Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X

(1)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

PENERAPAN THEORY OF CONSTRAINTS (TOC) DALAM UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. X

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

AGUS RIANTO 030403020

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

No. Dok.: FM-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1

PENERAPAN THEORY OF CONSTRAINTS (TOC) DALAM UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. X

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

AGUS RIANTO 030403020

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Poerwanto, M.Sc Ir. Rosnani Ginting, MT

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

“SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA”

No. : 872 / H5.2.1.4.1.4/KRK/2009

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan : - Evaluasi hasil Seminar DRAFT Tugas Sarjana

- Pemeriksaan Terhadap Perbaikan DRAFT Tugas Sarjana terhadap mahasiswa :

Nama : Agus Rianto

N I M : 030403020

Tempat dan tanggal lahir : Padang Sidempuan / 30 Agustus 1985

Judul Tugas Sarjana : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi di PT. X

menetapkan ketentuan-ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi :

Dapat menerima perbaikan Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri dan kepada penulisnya diizinkan untuk mengikuti Sidang Sarjana / Ujian Kolokium yang akan diadakan Departemen Teknik Industri FT USU.

Medan, 29 Juli 2009 Tim Pembanding,

Pembanding I, Pembanding II, Pembanding III,

Ir. Kores Sinaga Ir. Khawarita Siregar, MT Ir. Ukurta Tarigan, MT Tanggal, 28 Juli 2009 Tanggal, 29 Juli 2009 Tanggal, 28 Juli 2009

Pembimbing I, Pembimbing II, Ketua ,

Ir. Poerwanto, M.Sc Ir. Rosnani Ginting, MT Ir. Rosnani Ginting, MT

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA

No. Dok. : FM-TS-01-09A Rev : 00

Tgl Efektif : 01 Feb 2007 Halaman : 1 dari 1


(4)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan diskusi/bimbingan atas “ catatan “ terhadap Tugas Sarjana

mahasiswa :

Nama : AGUS RIANTO

NIM : 03 0403 020

Tempat/Tanggal Lahir : PADANG SIDEMPUAN / 30 AGUSTUS 1985

Judul Tugas Sarjana : PENERAPAN THEORY OF CONSTRAINTS

(TOC) DALAM UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. X

menyatakan dapat menerima “ catatan “ sebagai kelengkapan hasil ujian

Sidang Sarjana yang diadakan tanggal 24 April 2008 dan kepada penulisnya dinyatakan selesai dalam melengkapi hasil ujian kollokiumnya.

Medan, 31 JULI 2009 Ketua,

Ir. ROSNANI GINTING, MT NIP. 131 957 369

Team Penguji :

1. Ir. UKURTA TARIGAN, MT Tanda Tangan . 25 – 08 - 2009 - Jelaskan (tambahkan) pengertian TOC

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBAIKAN SIDANG SARJANA

No. Dok. : FM-TS-01-13A Rev : 00

Tgl Efektif : 01 Feb 2007 Halaman : 1 dari 1


(5)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penelitian dan Laporan Tugas Sarjana di PT. X dapat penulis selesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Penelitian yang penulis lakukan di PT. X ini merupakan salah satu syarat dalam kurikulum pendidikan sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Penerapan Theory of Constraints dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi di PT. X.”

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini penulis tulis dan persembahkan untuk pihak-pihak yang telah membantu penulis.

Medan, Juli 2009 Penulis


(6)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Pelda Suyarto dan Ibunda Riani serta adinda Ari Hartanto yang tercinta dan tersayang yang selalu memberikan dorongan, nasehat, kasih sayang, dukungan material dan spiritual.

2. Lely Sumarni, ST sebagai wanita yang sangat penulis cintai dan sayangi yang senantiasa menemani, memberikan semangat, masukan, kekuatan, kesabaran dan penghiburan di setiap waktu kepada penulis dari mulai awal penelitian sampai penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Azzril selaku Manajer Produksi dan Bapak Zulfikri selaku wakil serta para karyawan pada lantai produksi yang telah banyak membantu dan membimbing pelaksanaan penelitian di PT. X.

4. Bapak Ir. Poerwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis.


(7)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

6. Bapak Aulia Ishak, ST, MT dan Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro selaku koordinator Tugas Sarjana beserta para pegawai Departemen Teknik Industri yang telah membantu penulis.

7. Bang Bowo, Bang Mijo, Kak Dina dan para pegawai Departemen Teknik Industri lainnya yang banyak membantu penulis terutama dalam masalah administrasi.

8. Eko “Kodok” Susanto teman seperjuangan dan rekan penulis satu kost dan bergadang untuk pengerjaan Tugas Sarjana sekaligus teman diskusi dalam penyelesaian penelitian ini.

9. Nurul Hinayah Rizky Trisza, ST (teman satu kecelakaan) dan Hendrik Sitanggang, ST selaku teman satu penelitian di PT. X. Dan selalu terus memberikan semangat serta motivasi bagi penulis selama pengerjaan laporan ini.

10. Arief Teguh Prayogi, ST (owner of base camp), Ihsanul Poetra Loebits, ST (teknisi laptop, juga saran dan kritik), Syaiful Azhari Siregar (pemikir), Taqwa, Bq, Umar Ali, Imran, Juwita, Patia, Geri, Januar, Apriyanto, Galumbang, Otto, Okto (memberi bantuan teori), Heriyandi, dan teman-teman satu angkatan 2003 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan semua.

