lokal, menerapkan teknolog lokali indigenious sehingga dapat dikembangkan oleh masyarakat lokal dan tersebar dalam jumlah yang
banyak sehingga merupakan alat pemerataan yang efektif.
D. Membangun Sistem Pendukung Ketahanan Pangan yang Kondusif
13 Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan
ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan sangat kompleks karena terdiri dari berbaga sektor yang saling terkait, untuk itu diperlukan
adanya kerjasama yang sinergis dari seluruh stakeholder ketahanan pangan terutama masyarakat dan swasta. Peningkatan peran swasta dan
masyarakat dapat dilaksanakan melalu peningkatan kerjasama antara pemerintahdan swasta melalu CSR Corporate Social Responsibility
terkait dengan pemberdayaan masyarakat didaerah rawan pangan, meningkatkan keterlibatan
masyarakat secara
partisipatif dalam
penanganan kerawanan pangan, dan mewujudkan ketahanan pangan didaerahnya masing-masing sesuai dengan budaya setempat
14 Mendorong adanya kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif yaitu
melalui
Kebijakan Fiskal yang Memberikan Insentif bagi Usaha Pertanian. Hal ini dilakukan dengan pemberian keringanan pajak bagipara pelaku usaha
Universitas Sumatera Utara
dibidang pertanian
dan pengolahan
pangan untuk
mendorong pertumbuhan investasi usaha berbasis pertanian dan pangan.
Alokasii APBN dan APBD yang memadai untuk Pengembangan Sektor
Pertanian dan Pangan. Hal ini dilakukan dengan peningkatan kepedulian dan pemberian pemahaman serta umpan balik kepada lembaga pemerintah
yang berkompeten termasuk lembaga legislatif, untuk memberikan anggaran memadai bagi sektor pertanian dan pangan
Melaksanakan koordinasi strategis pada tingkat nasional, regional dan
global untuk meningkatkan kepemerintahan, memperbaiki alokasi sumberdaya, memperbaik duplikas dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi serta bantuan kerawanan pangan, dan mengidentifikasi senjang dalam melakukan respons terhadap permasalahan.
Menjamin peran penting dari sistem multilateral melalu peningkatan
efisiensi , koordinasi , kemampuan merespon, dan efektivitas institusi multilateral secara berkelanjutan.
Menjamin dipenuhinya komitmen berkelanjutan bagi para mitra untuk
melakukan investas di sektor pertanian, ketahanan pangan dan gizi, melalu penyediaan sumberdaya yang diperlukan secara tepat waktu dan dengan
cara yang handal, melalu perencanaan dan program multi-year
Universitas Sumatera Utara
Melakukan investasi yang terencana dimasing-masing negara, yang
diarahkan untuk menyalurkan sumberdaya pada program yang di disain secara baik dan program yang berorientasi kepada output, serta melakukan
kemitraan global 15.
Menguatkan kelembagaan ketahanan pangan dan koordinasi antar daerah dapat dilakukan dengan: mendorong terbentuknya kelembagaan ketahanan
pangan ditingkat daerah propinsi dan kabupatenkota sebaga mana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007dan
kesepakatan gubernur dan bupati walikota dalam Sidang Dewan Ketahanan Pangan tahun 2009dan meningkatkan peran Dewan Ketahanan
Pangan dalam ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi , dan
masyarakat. 16.
Peningkatan peran pimpinanformal dan nonformal dalam pembangunan ketahanan pangan Seiring dengan proses otonomi daerah yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000 Tentang Otonom Daerah yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000,
peran daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan diwilayahnya menjadi semakin meningkat. Searah dengan pelaksanaan kebijakan
otonom daerah, pemerintah provins dan pemerintah kabupaten kota dapat
Universitas Sumatera Utara
berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan diwilayah kerjanya.
17. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
Alokasi anggaran yang memada untuk penelitian dan pengembangan.
