Usaha Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak

- Kesehatan Ibu Wati menjaga kesehatan anak lewat makanan. Buat dia, jika anak-anak teratur makannya, maka mereka tidak akan mudah kena penyakit 16 . - Tempat Tinggal Untuk membuat anak betah di rumah, Ibu Wati tidak mencoba melakukan usaha dan tidak ada peraturan yang diterapkan di rumah. Dia membebaskan anak-anaknya untuk di dalam rumah atau keluar rumah. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara berikut ini: “Bagaimana cara Ibu menciptakan suasana yang nyaman di rumah agar anak betah tinggal di rumah? Apa ya?saya mah gak ngelakuin apa-apa, terserah anak-anak aja mau di rumah apa main di luar” 17 . - Pakaian Ibu Wati jarang membelikan pakaian untuk anak-anaknya. Jika dia sedang mempunyai uang, dia akan membelikan anak-anaknya pakaian. Namun menurutnya yang paling sering membeli pakaian adalah Septi, karena tubuh Septi yang mudah untuk membesar 18 . 16 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 17 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 18 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri - Sarana Belajar Ibu Wati mengkhususkan tempat untuk belajar anak-anak yaitu di ruang tamu. Dan setiap anak-anaknya belajar, maka televisi tidak boleh dihidupkan 19 . - Budi Pekerti Ibu Wati mengutamakan kejujuran kepada anak-anaknya di mana saja mereka berada. Dia juga mengajarkan agar anak-anaknya dapat berperilaku sopan kepada siapa saja, cium tangan jika bertemu orang yang lebih tua dan juga menjaga sikap jika ada tamu yang datang berkunjung 20 . - Hobi Untuk menyalurkan hobi Siti yang senang membaca buku, Ibu Wati suka membelikannya buku jika dia sedang punya uang, tetapi jika sedang tidak punya, biasanya Siti yang membeli buku memakai uangnya sendiri. Sedangkan Septi menurut Ibu Wati memiliki hobi main ke luar rumah. Ibu Wati tidak pernah melarangnya untuk bermain dengan syarat Septi tidak boleh lupa waktu 21 . 19 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 20 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 21 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan - Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Wati termasuk keras dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Namun kerasnya dia tidak sampai memukul anak jika anak melakukan kesalahan. Dia juga akan menuruti keinginan anak-anaknya jika dia sedang memiliki rezeki lebih. Ini terlihat dari hasil wawancara berikut: “Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak? Saya sayang banget sama anak-anak saya. Istilah kata kalau lagi punya duit mah apa aja saya turutin. Saya mah sebagai orang tua juga dibilang keras sama anak. Bukannya kesel atau apa tapi karena emang sayang, tapi gak pernah dari anak-anak masih bayi sampe sekarang saya mukul, paling anti saya, mendingan saya yang dipukul dah daripada anak saya” 22 . - Perlindungan Karena Siti dan Septi adalah anak perempuan, Ibu Wati melarang mereka untuk pulang terlalu malam jika sedang berada di luar rumah. selain itu mereka juga harus memberitahu kepadanya dengan siapa mereka berada di luar rumah dan tujuannya ke mana 23 . - Mental Menurut Ibu Wati, setiap masalah itu datang dari Allah sehingga anak-anak harus sabar manjalani cobaan itu. Namun Siti 22 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 23 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 belum memiliki mental yang kuat karena dia sering menangis jika sedang memiliki masalah 24 . iv. Kebutuhan Religius - Ibadah Ibu Wati selalu memberitahu anak-anaknya bahwa ibadah adalah hal terpenting dalam hidup. Jika waktu shalat sudah tiba, dia selalu mengingatkan anak-anaknya untuk meninggalkan semua yang sedang dilakukan dan langsung mengambil air wudhu untuk kemudian menunaikan shalat. Siti juga rajin puasa sunnah. Untuk mengaji, anak- anaknya juga rajin 25 . v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi - Kepedulian Ibu Wati selalu mengajarkan anak-anaknya agar tidak pernah lupa sama teman-teman jika memiliki rezeki lebih. Anak-anaknya harus saling berbagi dengan teman-teman. Mereka tidak boleh sombong dengan temannya dan harus saling tolong menolong, karena suatu saat mereka juga pasti membutuhkan pertolongan dari teman- temannya 26 . 