Teori Kebijakan Pembayaran Dividen

merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dana aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Marthur 1988:279 menyatakan “Dividends, in the normal use of the word, refer to that portion of retained earnings that is paid to stockholders. Dividend policy refers to the policy of guidelines that management uses in establishing the portion of retained earnings that is to be paid in dividends”.

II.3.2. Teori Kebijakan Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen mencakup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Salah satu kompoenen penting dalam kebijakan dividen adalah dividend payout ratio, yang menunjukkan jumlah dividen per saham dividend per share relatif terhadap pendapatan per saham earning per share atau jumlah dividen kas relatif terhadap laba setelah pajak earning after tax yang tersedia untuk pemegang saham biasa Halim, 2007:98. Menurut Sartono 2001:281 menyatakan ”kebjakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”. Gitosudarmo dan Basri 2002:227 berpendapat bahwa politik dividen berpengaruh Universitas Sumatera Utara baik pada jangka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada pemegang saham maka dalam hal ini terdapat 2 pendekatan dalam membahas masalah dividen: 1. Sebagai kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh oleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Oleh karena itu pembagian dividen akan berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha ataupun paksaan terhadap pencairan dana eksterm. Apabila perusahaan memiliki suatu rencana pengembangan usaha yang cukup menggembirakan di masa depan maka perlulah dipupuk sumber dana dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu apabila atas dasar pertimbangan biaya kapital yang rendah dituntut untuk membentuk struktur kapital yang dikehendaki diperbesarnya sumber dana modal sendiri. 2. Sebagai kebijaksanaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu maka manajer dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi dari harapan hasil yang didambakan oleh seorang investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut. Menurut Tampubolon 2005:185 ada beberapa kebijakan dividen yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Kebijakan Dividen yang Stabil Stable Dividend per Share Policy Kebijaksanaan dividen yang stabil biasanya dilakukan korporasi yang mempunyai tingkat risiko yang rendah. Walaupun dalam satu tahun korporasi menunjukkan kerugian dan tidak memperoleh profit dividen, karena sudah menjadi suatu kebijaksanaan, maka dividen harus tetap dipertahankan untuk dibayar, demi mempertahankan atau menghilangkan konotasi negatif, baik terhadap investor yang sekarang maupun yang akan datang. 2. Rasio Konstan Pembayaran Dividen Constant Dividend Pay Out Ratio Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentasi yang tetap dari pendapatan akan dibayarkan sebagai dividen. Karena net income selalu berbeda-beda, maka dividen yang akan dibayarkan akan berbeda pula dengan pendekatan ini. 3. Kebijaksanaan Secara Kompromi A Compromise Policy Kompromi adalah salah satu pendekatan yang terbaik di dalam menentukan kebijaksanaan dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan, dapat ditentukan suatu cara untuk mendapatkan jalan keluar yang sama–sama menguntungkan, baik kepada pemegang saham maupun bagi manajemen korporasi. 4. Kebijaksanaan Dividen Secara Residu Risudual Dividend Policy Di dalam kesempatan investasi suatu korporasi yang tidak stabil, korporasi menginginkan untuk mempertimbangkan suatu kebijaksanaan yang berfluktuasi. Dengan kebijaksanaan seperti ini, jumlah penghasilan yang ditahan tergantung Universitas Sumatera Utara pada adanya kesempatan – kesempatan investasi dalam tahun tertentu. Dividen yang dibayarkan menunjukkan jumlah residu residual amount dari pendapatan setelah kebutuhan investasi korporasi dapat dipenuhi. Brigham dan Houston 2001:198 menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird-in- the-hand” dan teori preferensi pajak. 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen Dividend Irrelevance Theory Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani MM. Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata – mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. 2. Teori ”Bird-in-The-Hand” Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, Universitas Sumatera Utara risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani MM tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “Bird-in-The-Hand” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. 3. Teori Preferensi Pajak Teori preferensi pajak tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan. 2. Jika perusahaan menganut bird-in-the-hand theory maka perusahaan harus membagi seluruh EAT Earning After Tax dalam bentuk dividen. 3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0. Menurut Gitosudarmo dan Basri 2002:230 menyatakan ada beberapa kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu: 1. Stable Dividend Policy Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil Universitas Sumatera Utara Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. 