Kegiatan ini meliputi peningkatan kepedulian berbagai lembaga terkait dalam pemerintah dan pemerintah daerah untuk mengalokasiikan
anggaran memadai untuk peneliti an dan pengembangan untuk menghasilkan
teknologi ,informasi,
peralatan yang
menunjang terwujudnya ketahanan pangan dan gizi.
Peningkatan kerjasama kemitraan antar lembaga penelitian. Kegiatan ini
adalah mengkoordinasikan substansi dan memadukan sumberdaya penelitian untukmenjamin efisiensi dan efektivitas penelitian, serta
terlayaninya kebutuhan masyarakat yang beragam oleh sumberdaya penelitian yang terbatas.
Meningkatkan peran serta masyarakat. Hal inidilakukan dengan
menerapkan sistem penghargaan tingkat nasional kepada mereka yang telah memberikan kontribus yang signifikan terhadap pembangunan
dibidang pangan dan gizi , untuk memotivas dan memperluas peranserta lembaga-lembaga pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, organisasi
masyarakat maupun perorangan untuk melakukan hal serupa.
Universitas Sumatera Utara
Meningkatkan kualitas data dan informasi ketahanan pangan, melalu
perbaikan metodologi pengumpulan dan pengolahan data terkait dengan ketahanan pangan, penyempurnaan dalam penyajian data, peningkatan
kerjasama antar instansi dalam peningkatan kualitas data ketahanan pangan, dan penyebaran informas ketahanan pangan secara transparan
baik di media cetak maupun elektronik, baik untuk instansipemerintah, swasta dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan peran pemerintah,
swasta dan masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan. 18.
Melaksanakan kerjasama internasional
Penggalangan kerjasama internasional dalam melawan kelaparan dan kemiskinan. Kegiatan ini dimulai dengan membangun Aliansi Nasional
MelawanKelaparanANMK, yaitu untuk membangun kepedulian, memperkuat komitmen dan mendorong aksi-aksi nyata mencegah dan
mengatasi masalah kelaparan, membangun kemitraan antara pemerintah, organisasi pemerintah, pelaku usaha dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan kreativtas mengatasi masalah dan melakukan pertukaran informasi pengalaman berharga dari masing-masing lembaga.
Perbaikan kinerja diplomasiekonomi , politik, sosial, dan budaya untuk
meningkatkan ketahanan pangan. Kegiatan ini meliputi pembekalan terhadap situasi dan peluang kerjasama dengan berbaga negara dan
Universitas Sumatera Utara
lembaga-lembaga internasional untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan, dan berdasarkan informasi tersebut meningkatkan intensitas
diplomasi dengan fokus yang spesifik dan efektif.
D.3 Sasaran Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2009-2014
Setiap kebijakan pasti memiliki sasaran target yang harus dipenuhi, sebagai hasil output dari kebijakan tersebut. Demikan dengan KUKP Pemerintahan SBY-
Boediono yang memiliki target yaitu mencapai pemenuhan ketersedian pangan pada akhir masa periode menjabat, dan berkurangnya jumlah masyarakat Indonesia yang
mengalami krisis pangan dan gizi buruk. Hal tersebut dijelaskan dalam bentuk upaya- upaya sebagai berikut :
1. Dipertahankannya ketersediaan energ perikapita minimal 2.200 kkalhari , dan
penyediaan protein perkapita minimal 57 gramhari 2.
Tercapainya peningkatan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kecukupan energi minimal 2.000 kkalhari dan protein sebesar 52 gramhari.
3. Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor
pola pangan harapan PPH minimal 1,7 persen per tahun dijelaskan pada tabel 3.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Sasaran skor PPH 2010-2014 Tahun
Skor PPH 2010
86,4 2011
88,1 2012
89,8 2013
91,5 2014
93,3 Sumber : Kementrian Pertanian diolah dewan BKP
4. Berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan kronIs yang mengkonsums
70persen AKG, termasuk balita dan ibu hamil kurang gizi dan penduduk miskin minimal 0,5 persen per tahun dijelaskan pada table 3.2
Tabel 3.2 Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 2010-2014 Tahun
Jumlah penduduk sangat Rawan Pangan
70 AKG Persentase
2010 23.525.330
10,05 2011
22.591.984 9,53
2012 21.626.739
9,02 2013
20.629.772 8,51
2014 19.601.736
8,00 Sumber : Kementrian Pertanian Diolah BKP
5. Tercapainya
kemandirian pangan
melalui pencapaian
swasembada berkelanjutan untuk beras, jagung dan gula konsumsi, dan pencapaian
swasembada kedelai dan daging sapi pada tahun 2014 6.
Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat kelompok pendapatan menengah
bawah.
Universitas Sumatera Utara
7. Membaiknya akses rumahtangga golongan miskin terhadap pangan.
8. Tercapainya peningkatan cadangan pangan baik cadangan pang an milik
pemerintah pusat dan daerah maupun cadangan pangan masyarakat 9.
Tercapainya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya keamanan pangan
10. Berkembangnya kelembagaan ketahanan pangan yang ada d i masyarakat
secara partisipatif sebagai upaya untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian
masyarakatdalam menangan
kerawanan pangan
dan meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
BAB III A. ANALISIS KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY
– BOEDIONO 2009-2014
Pada bab ini akan disajikan analisis kebijakan-kebijakan politik pangan Pemerintahan SBY-Boediono pada periode pemerintahan 2009-2014,dengan
menganalisis secara deskriptif kebijakan-kebijakan yang menjadi program utama pemerintahan SBY-Boediono dalam menjaga stabilitas dan keamanan pangan.Yang
menjadi fokus utama kebijakan politik ketahanan pangan SBY-Boediono adalah upaya pemerintah untuk memperbaiki fondasi dari ketahanan pangan dan
memperbaiki unsur-unsur vital seperti mengeluarkan program kemandirian pangan,keamanan pangan, dan kebijakan pangan dan gizi, dengan harapan
swasembada beras yang menjadi target utama pemerintahan SBY sejak pemerintahan periode pertama pada tahun 2004-2009.
A.1. Analisis Terhadap Perkembangan Kebijakan Ketahanan Pangan di
Indonesia
Mengingat pentingnya masalah pangan,setiap Negara mempriortaskan pembangunan ketahanan pangan dan pencapaiannya diposisikan sebagaifondasi bagi
pembangunan sektor-sektor lainnya. Berbagai tantangan dan perubahan lingkungan strategis baik secara global maupun nasional, telahmempengaruh situasi ketahanan
pangan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia menempatkan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasonal, sebagaimana yang tercantum di dalam RPJMN 2010-2014.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional tidak terlepas dari kebijakan umum ketahanan pangan KUKP yang diarahkan kepada
pemenuhan hak atas pangan dari produksi domestik.Karena ketahanan pangan identik dengan upaya pemerintah dalm meningkatkan kapasitas produksi pangan
melalui pembangunan pertanian disertai kebijakan yang pendukung lain yang terkait, sehingga setiap individu-individu dan keluarga di indonesia mempunyai hak dan
kemampuan yang sama dalam memenuhi kebutuhan dan akses terhadap pangan. Di dunia internasional Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan
komoditas
63
utama adalah beras, gandum, dan kakao. Sejak abad delapan belas Indonesia sudah menjadi sasaran negara-negara eropa dalam memperoleh bahan-
bahan produksi yang akan mereka gunakan ataupun perdagangkan di dalam industri mereka. Perkembangan Indonesia dalam sektor pertanian tidak hanya menjadi sektor
penunjang dalam pembangunan, namun menjadi sektor utama yang dijadikan sumber pendapatan negara, selain industri pertambangan,perikanan,pariwisata, dan sumber
daya manusia Namun dalam proses perkembangan pertanian dan ketahanan pangan banyak
hal yang menyebabkan Indonesia sulit menjadi negara penghasil produksi pertanian
63
Komoditas dalam konteks ini : barang dagangan utama; benda niaga: hasil bumi dan kerajinan setempat dapat dimanfaatkan sbg -- ekspor; bahan mentah yg dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dng standar
perdagangan internasional, msl gandum, karet, kopi dala:http:.KBBI.web.idkomoditas
Universitas Sumatera Utara
nomor satu di dunia intenasional,kurangnya peran pemerintah dalam memperkuat regulasi dan program-program dalam membangun sektor industri pangan dan
pertanian, dan juga faktor geografis serta sosial yang beranekaragam menjadi indikator penyebab lambatnya perkembangan industri pangan dan pertanian.