24 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 25 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 26 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 - Tanggung Jawab Ibu Wati tidak suka jika melihat anak-anaknya tidak selesai mengerjakan sesuatu karena itu bukan hal yang bertanggung jawab. Karena itu dia selalu memarahi anaknya jika anaknya tidak selesai mengerjakan sesuatu 27 . - Partisipasi Ibu Wati selalu mengajak anaknya berdiskusi untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut kepentingan anak. Biasanya dia tidak pernah memutuskan sesuatu sendiri dan lebih menyerahkan semua keputusan kepada anak-anaknya 28 . b. Keluarga Ibu Fajriyah i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak - Makanan Ibu Fajriyah menjaga pola makan Alfian agar selalu makan tiga kali dalam sehari. Dia juga setiap hari memberikan Alfian sarapan, karena menurutnya sarapan itu penting agar Alfian tidak merasa lemas saat beraktifitas. Namun untuk takaran gizi setiap makanan, dia tidak pernah memperhatikan gizi yang baik untuk anak seperti apa. Seperti yang terlihat dalam hasil wawancara berikut: 27 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 28 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 “Bagaimana cara Ibu untuk memberikan asupan gizi kepada Alfian setiap hari? Yah biasa aja dah, tiap pagi sarapan, terus kalau Alfian pulang sekolah harus udah siap makanan di meja makan. Yang penting mah sarapan gak pernah kelewat sama saya. Kalau misalnya saya ga masak pas sarapan, paling beli lontong atau gak roti. Kalau anak udah sarapan mah saya udah tenang. Tapi saya mah ngasih makan anak biasa aja, ga pernah sesuai sama ukur-ukuran buat gizi gitu, yah seadanya aja, tapi ga tau ya anak-anak mah badannya gede- gede padahal gizinya kurang, hehehe” 29 . - Kesehatan Hal ini berkaitan dengan kebutuhan makanan yang Ibu Fajriyah selalu berikan kepada Alfian. Walaupun dia tidak memberikan makanan sesuai dengan takaran gizi yang seimbang, namun kesehatan anaknya tidak pernah terganggu. Bahkan Alfian tidak membutuhkan vitamin untuk menunjang kesehatannya. Dan tubuh Alfian memang terlihat sehat dengan bentuk tubuh yang gemuk dan tegap 30 . Ibu Fajriyah juga tidak pernah membolehkan anaknya untuk tidur larut malam. Saat masih kecil, Alfian sering diberikan susu untuk menunjang kesehatannya, namun sekarang dia sudah tidak memberikan susu lagi 31 . - Tempat Tinggal Agar Alfian merasa nyaman tinggal di rumah, Ibu Fajriyah menyediakan kamar tidur pribadi untuk Alfian. Tetapi dia tidak memanjakan anaknya. Ibu Fajriyah selalu menerapkan kedisiplinan 29 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 30 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah 31 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lalmpiran h.17 agar Alfian membereskan segala sesuatu dengan sendiri, seperti mencuci piring setelah makan, mencuci pakaian sendiri, atau bahkan mengepel dan menyapu lantai rumah. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “Bagaimana cara Ibu menyediakan tempat tinggal yang nyaman supaya Alfian betah tinggal di rumah? Paling saya nyediain kamar anak buat sendiri, jadi apa-apa juga seringnya di kamar, pada betah dah tuh. Ibu menerapkan peraturan-peraturan tertentu gak buat anak di rumah? Peraturan mah kalau anak butuh apa-apa saya suruh kerjain sendiri. Kayak misalnya abis makan ntar cucinya sendiri, terus cuci baju juga sendiri, apa-apa dikerjain sendiri lah. Jadi ga tergantung sama orang tua. Terus juga pada biasa bantu-bantu saya buat ngepel, nyapu. Dari anak masih kecil saya biasain begitu ” 32 . - Pakaian Pakaian yang dipakai oleh Alfian seperti pakaian yang biasanya dipakai oleh anak seumurannya 33 . Ibu Fajriyah biasanya memberikan uang kepadanya untuk membeli pakaian yang dia inginkan dan dia butuhkan, namun dia tidak sering membelikan Alfian pakaian 34 . ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri - Sarana Belajar Di rumahnya, Ibu Fajriyah tidak menyediakan secara khusus tempat untuk belajar Alfian. Biasanya Alfian selalu belajar di 32 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 33 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah 34 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 kamarnya sendiri agar bisa konsentrasi dalam belajar dan Alfian menjadikan kamarnya sebagai sarana untuk belajar 35 . - Budi Pekerti Ibu Fajriyah selalu mengajarkan anaknya untuk selalu sopan terhadap siapa saja. Sopan kepada temannya maupun kepada orang yang lebih tua. Selain itu dia juga mengajarkan untuk selalu menghormati kepada temannya dan kepada orang tua 36 . Hal ini juga bisa penulis lihat saat penulis bertatap muka dan mengobrol langsung dengan Alfian. Terlihat bahwa tutur kata dan sikapnya sangat sopan 37 . - Hobi Menurut Ibu Fajriyah, Alfian sangat hobi dan senang dengan marawis. Hal ini terlihat ketika dia dulu memasukkan Alfian ke pengajian, dari pengajian itu Alfian mulai tertarik dengan marawis sampai saat ini. Dia mendukung sekali dengan hobi Alfian, karena hal tersebut merupakan hal yang positif untuk Alfian. Bahkan dia mendukung Alfian jika anaknya tersebut mendapatkan panggilan untuk main marawis di tempat yang jauh dari rumah 38 . 35 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 36 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 37 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah 38 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan - Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Fajriyah mengibaratkan bahwa kasih sayang orang tua sepanjang jalan dan kasih sayang anak sepanjang galah. Dia sering memberikan Alfian nasihat hal yang baik seperti apa dan hal yang buruk seperti apa. Dan saat Alfian memilik kesalahan, dia tidak pernah menegur dengan emosi dan hanya memberikan pengertian 39 . - Perlindungan Ibu Fajriyah selalu waspada terhadap pergaulan yang diikuti anaknya agar tidak terjerumus. Namun sejauh ini, Alfian dalam bergaul masih baik dan tidak pernah keluar jalur 40 . - Mental Kesabaran merupakan hal paling utama yang diajarkan Ibu Fajriyah kepada Alfian. Dengan kesabaran, mental Alfian menjadi kuat saat sedang memiliki masalah 41 . iv. Kebutuhan Religius - Ibadah Dari kecil, Ibu Fajriyah memasukkan Alfian ke pengajian di lingkungan rumahnya. Selain itu untuk selalu menanamkan Alfian pedoman agama yang kuat, dia memasukkan Alfian ke dalam sekolah 39 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 40 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 41 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 agama seperti sekarang, yaitu Aliyah. Prinsipnya adalah, Alfian harus memiliki keseimbangan dalam hidup dengan terus berpegang teguh pada ajaran agama. Hasilnya sekarang, Alfian tidak pernah meninggalkan shalat wajib dan selalu ikut pengajian di lingkungan rumahnya 42 . v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi - Kepedulian Kepedulian terhadap sesama, dengan cara saling menghormati dan saling membantu khususnya kepada teman telah ditanamkan oleh Ibu Fajriyah sejak Alfian masih kecil. Jika teman sedang dalam masalah apapun, Alfian sering membantu temannya. Kadang tanpa disuruh oleh ibunya, dia inisiatif sendiri untuk membantu temannya 43 . - Tanggung Jawab Di usia sekarang, Alfian memiliki tanggung jawab sebagai ketua pengajian. Menurut Ibu Alfian, di usianya yang sekarang Alfian sudah bisa mengemban tanggung jawab yang dimilikinya. Ibu Fajriyah selalu memberitahu pentingnya bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dilakukan. Di usianya yang sekarang, Alfian diberi kewenangan oleh Ibu Fajriyah untuk memutuskan sendiri apa yang harus dilakukan 42 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 43 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h. 19 dan bertanggung jawab atas keputusannya itu. Namun Ibu Fajriyah sebagai orang tua tetap mengawasinya 44 . - Partisipasi