Kualitas Audit TINJAUAN PUSTAKA

xlii

D. Kualitas Audit

Saat ini pertumbuhan ekonomi suatu perusahaan dipengaruhi oleh kualitas produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahan tersebut. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan Goetsh dan Davis, 1994 dalam Arief, 2007:117. Kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat kualitasnya Parasuraman, 1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004. Berdasarkan pengertian tersebut terlihat dengan jelas bahwa kualitas jasa sulit untuk diukur. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas jasa dengan cara yang berbeda-beda. Kualitas jasa audit termasuk salah satu jasa yang sukar untuk diukur secara obyektif dan sukar ditentukan dimensinya atau faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas audit. Tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit, hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas audit Sutton, 1993 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004. Pada penelitian Nurchasanah dan Rahmanti 2004, terdapat delapan faktor penentu kualitas audit, yaitu: 1. Pengalaman melakukan audit xliii Pengalaman melakukan audit menjadi pertimbangan bahwa auditor tersebut berkualitas. Karena pengalaman auditor dapat menentukan kualitas audit melalui pengetahuan dan keunggulan-keunggulan yang diperolehnya dari pengalamannya melakukan audit. 2. Memahami industri klien SPAP 2001:318.1, menyatakan bahwa dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup terutama bisnis klien untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi dan praktik , yang menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit. Pernyataan SPAP tersebut menyiratkan bahwa auditor yang memahami industri klien dapat menjadi sumber kualitas audit. 3. Responsif atas kebutuhan klien Dalam penelitiannya, penilaian kualitas jasa dapat dilakukan dengan memahami kebutuhan pengguna jasa Glynn dan Barnes, 1996. Dalam hal ini seorang auditor harus memperhatikan kebutuhan kliennya, seperti kebutuhan waktu dan dana. 4. Taat pada standar umum Auditor harus mempunyai keahlian dan kecermatan agar dapat mendeteksi kesalahan yang material serta melaporkan apa yang ditemukannya. Seperti yang dinyatakan dalam SPAP 2001:150.1, seorang auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup, independensi dalam xliv sikap mental, dan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama sebagai syarat dari mutu pelaksanaan audit. 5. Keterlibatan pimpinan KAP Dalam hal ini keterlibatan pimpinan KAP dapat menaikkan kinerja dan komitmen organisasi, sehingga kualitas jasa yang dihasilkan juga meningkat. 6. Keterlibatan komite audit Dalam penelitiannya terdapat Menon dan Williams 1994, yang menyatakan bahwa komite audit diperlukan dalam suatu organisasi bisnis antara lain dikarenakan dapat mengawasi proses audit dan memungkinkan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan. Agar fungsi tersebut terlaksana dengan baik maka komite audit harus bekerja secara efektif sehingga dapat menambah kualitas audit. 7. Independensi anggota tim audit Seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional. Berdasrkan SPAP, audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. Standar pengauditan mencakup mutu profesional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit, dan penyusunan laporan audit. Jadi, independensi salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan auditor berkualitas. 8. Komunikasi tim audit dan manajemen klien xlv SPAP 2001:360.1, menyatakan bahwa selama melakukan audit atas laporan keuangan, auditor perlu membangun hubungan kerja yang bersifat konstruktif dengan manajemen untuk mewujudkan audit yang efektif dan efisien. Oleh karena itu hubungan kerja yang baik dengan manajemen harus dibangun sehingga audit yang efektif dan efisien dapat terwujud dan dengan begitu kualitas audit pun dapat meningkat. Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengukur kualitas audit sistem informasi dari segi independensi, kemampuan dan pengetahuan auditor mengenai audit sistem informasi. Dalam segi independensi, auditor sistem informasi dituntut untuk bersikap independen dalam tingkah laku dan tindakannya. Independen di sini berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan pekerjaannya. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Khomsiah dan Indriantoro 1998, setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya, dengan bertindak jujur , tegas, tanpa pritensi dan harus independen, sehingga dia dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Dalam SPAP, independensi merupakan salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan auditor berkualitas. Dalam hal ini, seorang auditor yang independen harus memiliki keahlian dalam mengaudit sistem informasi. Seperti yang dijelaskan dalam SPAP 2001:210.1 , “Pelatihan dan Keahlian Auditor independen”: xlvi “Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Jadi betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan, pelatihan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

E. Pendidikan