Pertanian menjadi dilupakan dengan adanya kasus korupsi dan tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh individu-individu yang mengatasnamakan pemerintah.
Oleh karena itu Indonesia sebagai negara yang memiliki pemerintah sebagai pengelola dan pengawas negara memerlukan kebijakan-kebijakan yang menghasilkan
program dan regulasi sebagai fondasi pembangunan pertanian dan keetahanan pangan.Bila melihat kebijakan-kebijakan pemerintahan kolonialisme semasa pra-
kemerdekaan yang lebih mengutamakan kuantitas hasil komoditas, bukan kualitas yang dihasilkan dengan bentuk penyuluhan pertanian ataupun kerja paksa cultuur
stel-sel. Kebijakan menghasilkan kuantitas komoditas pertanian sebesar-besarnya guna
memenuhi permintaan pasar pada masa itu, berbeda dengan kebijakan pemerintahan pasca kemerdekaan. Presiden Soekarno mendirikan lembaga yang bertujuan untuk
menjaga dan menjamin ketersedian pangan di indonesia yaitu BAMA Yayasan Bahan Makanan yang didirkan tahun 1950 hinggan 1952 lalu berubah nama
menjadi YUBM Yayasan Urusan Bahan Makanan.dengan mengeluarkan kebijakan Kasimo yang bertujuan untuk menghasilkan Indonesia berswasembada beras, yang
Universitas Sumatera Utara
tidak berjalan dengan baik, dengan kendala kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki sebagian masyrakat dalam pengaplikasian teknologi pertanian.
Kebijakan selanjutnya adalah pemerintahan soekarno mengubah YUBM menjadi YUBM Yayasan Urusan Bahan Makanan. yang bertujuan memenuhi
ketersedian padi paska krisis pangan akibat gagal panen pada tahun 1963. Program yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan padi sebagai bahan dasar
adalah jagung sebagai pengganti beras agar krisis pangan yang terjadi pada tahun 1963 menurun. Pada tahun 1964 pemerintah mengeluarkan kebijakan PP No.3
diikuti dengan program BIMAS bimbingan masyarakat yang bertujuan agar terjadinya swasembada pangan guna menutupi krisis pangan pada tahun sebelumnya,
namun gejolak yang hadir didalam negara dan harga yang melambung memunculkan pemikiran masyarkat bahwa program bimas hanya bertujuan untuk kepentingan
pribadi pemerintah, dan tidak terimplementasi seiring dengan masa transisi berakhirnya pemerintahan orde lama dengan orde baru.
Pada era transisi dari orde lama dan orde baru pemerintah membubarkan KOLOGNAS sebagai badan yang bertanggung jawab atas ketersediaan pangan
dengan merubah menjadi BULOG sebagai badan di bawah pemerintahan yang membeli semua ketersedian stok beras secara nasional. Sedangkan pada masa
pemerintahan orde baru presiden Soeharto dengan kebijakan PELITA pembangunan lima tahun yang mengutamakan pembangunan pertanian baik pembangunan sarana-
Universitas Sumatera Utara
sarana dalam bidang pertanianan, dan peningkatan kualitas bibit, hingga perubahan lembaga yang bertanggung jawab dalam mengelola komoditas dan distribusinya.
Lahirnya “Revolusi Hijau” sebagai salah satu bentuk kebijakan ketahanan pangan Soeharto yang sukses yaitu meningkatkan kualitas dari bibit padi, bukan hanya
meningkatkan kuantitas dari hasil pertanian. Puncak kebehasilan Soeharto di dalam bidang pangan dan pertanian adalah pada tahun 1985 dengan keberhasilan kabinet
pembangunan IV serta kebijakan PELITA IV dalam menghasilkan swasembada beras dan memperoleh pengharaan dari FAO Food agriculture organization.
