misi pemerintah di Indonesia maka telah dirancang 13 Pokok-pokok Program Kerja sebagai berikut: 1. Melanjutkan Program Pendidikan Nasional. 2. Melanjutkan Program Kesehatan Masyarakat. 3. Melanjutkan Program Pengentasan Kemiskinan. 4. Menciptakan lebih banyak lagi Lapangan Kerja bagi Rakyat Indonesia. 5.Melanjutkan Program Pembangunan Infrastruktur Perekonomian Indonesia. 6.Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras, Gula, Jagung, dsb. 7.Menciptakan Ketahanan Energy dalam menghadapi Krisis Energi Dunia. 8. Menciptakan Good Goverment dan Good Corporate Governance. 9. Melanjutkan proses Demokratisasi. 10.Melanjutkan pelaksanaan Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi. 11. Pengembangan Teknologi. 12. Perbaikan Lingkungan Hidup. 13. Pengembangan Budaya Bangsa. 37

C. Konsep Ketahanan dan Kedaulatan Pangan