Setiap ada hal yang menyangkut tentang diri Alfian, Ibu Fajriyah selalu mengajaknya berpartisipasi lewat diskusi untuk menghasilkan suatu keputusan yang baik. Saat Alfian masih kecil, Ibu Fajriyah yang memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk Alfian. Setelah Alfian mulai besar, diskusi selalu dilakukan mereka untuk menghasilkan keputusan yang terbaik untuk Alfian 45 . c. Keluarga Ibu Nurhasanah i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak - Makanan Setiap hari Ibu Nurhasanah selalu menyediakan makan untuk Yudha dan Fathur. Namun Yudha dan Fathur tidak memiliki pola yang teratur dalam makanan. Kalau mereka ingin makan maka mereka akan makan, kalau kereka sedang tidak ingin makan maka mereka tidak akan makan. Yudha dan Fathur juga jarang makan malam. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan buat Fathur dan Yudha? Ya gimana ya?hehe, biasa kalau lagi pengen makan juga 44 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.19 45 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.19 makan. Tiap pagi saya siapin sarapan, paling makan malem aja jarang. Saya mah terserah mereka, kalau pada pengen makan ya makan, kalau lagi ga kepengen ya ga makan. Tapi tetep saya sediain terus” 46 . - Kesehatan Ibu Nurhasanah sering menegur Fathur untuk menjaga kesehatan dengan tidak sering jajan di luar rumah 47 . Namun Fathur jarang menuruti kemauan ibunya. Meskipun sedang sakit, Fathur masih sering jajan di luar rumah 48 . - Tempat Tinggal Untuk menciptakan suasana tempat tinggal yang nyaman, Ibu Nurhasanah selalu mengizinkan anak-anaknya, Fathur dan Yudha untuk bermain video game dengan menyewa video game tersebut di rumah. Tetapi hal ini tidak sering dilakukannya setiap hari. Dia juga tidak menerapkan peraturan-peraturan di rumah untuk anak-anaknya dan hanya menegur jika anaknya melakukan kesalahan 49 . - Pakaian Tidak setiap saat Ibu Nurhasanah membelikan anak-anaknya pakaian. Jika dia memiliki uang untuk dibelanjakan, maka dia akan mengajak anak-anaknya untuk membeli pakaian 50 . 46 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 47 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 48 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 49 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 50 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri - Sarana Belajar Ibu Nurhasanah membebaskan anak-anaknya untuk belajar di mana saja saat di rumah. Anak-anaknya terkadang belajar di kamar atau di ruang tamu 51 . Fathur lebih sering menghabiskan waktu belajarnya di ruang tamu sedangkan Yudha lebih sering belajar di kamarnya sendiri 52 . - Budi Pekerti Ibu Nurhasanah mengajarkan anak-anaknya agar tidak berbicara dengan kasar kepada setiap orang 53 . Yudha yang sekarang sudah besar, dengan mudah menuruti apa yang diberitahu oleh ibunya tentang hal tersebut, tetapi Fathur masih sulit untuk melakukannya dan masih sering berbuat nakal 54 . - Hobi Yudha memiliki hobi bermain sepak bola. Dia selalu diizinkan ibunya untuk bermain sepak bola bersama teman-temannya. Namun Ibunya jarang mengizinkan Yudha untuk menonton pertandingan sepak bola di stadion karena seringkali terjadi kerusuhan. Meskipun jarang diizinkan, Yudha tetap sering menonton pertandingan sepak 51 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 52 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 53 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 54 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah bola di stadion. Fathur memiliki hobi bermain di luar rumah. Ibunya membebaskan dia bermain di luar rumah dengan syarat tidak bermain terlalu jauh dari rumah. Hal ini terlihat dari hasil wawancara berikut: “Cara Ibu menyalurkan hobi anak-anak bagaimana? Kalau Yudha kan hobinya maen bola tuh, kadang kalau temannya nyamper maen bola ya dia maen. Saya si ga pernah larang. Terus kalau ada pertandingan Persija gitu dia suka nonton sama temen-temennya. Saya sih udah larang, kan suka rusuh gitu ya. Tapi tetep aja dia mah berangkat. Kalau Fathur bagaimana? Dia