2. Fluctuating Dividend Policy Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Berfluktuasi Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat pada tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. 3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif. Nasution 2004:19 menyatakan kendala–kendala bagi perusahaan dalam membagikan dividen adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Kas yang tidak mencukupi. Dana perusahaan yang likuid harus dikaitkan dengan hutang-hutang dan persediaan. Jika tidak, maka perusahaan akan mengalami kesulitan pada saat perjanjian telah ditetapkan. 2. Hambatan kontrak. Karena kesulitan likuiditas atau pembiayaan, kreditur mungkin mensyaratkan pembatasan pembayaran dividen sehubungan dengan perjanjian hutang yang telah dibuat. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan akan menyetujui kontrak pembatasan dividen untuk menahan labanya agar dapat meningkatkan modal peusahaan guna menurunkan rasio hutang terhadap modalnya DER dan agar dapat meningkatkan likuiditas perusahaan dalam pembayaran bunga yang telah ditetapkan. 3. Aspek legal. Pembayaran dividen dapat dikaitkan dengan persyaratan tertentu, misalnya batasan laba ditahan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pembayaran dividen, agar perusahaan tidak menyesatkan investor karena kandungan informasi yang dikandung oleh dividen akan memberikan tanda bagi para investor yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan transaksi jual-beli saham. II.3.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen Universitas Sumatera Utara Dalam menentukan kebijakan pembayaran dividen yang optimal sesuai dengan kemampuan dan tujuan perusahaan maka pihak manajemen perusahaan terutama manajer keuangan dapat mengukurnya melalui dividend payout ratio. Marlina dan Danica 2009:1 dalam penelitiannya menyatakan pertimbangan mengenai dividend payout ratio sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Menurut Gitosudarmo dan Basri 2002:232: “Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham investor tetapi internal financial perusahaan semakin kuat”. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio harus dipertimbangkan oleh manajer keuangan. Menurut Sartono 2001:292 menyatakan faktor – faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen sebagai berikut: 1. Kebutuhan dana perusahaan Universitas Sumatera Utara Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola skedul pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. 2. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbagan utama dalam banyak kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya. 3. Kemampuan meminjam Posisi likuiditas perusahaan dapat diatas dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dana jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan flexibilitas likuiditas perusahaan. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen. 4. Keadaan pemegang saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak Universitas Sumatera Utara dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar. 5. Stabilitas dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Kemudian Levy dan Sarnat 1990:417-418 berpendapat faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah: 1. Floatation and Transaction Costs In practice retained earnings and new issues are not perfect substitutes. This is a consideration that may favor the use of retained earnings. Another factor that may favor the use of retained earnings is the existence of transaction costs. Shareholders who want to increase their investment in the firm will prefer to forego cash dividends, thereby increasing the investment in the firm, without the need to pay commissions on share purchases. Universitas Sumatera Utara 2. Control In order to ensure control, some firms operate under a self-imposed constraint that limits the amount of external financing which can be used. Such consideration are prevalent among closely held or family-held firms. New issues of common stock dilute control, while after a point further increases in debt become undesirabel or even impossible. 3. Informational Content of Dividends In the real world, relevant information regarding a firm’s dividends can be and probably important purveyors of information to investors. Informational content of dividends is changes in the dividend rate that affect investors’ expectations regarding a firm’s future prospects. 4. Cash Position A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. A rapidly expanding and very profitable firm is often plagued by chronic shortages of cash. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in the future. Universitas Sumatera Utara 5. Stability of Earnings In general, the greater the risk of larger fluctuations in future earnings, the greater probability that the firm will adopt a policy of setting a relatively low dividend payout ratio. 