Stasiun Kerja TINJAUAN PUSTAKA

Apabila semua titik sebaran kesalahan peramalan tidak ada yang out of control, maka fungsi peramalan tersebut representatif terhadap data yang ada dan dapat digunakan untuk peramalan. Jika ada titik sebaran yang out of control, maka dapat dilakukan perbaikan dengan cara: 1. Mengganti fungsi peramalan dengan fungsi yang baru dan memulai perhitungan baru dari awal. 2. Menghitung kembali parameter fungsi tersebut dengan menghilangkan data yang out of control sehingga diperoleh fungsi yang baru dengan jumlah data yang berkurang.

3.4. Stasiun Kerja

Stasiun kerja adalah suatu set kelompok sumber, misal mesin atau lebih, atau seorang pekerja atau lebih, yang dipandang sebagai satu unit kerja. Biasanya setiap unit ini mempunyai nama atau nomor identifikasi. Pengelompokkan mesin- mesin atau pekerja menjadi stasiun atau unit kerja tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode atau cara, yaitu: a. Pengelompokkan dilakukan sesuai dengan jenis mesin, artinya mesin-mesin yang sejenis dan biasanya dengan kapasitas yang relatif sama dikelompokkan dan secara fisik ditempatkan di daerah yang sama. Metode ini biasanya digunakan pada suatu pabrik dengan sifat job shop tradisional. b. Pengelompokkan beberapa mesin yang berbeda tetapi dipandang sebagai satu unit stasiun kerja yang menghasilkan sejenis produk. c. Pengelompokkan mesin-mesin menjadi sel manufaktur, yaitu suatu kelompok yang terdiri dari beberapa jenis mesin yang berbeda yang mampu menghasilkan satu kelompok jenis produk tertentu. A. Stasiun Kerja Bottleneck Dan Nonbottleneck Ditinjau dari titik kapasitas, ada dua tipe stasiun kerja yang berbeda. Stasiun kerja dengan kelebihan kapasitas disebut stasiun kerja nonbottleneck dan yang kapasitasnya lebih kecil dari kebutuhan disebut bottleneck.

B. Perbedaan Stasiun Kerja Bottleneck dan Nonbottleneck

Untuk melihat perbedaan stasiun kerja bottleneck dan nonbottleneck dapat dilihat pada contoh berikut ini, suatu proses memerlukan stasiun kerja R1 dan R2. Kapasitas tersedia untuk R1 dan R2 adalah 40 jamminggu. Angka ini menunjukkan kapasitas potensial kedua stasiun kerja tersebut. Jika waktu untuk makan siang, istirahat operator, masalah mekanik dan lain-lain mengakibatkan stasiun kerja secara normal tidak produktif 1 jamhari, maka kapasitas yang tersedia tidak lagi 40 jamminggu, kapasitas aktualnya menjadi 35 jamminggu 5 hari kerja dalam 1 minggu. Bila untuk memproduksi kombinasi produk pada stasiun kerja R1 dan R2 dibutuhkan waktu 30 dan 35 jamminggu, maka R1 menjadi stasiun kerja nonbottleneck dan R2 menjadi stasiun kerja bottleneck 10 Stasiun kerja bottleneck dan nonbottleneck memerlukan perhatian yang berbeda dari pihak manajemen. Ketersediaan waktu pada masing-masing stasiun . 10 Umble, Michael Phd CFPIM., Srikanth, Mokshagundam L Phd., Synchronous Manufacturing: Principles for World Class Excellence, The Spectrum Publishing Company Inc, Connecticut, 1996, p. 30 kerja tersebut dapat dipakai dengan beberapa cara yang berbeda. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut 11 1. Production Time waktu operasi yaitu waktu yang digunakan untuk memproses suatu produk. : 2. Setup time waktu setup yaitu waktu yang digunakan untuk mempersiapkan proses suatu produk. 3. Idle Time waktu menganggur yaitu waktu yang tidak digunakan untuk setup maupun proses. 4. Waste Time waktu terbuang yaitu waktu yang digunakan untuk memproses material yang tidak dapat diubah menjadi produk.

C. Identifikasi Stasiun Kerja Bottleneck

Ada dua cara untuk mengidentifikasi bottleneck dalam suatu sistem 12 1. Melihat beban kerja load setiap stasiun kerja menggunakan bantuan perencanaan kebutuhan kapasitas, yaitu dengan mempertimbangkan waktu operasi, waktu setup dan ukuran batch. : 2. Melakukan observasi langsung pada perusahaan.

D. Pencegahan Perubahan Nonbottleneck Menjadi Bottleneck

Jika stasiun kerja bottleneck dijadwalkan dengan ukuran batch yang besar, maka akan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar. Maka sangat penting untuk mengendalikan suatu sistem yang memiliki stasiun kerja bottleneck. Tempat 11 Ibid, p. 35 12 Kristina, Juliana., Memaksimalkan Penggunaan Bottleneck dengan Theory of Constraints, Jurnal Teknologi Industri, Vol II No.2, 1998, p. 90 atau mesin yang dikendalikan disebut drum. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi bottleneck, yaitu 13 1. Menyediakan persediaan buffer untuk meyakinkan bahwa tidak ada mesin yang menganggur karena bottleneck. : 2. Kombinasi ke hulu rope dari mesin awal hingga akhir.

3.5. Sejarah Perkembangan Theory of Constraints TOC