mah masih ga jelas, hehehe. Paling hobinya maen terus keluar, saya mah ga bisa larang dia, terserah dia aja asal ga jauh- jauh maennya” 55 . iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan - Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Nurhasanah sering memberikan nasihat kepada anak- anaknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan menegur mereka jika melakukan kesalahan 56 . Seringkali Ibu Nurhasanah menemani anaknya, khusunya Fathur yang masih kecil, untuk belajar dan mengerjakan PR 57 . - Perlindungan Ibu Nurhasanah jarang mengizinkan Yudha keluar rumah untuk melindunginya dari pergaulan remaja yang kurang baik. Dia hanya mengizinkan Yudha keluar rumah jika ada temannya yang datang menjemput. Dia juga melarang anak-anaknya untuk pulang 55 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 56 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 57 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah larut malam 58 . Namun Fathur selalu diizinkan untuk main keluar rumah, bahkan terlihat sesekali Fathur keluar rumah setelah pulang sekolah tanpa izin terlebih dahulu kepada ibunya 59 . - Mental Ibu Nurhasanah masih belum tahu cara membentuk mental yang kuat untuk anak-anaknya 60 . iv. Kebutuhan Religius - Ibadah Ibu Nurhasanah selalu memberitahu kepadda anak-anaknya untuk melakukan shalat dan mengaji. Tapi tidak ada usaha lain yang dilakukan olehnya selain itu. Kadang-kadang Yudha dan Fathur tidak selalu rajin dalam melaksanakan ibadah, khususnya shalat. Seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut: “Cara Ibu mendorong dan memberikan arahan agar anak-anak mau rajin ibadah bagaimana? Ya saya mah ngasih tau lah kalau pas lagi waktu shalat saya suruh shalat, tapi kadang anak saya juga ga selalu rajin. Pas waktu ngaji saya suruh ngaji” 61 . v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi - Kepedulian Sebagai orang tua, Ibu Nurhasanah memberikan arahan kepada anak-anaknya untuk selalu membantu orang lain yang sedang dalam 58 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 59 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 60 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 61 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 kesulitan. Mereka juga diberitahu tidak boleh bertengkar dengan sesama teman dan harus saling tolong-menolong 62 . - Tanggung Jawab Menurut Ibu Nurhasanah, Yudha tidak pernah lari dari tanggung jawab. Sedangkan untuk Fathur, Ibu Nurhasanah selalu memaklumi dirinya karena menurutnya Fathur masih kecil 63 . - Partisipasi Ibu Nurhasanah tidak pernah melibatkan anaknya dalam membuat keputusan yang menyangkut kepentingan anak. Dia selalu memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk anak. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “Bagaimana cara Ibu mengajak anak-anak diskusi untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut diri mereka? Saya gak pernah ngajak mereka diskusi. Hehe, paling saya aja yang mutusin” 64 . d. Keluarga Ibu Yuliana i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak - Makanan Untuk makan sehari-hari, Ibu Yuliana mencari penghasilan dengan bekerja membantu orang, seperti mencuci, mengepel, memasak maupun menjaga anak. Dia juga terkadang membantu kakaknya yang punya usaha katering. Selain itu, dia suka 62 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 63 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 64 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 mendapatkan rezeki dari teman-teman almarhum suaminya. Anaknya, Amar, juga ikut membantu dengan sering mengantar orang-orang menggunakan motor dan dia akan diberi imbalan berupa uang. Semua penghasilan itu didapatkan sebagian untuk memenuhi kebutuhan makan anak-anak Ibu Yuliana. Seperti yang tercantum dalam kutipan wawancara berikut: “Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan sehari-hari untuk anak? Saya karena kondisinya begini, jadinya kalau untuk anak-anak makan saya biasanya kerja bantu-bantu orang gitu. Nanti baru dapet duit. Kayak