6. Legal Constraints There may at times be a legal constraint against declaring cash dividends. Similarly, dividends can be paid only out of earnings; they are usually not permitted if they reduce the firm’s paid in capital. Halim 2007:97 berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi a posisi likuiditas; b kebutuhan pelunasan hutang; c pembatasan dalam perjanjian hutang; d tingkat ekspansi aset; e tingkat laba; f stabilitas laba; g akses ke pasar modal; h kendali perusahaan; i kemampuan meminjam. Van Horne dan Wachowicz 2005:279-284 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah sebagai berikut: 1. Aturan – aturan Hukum Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apa pun kepada para pemegang saham biasa perusahaan. Aturan – aturan hukum ini berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi kebangkrutan dan penahanan laba yang tidak dibenarkan. Universitas Sumatera Utara 2. Kebutuhan Pendanaan Perusahaan Kemungkinan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dividen harus dianalisis dalam kaitannya dengan distribusi probabilitas kemungkinan arus kas masa depan dan juga saldo kas. Berdasarkan analisis ini, perusahaan dapat menentukan dana residual yang mungkin dimiliki di masa depan. 3. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 4. Kemampuan untuk Meminjam Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu relatif singkat, maka dapat dikatakan perusahan tersebut fleksibel secara keuangan. Semakin besar dan semakin kuat perusahaan, maka akan semakin baik aksesnya ke pasar modal. Semakin besar kemampuan perusahan untuk meminjam, maka akan semakin besar fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk membayar dividen tunai. 5. Batasan – batasan dalam Kontrak Utang Syarat perjanjian utang covenant sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar hutang. Universitas Sumatera Utara 6. Pengendalian Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan. Berdasarkan situasi semacam ini, pihak yang memiliki kendali atas perusahaan controlling interest dapat terdilusi jika pemegang saham mayoritas tidak atau tidak dapat memesan saham tambahan. Para pemegang saham ini mungkin lebih menginginkan pembayaran dividen dalam jumlah rendah dan melakukan pendanaan investasi melalui laba ditahan. Menurut Tampubolon 2005:186: Kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan fungsi dari beberapa faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut antara lain adalah : 1 tingkat perutmbuhan korporasi company growth rate; 2 keterikatan dalam rapat restrictive convenant; 3 profitability; 4 stabilitas laba earning stability; 5 kontrol perbaikan maintenance control; 6 memahami pengungkit keuangan degree of financial leverage; 7 kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal ability to finance externally; 8 keadaan tak terduga uncertainity; 9 ukuran dan umur korporasi age and size. Menurut Gitosudarmo dan Basri 2002:232 besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Faktor likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio. Universitas Sumatera Utara 2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya. 3. Tingkat ekspansi yang direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas. 4. Faktor pengawasan Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio. 5. Ketentuan – ketentua dari Pemerintah Ketentuan–ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen. 6. Pajak kekayaanpenghasilan dari pemegang saham Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak. Universitas Sumatera Utara Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio dirumuskan sebagai berikut: Dengan demikian kebijakan pembayaran dividen yang tergambar pada dividend payout rationya merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi laba ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Dividend payout ratio merupakan perbandingan dividen kas per lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar saham. Dalam penentuan dividend payout ratio yang optimal manajer keuangan harus mempertimbangkan berbagai faktor sehingga keputusan kebijakan pembayaran dividen yang diambil akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan dan investor sebagai pemegang saham. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan.

II.4. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 65 120

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSETS, CURRENT RATIO DAN FIRM SIZE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

2 30 130

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 16

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 23

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 9

ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 81

PENGARUH CASH POSITION, FIRM SIZE, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR.

0 1 126

ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY RATIO, ASSETS GROWTH, CASH RATIO, DAN FIRM SIZE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO

0 0 18