perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun– tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi. Sebaliknya bagi
perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena kepastian laba lebih rendah. Dengan demikian semakin besar ukuran
suatu perusahaan maka akan dapat menghasilkan laba yang lebih besar sehingga dapat membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar juga.
Perusahaan yang besar juga cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu
perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah
perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal Juniati, 2010:24.
Perhitungan firm size adalah sebagai berikut: Firm Size = ln TA
II.2.5. Debt to Equity
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang didalam perusahaan. Menurut Mannes 1990:51 menyatakan “Leverage
ratios are designed to assess the balance of financing obtained through debt and equity sources. These ratios can be separated into two distinct groups: those that
Universitas Sumatera Utara
measure the relative proportion of debt and equity financing and those that measure the firm’s ability to service its debt obligations out of current earnings. A firm’s
capital structure the total dollar amount of long term financing including debt and equity sources which is composed of even a small proportion of debt is said to have
financial leverage.” Menurut Riyanto 2001:267 salah satu rasio yang termasuk dalam rasio
solvabilitasleverage adalah debt to equity ratio DER. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang modal asing perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar
kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan
bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini
berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen.
Van Horne dan Wachowicz 2005:137 menyatakan bahwa untuk menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang maka dapat digunakan rasio hutang
terhadap ekuitas yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas pemegang saham. Kemudian Mannes 1990:51 menjelaskan “Typically, corporate
debt has a fixed interest rate and repayment schedule. Consequently, if this debt capital is profitably employed in high-yielding assets, the shareholders benefit large
Universitas Sumatera Utara
return, for the suppliers of the debt capital do not participate in the growth of earning. Instead, bondholders receive the stated interest payments whether the
investment the financing is used for has a high return or low return. Obviously, there are risks inherent in using debt. If the investment does not pay off, the firm is still
obligated to pay the interest and principal as it comes due. Because debt instrument are contractual and must be paid off, leverage ratio are designed to spot those firms
which rely too heavily on debt sources”. Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin
besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen Sudarsi, 2002:3. Sutrisno 2001:5 dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin rendah
debt to equity maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur
modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih
yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban membayar hutang lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen.
Universitas Sumatera Utara
Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga debt to equity mempunyai hubungan negatif
dengan dividend payout ratio. Perhitungan rasio debt to equity adalah sebagai berikut:
II.2.6. Net Profit Margin