Pada masa transisi orde baru dan reformasi pemerintah masih berusaha pulih dari keterpurukan pasca kerusuhan. Kebijakan pertama presiden Habibie sebagai
presiden pertama yang dipilih pasca reformasi adalah memulihkan harga kebutuhan pokok dengan memenuhi ketersedian stok beras dengan menukar barter pesawat
IPTN dengan beras Thailand. Sedangkan era pemerintahan presiden Abdurhaman Wahid Gusdur pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengoptimalisasikan
peran BULOG dalam hal mengontrol komoditas dang logistik pangan.Pemerintahan Megawati mengeluarkan kebijakan yang berusaha untuk memenuhi swasembada
beras dengan membangun sarana-saraana baru dan mengubah BULOG menjadi semi-swasta yaitu dengan memprivatisasi BULOG. Sedangkan pada periode pertama
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan kebijakan “Revitalisasi Pertanian” yaitu kebijakan untuk memperbaiki semua sektor pertanian yang telah
Universitas Sumatera Utara
terlupakan pasca reformasi dan menjadikan sektor pertanian kembali sebagai sumber APBN di Indonesia, kebijakan ini memberikan hasil , pemerintahan SBY
menghasilkan Swasembada beras dengan terpenuhinya kebutuhan beras dan surplus lima belas juta ton beras.
Sejarah kebijakan ketahanan pangan indonesia sejak masa pemerintahan presiden Soekarno hingga sekarang telah banyak mengalami perkembangan dan
perubahan,setiap kebijakan tersebut dirangkum dalam beberapa elemen penting yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi pemerintah dalam memajukan dan
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang proterhadap rakyat dan tercapainya visi- misi pemerintahan.Perkembangan kebijakan ketahanan pangan di Indonesia menjadi
lebih baik hal ini disebabkan fakta bahwa ketahanan pangan bukan hanya permasalahan pada tingkat lokal atau pun individu saja namun juga menjadi
permasalahan pada tingkat internasional. Pemerintahan SBY-Boediono melalui KUKP menjelaskan bahwa Indonesia siap menjamin pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan ketersediaan pangan melalui KUKP. KUKP tidak hanya menjadi Produk politik yang dijanjikan pemerintahan
SBY-Boediono semasa pemilu,juga menjadi bukti intregritas pemerintahan SBY- Boediono dalam menangani permasalahan pangan dan pemenuhan visi-dan misi
sehingga Pangan dapat dijadikan sumber devisa negara.Sehingga KUKP menjadi
Universitas Sumatera Utara
kebijakan politik yang berperan dalam meningkatkan kualitas pangan Indonesia dan meningkatkan kemakmuran masyarakat di masa yang akan dating.
A.2 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan SBY-Boediono 2009-2014
Kontroversi adalah kata yang dapat mengambarkan pemerintahan SBY- Boediono,dari awal pemilihan Boediono sebagai pasangan sudah menjadi kontroversi
tersendiri di lingkungan masyrakat. Boediono yang sebelumnya menjabat sebagai gubernur Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan bersama Menteri Keuangan sri
mulyani yaitu mengeluarkan dana talangan bagi bank century, melalui Bank Indonesia.
Terbongkarnya sejumlah kasus korupsi yang dilakukan oleh petinggi partai demokrat menambah kontroversi dan menurunkan kualitas dan pamor partai
demokrat di masyrakat.Hingga akhir masa pemerintahan tingkat kepuasan masyarakat akan kinerja pemerintahan SBY-Boediono sangat menurun, dan munculnya
kejenuhan dengan pola pemerintahan SBY-Boediono yang terkesan tidak dapat memenuhi janji dan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan.