nyuci, ngepel, jaga anak, masak juga. Terus kadang saya juga bantu kakak saya yang punya katering. Terus suka ada juga rejeki yang kadang kita gak tau, suka ada temen almarhum bapak yang telepon, nanti kita dapet rejeki dari dia, suka ada kenalan- kenalan saya juga yang suka kasih rejeki. Terus anak saya yang paling gede, si Amar, suka ada yang minta tolong sama dia buat nganter ke mana gitu, ke pasar lah, ke sini lah, ke situ lah, nanti abis nganter orang dia dapet duit” 65 . - Kesehatan Ibu Yuliana selalu menyediakan obat untuk anak-anaknya di rumah. Setiap Azwar suka sakit jika hujan-hujanan, obat sudah ada di rumah dan langsung diberi oleh Ibu Yuliana. Dan jika Amar dan Lidya sakit, Ibu Yuliana mengobatinya dengan cara mengerik tubuh anakya tersebut 66 . 65 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 66 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 - Tempat Tinggal Agar anak-anaknya nyaman di rumah. Ibu Yuliana membebaskan anaknya untuk melakukan apapun di rumah, seperti menyalakan musik. Baginya, yang terpenting adalah anak-anak bisa terlihat olehnya secara fisik sehingga bisa mengawasinya dengan mudah. Meskipun membebaskan anaknya, Ibu Yuliana tetap memiliki peraturan untuk anak-anaknya. Seperti tidak boleh main terlalu jauh, tidak boleh pulang larut malam, dan dia tidak pernah mengizinkan Amar untuk mengendarai motor jika sudah malam, kecuali jika ada orang yang memintanya untuk diantarkan 67 . - Pakaian Ibu Yuliana akan membelikan anak-anaknya pakaian jika memang memiliki rezeki lebih. Dia tidak pernah memberi uang begitu saja kepada anak-anak untuk membeli pakaian, tatapi dia akan ikut menemani anak membeli pakaian 68 . ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri - Sarana Belajar Karena rumah Ibu Yuliana yang tidak luas, dia menetapkan bahwa ruang tamu sebagai tempat anak-anak untuk belajar. Karena di dalam hanya ada ruangan sebagai tempat menonton televisi dan dia 67 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 68 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 takut itu akan mengganggu konsentrasi anak-anak jika belajar di depan televisi. Dia juga tidak mengizinkan anak-anak belajar di kamar, karena dia takut mereka akan malas karena ada tempat tidur di situ. Seperti yang terlihat dari hasil wawancara berikut: “Bagaimana cara Ibu menyediakan sarana untuk belajar? Kalau belajar saya khsusin anak-anak belajar di depan, soalnya kondisi rumah saya kan sempit, dan di dalem juga cuma ada ruangan buat nonton tv. Jadi daripada ganggu konsentrasi, saya nyuruh anak belajar di depan. Kalau di kamar saya larang, karena nanti yang ada malah tiduran ntar malah males buat belajar” 69 . - Budi Pekerti Ibu Yuliana mengajarkan kepada anak untuk selalu bersalaman kepada tamu yang datang ke rumah dan cium tangan kepada yang lebih tua. Dia juga mengajarkan etika berbicara dan berperilaku kepada anak jika ada tamu, bahwa tidak boleh berbicara dan berperilaku yang tidak sopan di depan tamu. Ibu Yuliana juga mengajarkan kepada anak cara untuk menjawab panggilan orang tua 70 . - Hobi Ibu Yuliana memilik anak yang memiliki hobi berbeda. Amar yang hobinya mesin sering mengutak-atik motor yang ada di rumahnya. Dia ingin sekali sekolah di STM di Pancoran untuk menunjang hobinya, namun karena ketiadaan biaya, ibunya belum mampu untuk menyekolahkan Amar di situ. Sedangkan Lidya 69 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 70 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 memiliki bakat menyanyi dan berakting. Dia pernah disalurkan ibunya dan almarhum bapaknya untuk ikut audisi acara Idola Cilik. Dia juga pernah bermain sebagai figuran di sebuah sinetron. Tetapi anak Ibu Yuliana yang bungsu yaitu Azwar menurutnya sampai sekarang belum jelas hobinya. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “Cara Ibu menyalurkan hobi anak bagaimana? Kalau si Amar, apa ya paling dia mah sering ngutak-ngatik motor di depan, seneng sama mesin lah dia. Sampe kepengen sekolah di STM yang di Pancoran tuh, tapi gimana ya buat sekolah di sana mah saya belu ada duitnya. Dulu waktu masih ada bapaknya, Lidya kan suka banget nyanyi, hobi banget dia. Kita salurin deh ke idola cilik. Waktu itu pengen ikut audisi tapi mungkin belu rejeki kali ya, pas dateng ke tempat audisi gak taunya udah tutup. Lidya juga pernah maen sinetron jadi figuran pas filmya si Teuku Ryan. Kalau Azwar belum ketauan hobinya apa sampe sekarang” 71 . iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan - Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Yuliana termasuk memanjakan anak dalam menuruti kemauan anak-anaknya. Jika dia memiliki rezeki lebih, dia akan menuruti kemauan anak-anaknya. Dia juga sering memberikan teguran kepada anak-anaknya, tetapi menurutnya teguran itu diberikan karena dia sayang kepada anak-anaknya 72 . - Perlindungan Ibu Yuliana termasuk ketat dalam melindungi anak-anaknya dari pergaulan. Dia selalu memberlakukan jam malam untuk mereka. 71 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 72 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 Setiap jam 9 malam,mereka harus sudah ada di rumah. Ibu Yuliana juga sering minta tolong kepada orang tua dari teman anak-anaknya untuk mengawasi mereka, jika mereka sedang main ke rumah teman mereka. Ibu Yuliana sering mengingatkan anak-anaknya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik 73 . - Mental Ibu Yuliana mencontohkan dirinya kepada anak-anaknya untuk membentuk mental yang kuat. Dia juga berpesan kepada mereka untuk selalu sabar dalam menghadapi setiap masalah yang datang 74 . iv. Kebutuhan Religius - Ibadah Dalam urusan shalat, Ibu Yuliana selalu mengingatkan anak- anaknya untuk langsung menunaikan shalat jika suara adzan telah berkumandang. Dia juga sering memberikan semangat dan arahan kepada anak-anaknya jika mereka sedang malas untuk mengaji 75 . v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi - Kepedulian Menurut Ibu Yuliana, anak-anaknya sangat peduli dengan orang-orang. Amar pernah membantu orang tua yang sedang kelaparan dan memberinya makan di rumah. Lidya pernah menolong seorang 73 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 74 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 75 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 nenek pikun yang sedang mencari alamat. Ibu Yuliana tidak pernah mengajarkan secara khusus sifat untuk peduli. Dia hanya memberi contoh lewat perilaku yang dilakukannya sehari-hari 76 . - Tanggung Jawab Ibu Yuliana selalu mengingatkan anak-anaknya untuk selalu bertanggung jawab terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan. Jika anak-anaknya sedang mengerjakan sesuatu, maka mereka diharuskan untuk menyelesaikannya sebelum melakukan hal yang lain 77 . - Partisipasi Setiap ada masalah, baik itu untuk kepentingan anak, kepentingan Ibu Yuliana maupun kepentingan bersama, Ibu Yuliana selalu mengajak anak-anaknya untuk berdiskusi terlebih dahulu. Mereka selalu bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik untuk memutuskan sesuatu 78 .

3. Usaha Yayasan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak

Dalam menjalankan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, Yayasan Bina Yatama mengutamakan pendidikan sebagai kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri untuk anak-anak asuhnya. Dari tahun pertama yayasan ini didirikan, para pengurus memfokuskan pendidikan 76 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 77 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 78 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 sebagai hal penting yang diutamakan. Untuk merealisasikan hal tersebut, yayasan selalu memberikan santunan pendidikan seperti biaya sekolah, buku- buku pelajaran, seragam sekolah dan alat kebutuhan sekolah lainnya untuk menunjang kegiatan belajar anak-anak asuh 79 . Selain itu, santunan lain untuk memenuhi kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak juga dilakukan oleh yayasan. Seperti yang terlihat dari kutipan wawancara berikut: “Selain santunan pendidikan, ada santunan