Anggapan bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin yang berasal dua latar belakang yang berbeda dapat menghasilkan pemerintahan yang baik tidak
tercermin dari pasangan SBY-Boediono, bukan menilai dari sisi personal kedua pasangan pemimpin saja, baik orang-orang yang ikut serta di dalam pemerintahan
mencerminkan hal yang sama, masyarakat sudah merasa jenuh dengan segala
Universitas Sumatera Utara
kontroversi yang dihasilkan dan juga politik pencitraan yang dilakukan kader atau pun sengaja dihasilkan guna mengalihkan perhatian masyarakat dari permasalahan
yang sebenarnya. Bila melihat dan meneliti lebih jauh pemerintahan SBY-Boediono sepertinya
tidak sanggup membendung kekecewaan masyarakat terhadap setiap kekurangan baik dalam hal kebijakan maupun program-program yang terkesan kurang maksimal. Bila
melihat data yang menjelaskan tingkat popularitas SBY dan partai demokrat yang sangat menurun bila dibandingkan dengan pada masa pemilihan presiden periode
pertama dan kedua.S atu tahun pemerintahan, rakyat justru “dihadiahi” kenaikan harga
kebutuhan pokok dan tarif dasar listrik TDLyang menjadi potret rendahnya kinerja pemerintah yang sama dengan periode sebelumnya. Wajar jika tingkat kepuasaan
publik terhadap Pemerintahan SBY - Boediono hari-hari ini kian menurun. Faktanya penurunan rasa kepuasan masyarakat ditunjukan dengan penurunan
persentasi yang dihitung oleh lembaga survey Indonesia.menurut data LSI merupakan rekortertinggi kepuasan masyarakat atas kinerja presiden, yaitu 85Namun, setelah
itu terus mengalami penurunan. Pada November2009, menurun dari 85 persen menjadi 75, lalu turun lagi padaJanuari 2010 ke 70 persen, dan pada bulan Maret
2010 kembaliturun menjadi 65. Bila melihat turunnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan
SBY-Boediono, yang menghasilkan fakta bahwa partai demokrat dan tokoh-tokoh
Universitas Sumatera Utara
politik mulai kehilangan pamor di masyarakat dan diantara rival lainnya di dunia politik sehingga sulit bagi pemerintahan SBY-Boediono bertahan tanpa adanya
kritikan dari kelompok penekan oposisi dan masyarakat itu sendiri. Sama halnya dengan konsep good governance yang diimplementasikan oleh pemerintah SBY-
Boediono sebagai gaya kepemimpinan yang baik. Bukan berarti pemerintahan SBY- Boediono adalah pemerintahan yang tidak berhasil menjaga stabilitas dan menjaga
kemakmuran, serta keamanan masyrakat Indonesia, walaupun mengalami banyak kontroversi sepanjang memerintah pada periode 2009-2014 pemerintahan SBY-
Boediono dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun yang menjadi kebijakan Ketahanan pangan SBY-Boediono telah
terlihat dari
visi dari
pemerintahan SBY-Boediono
yaitu melanjutkan
pembangunan,maksudnya adalah melanjutkan pembangunan sektor pangan dan pertanian dengan program “Revitalisasi Pertanian”, sedangkan misi dari
pemerintahan SBY-Boediono memfokuskan pembangunan ketahan pangan berdasarkan pokok program nomor enam dari ketiga belas program pokok
pemerintahan SBY-Boediono. Kebijakan Ketahanan Pangan Pemerintahan SBY-Boediono lebih djelaskan
dalam KUKP yang secara umum menjelaskan kebijakan ketahanan pangan sebagai Kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan pangan dar sektor pertanian mengacu
pada Rencana Strategis Pembangunan Pertanian Tahun 2010-2014 yang diarahkan
Universitas Sumatera Utara
untuk mencapai ”Empat Sukses” ya tu sukses dalam Swasembada Berkelanjutan
Diversivikasi Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing,dan Ekspor,serta Peningkatan Kesejahteraan Petani
64
. Kebijakan ketahanan pangan KUKP yang menjadi landasan dan acuan bagi
pemerintah dan masyarakat dalam melaksankana kebijakan ketahanan pangan dan mencapai ketahanan pangan. KUKP adalah sebuah kebijakan yang secara perumusan
kebijakan di hasilkan berdasarkan fakta-fakta mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia, dan berdasarkan hukum baik di dalam negara maupun secara
internasional. Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal tidak terlepas dar kebijakan umum pembangunan nasional yang diarahkan kepada pemenuhan hak atas
pangan,utamanya dar produks domestik. Upaya menIngkatkan kapasitas produks pangan melalu pembangunan pertanian
disertai kebijakan pendukung lain yang terkait,sehingga setiap keluarga di Indonesia memilik kemampuan dan kesempatan yang sama dalam mengakses pangan.