lain? Mereka dapat santunan juga saat hari- hari besar Islam dan hari lebaran yatim piatu” 80 . “Selain santunan uang dari yayasan, Fathur sama Yuda pernah dapat santunan apa lagi? Ni bentar lagi katanya mau ke Tanah Abang, mau dikasih buku, sepatu, sama baju. Bajunya si baju bebas, celana, handuk gitu” 81 . “Sembako suka dapet? Hah? Sembako suka, suka dapet” 82 . “Selain uang santunan bulanan, yayasan suka ngasih yang lain ga? Ya paling buku tulis gitu buat keperluan sekolah. Kadang-kadang juga suka ada santunan lain gitu. Suka ada aja santunan” 83 . Selain santunan pendidikan yang menjadi kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri untuk anak, Yayasan Bina Yatama juga mengadakan pengajian rutin untuk memenuhi kebutuhan religius anak. Pengajian ini rutin dilaksanakan setiap hari. Pengajian rutin ini berbentuk pengajian lekar, yaitu pengajian dasar untuk anak-anak SD maupun untuk SMP. Seperti yang terlihat dari hasil wawancara dengan ketua yayasan berikut ini: “Pelayanan yang ada di Yayasan Binayatama seperti apa? Ya menyangkut sosial berupa santunan bulanan untuk bayar sekolah dan santunan untuk kebutuhan anak-anak sekolah. Selain santunan, kegiatan lain 79 Observasi pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, di ruang sekretariat yayasan 80 Wawancara dengan Bapak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.35 81 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Senin, 23 Mei 2011, lihat lampiran h.22 82 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Senin, 23 Mei 2011, lihat lampiran h.22 83 Wawamncara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lampiran h.28 yang dilakukan seperti apa? Kegiatan kita selama ini anak-anak tingkat SD dan SMP belajar ngaji dasar atau lekar ”84 . Yayasan Bina Yatama terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang sesuai untuk kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri anak, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan anak, kebutuhan religius, serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi anak. Namun sampai saat ini, yayasan belum mampu memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan dasar anak tersebut. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut: “Dengan pelayanan yang diterapkan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan anak seperti fisik, psikologis, religius, belajar dan kebutuhan sosial? Kalau kebutuhan dasar berupa fisik dan belajar sudah, tetapi masih dirasa kurang karena kita hanya membantu lewat santunan pendidikan saja, seperti kebutuhan sekolah. Sedangkan untuk uang saku kita serahkan sepenuhnya kepada keluarga mereka. Untuk psikologis juga dirasa kurang, karena kita jarang bertatap muka langsung dengan mereka dan kita pun menyerahkan sepenuhnya kebutuhan psikologis kepada keluarga mereka. Mereka juga tidak mau kita tampung di sini, mereka lebih memilih tinggal dengan keluarganya, jadi tidak semua kebutuhan dasar mereka bisa kita penuhi. Padahal niatnya kita ingin menempatkan mereka di sini, jadi perkembangannya dan kebutuhannya bisa kita tahu. Terus untuk belajar sama religius kita baru bisa memberikan fasilitas berupa tempat pengajian supaya anak-anak bisa belajar ngaji, kalau untuk yang lain kita serahkan juga sama keluarga” 85 . “Pelayanan yang diberikan di sini apakah telah sesuai dengan kebutuhan anak seperti fisik, psikologi, belajar, religius, dan sosial? Kalau belajar kita sudah titipkan ke masing-masing orang tua dan sekolah sebagai tempat belajar anak. Kalau kita hanya memberikan arahan-arahan kepada orang tua agar dapat mendidik anaknya dengan baik dan memberikan pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan anak adalah kewajiban kita bersama. Yang terpenting anak itu bisa sekolah. Untuk religius karena keterbatasan kita masih belum tepat sasaran karena guru di sini juga hanya 84 Wawancara dengan Bapak Abu pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, lihat lampiran h.38 85 Wawancara dengan Bapak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.36