Kebijakan tersebut dirangkum dalam beberapa elemen penting yang di harapkan dapat menjadi panduan bagi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama
mewujudkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, tingkat wilayah, dan tingkat nasional.
Selain memberikan arah kebijakan yang lebih jelas dan mudah dipahami, pemerintah berperan dalam menjabarkan secara rinci kebijakan-kebijakan lain yang
64
Di kutip dari dokumen Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Hal 121
Universitas Sumatera Utara
dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan melalui ndustrialisasi pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian yang berdayasaing di pasar
nasional maupun internasional, serta dengan tetap berpihak kepada petani kecil. Secara khusus kebijakan umum ketahanan pangan KUKP dirangkum dalam 3
kebijakan yatu kebijakan ketersediaan pangan,
1. Kebijakan Ketersedian Pangan
Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan swasembada jagung, kedele,
gula, daging sapi pada tahun 2014 antara lain: 6.
rehabilitasi irigasi dan pencetakan sawah 7.
subsidi input pupuk, benih 8.
jaminan harga output HPP 9.
perlindungan dari gagal panen 10.
diseminasi teknologi dan revitalisasi penyuluhan
Impor pangan pokok dilakukan bila produksi domestik dan cadangan pangan tidak memenuhi the last resort
Penyediaan beragam pangan berdasarkan potensi sumberdaya dan budaya
lokal dengan pendekatan efisiensi dan proteksi : 3.
kebijakan promosi dan proteksi 4.
pemberdayaan petani dan pelaku usaha sepanjang rantai nilai value chain
Universitas Sumatera Utara
Menyediakan cadangan beras nasional yang cukup untuk mengatasi
gejolak pasokan dan harga.
cadangan beras pemerintah yang memadai sekitar 2 juta ton
cadangan beras dan pangan lain Pemda Prop, KabKota
lumbung pangan masyarakat
65
2. Kebijakan Keterjangkauan Pangan.
Menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok sepanjang tahun dan
pangan strategis pada periode khusustertentu Ramadan, Lebaran, Natal, Tahun Baru. :
Pembelian domestik
Operasi pasar
Penyaluran pangan dengan sasaran penerima tertentu temporer.
Kebijakan imporekspor
Kebijakan fiskal.
Memperlancar distribusi pangan ke seluruh wilayah Nusantara
konektivitas, pengembangan jaringan, dan sistem transportasi.
Melaksanakan penyaluran pangan bagi masyarakat rawan pangan kroniswarga miskin:
65
Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS. 2012.Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI Hal 27
Universitas Sumatera Utara
Saat ini berupa program Raskin ke depan perlu diperluas menjadi
Pangkin
Pemberian bantuan pangan untuk masyarakat rawan pangan transien akibat bencana alam, sosial, dan ekonomi
66
3. Kebijakan Pangan dan Gizi
Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan :
Perubahan pola pikir ke arah pola konsumsi B2SA beragam, bergizi,
seimbang dan aman,
Optimalisasi pemanfaatan lahan perkarangan KRPL kawasan rumah pangan lestari,
Penguatan UKM usaha kecil mikro dalam bisnis pangan olahan berbasis
tepung-tepungan,
Perbaikan gizi keluarga dan kelompok khusus bumil, busui, balita, kelompok khusus rawan pangan
Pengembangan, pengawasan, dan penanganan keamanan pangan olahan
dan segar.
67
B. Analisis Kebijakan Umum dan Implementasi Ketahanan Pangan 2010-2014