11. Semua teman-teman di Departemen Teknik Industri terutama angkatan 2004 dan 2005 yang telah membantu penulis.


(8)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

ABSTRAK ... xxi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I – 1 1.2. Perumusan Masalah ... I – 3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I – 3 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I – 5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I – 6


(9)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II – 1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II – 4 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II – 4 2.3.1. Struktur Organisasi ... II – 5 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II – 8 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II – 10 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Jaminan Sosial... II – 11 2.4. Proses Produksi... II – 12 2.4.1. Bahan Produksi ... II – 12 2.4.1.1. Bahan Baku ... II – 12 2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II – 13 2.4.1.3. Bahan Penolong dan Bahan Pendukung ... II – 14 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II – 15

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengukuran Kerja ... III – 1 3.1.1. Pengukuran Kerja Secara Langsung ... III – 1 3.1.1.1. Metode Jam Henti ... III – 1 3.1.1.2. Metode Sampling Pekerjaan ... III – 6


(10)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.1.2. Pengukuran Kerja Secara Tak Langsung ... III – 7 3.2. Penyesuaian dan Kelonggaran ... III – 7 3.2.1. Penyesuaian ... III – 7 3.2.1.1. Maksud Melakukan Penyesuai ... III – 7 3.2.1.2. Konsep Tentang Bekerja Wajar ... III – 7 3.2.1.3. Cara Menentukan Faktor Penyesuaian ... III – 8 3.2.2. Kelonggaran ... III – 11 3.3. Peramalan Permintaan ... III – 11

3.3.1. Metode Peramalan ... III – 12 3.3.2. Langkah-langkah Peramalan ... III – 17 3.3.3. Parameter Kesalahan Peramalan ... III – 18 3.3.4. Verifikasi Peramalan ... III – 20 3.4. Stasiun Kerja ... III – 21 3.5. Sejarah Perkembangan Theory of Constraints (TOC) ... III – 24 3.5.1. Pengertian Theory of Constraints (TOC) ... III – 25 3.5.2. Prinsip Theory of Constraints (TOC)... III – 25 3.5.3. Langkah-Langkah Theory of Constraints (TOC) ... III – 26 3.5.4. Program Linier ... III – 29


(11)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV – 1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV – 1 4.3. Objek Penelitian ... IV – 3 4.4. Variabel Penelitian ... IV – 3 4.5. Instrumen Penelitian ... IV – 3 4.6. Pengumpulan Data ... IV – 3 4.7. Pengolahan Data ... IV – 4 4.7.1. Pengukuran Sistem Kerja ... IV – 5 4.7.2. Peramalan Permintaan ... IV – 5 4.8. Analisa Data ... IV – 6

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V – 1 5.1.1. Pengukuran Waktu Kerja ... V – 1 5.1.2. Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data ... V – 4 5.1.3. Perhitungan Waktu Standar ... V – 5 5.2. Pengolahan Data ... V – 11 5.2.1. Peramalan Permintaan ... V – 11 5.2.2. Pembentukan Draft Awal Jadwal Induk Produksi ... V – 28


(12)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

5.2.3. Perhitungan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) ... V – 29 5.2.3.1. Perhitungan Kapasitas yang Dibutuhkan

(Capacity Requirement) ... V – 29 5.2.3.2. Perhitungan Kapasitas yang Tersedia

(Capacity Available) ... V – 31 5.3. Identifikasi Stasiun Kerja Bottleneck dan Non Bottleneck ... V – 32 5.4. Pengaturan Kembali JIP dengan Mengoptimalkan Stasiun Kerja

Bottleneck ... V – 34

VI ANALISA DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisa Peramalan Permintaan ... VI – 1 6.2. Analisa Stasiun Kerja Bottleneck ... VI – 3 6.3. Analisa Revisi JIP dengan Mengoptimalkan Stasiun Kerja

Bottleneck ... VI – 3

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII – 1 7.2. Saran ... VII – 2

DAFTAR PUSTAKA


(13)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

5.1. Data Pengukuran Waktu Proses Obat Anti Nyamuk Bakar Coil

Standar Lokal ... V – 3 5.2. Data Pengukuran Waktu Proses Obat Anti Nyamuk Bakar Coil

Jumbo ... V – 3 5.3. Hasil Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data ... V – 5 5.4. Rating Factor Untuk Tiap Stasiun Kerja ... V – 6 5.5. Allowance Pada Tiap Stasiun Kerja ... V – 6 5.6. Waktu Siklus Rata-Rata Untuk Tiap Produk dan Stasiun Kerja .... V – 8 5.7. Waktu Standar Untuk Tiap Produk dan Stasiun Kerja ... V – 8 5.8. Data Permintaan Selama Bulan April 2006 – Maret 2007 ... V – 9 5.9. Biaya Produksi/dC dan Biaya Material/dC ... V – 9 5.10. Hari Kerja Periode April 2006 – Maret 2007 ... V – 10 5.11. Jumlah Mesin, Utilisasi, dan Efisiensi Setiap Stasiun Kerja ... V – 10 5.12. Harga Jual Masing-Masing Produk ... V - 10 5.13. Perhitungan Parameter Kesalahan Metode Simple Exponential

Smoothing untuk Obat Anti Nyamuk Bakar Coil Standar Lokal ... V – 14 5.14. Perhitungan Parameter Kesalahan Metode Simple Exponential

Smoothing untuk Obat Anti Nyamuk Bakar Coil Jumbo ... V – 18 5.15. Parameter Regresi Linier Trend Corrected Exponential


(14)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

Standar ... V – 19 5.16. Nilai L dan T untuk Obat Anti Nyamuk Bakar Coil Standar ... V - 20 5.17. Perhitungan Parameter Kesalahan Metode Trrend Corrected

Exponential Smoothing (Holt) untuk Obat Anti Nyamuk

Bakar Coil Standar ... V – 21 5.18. Parameter Regresi Linier, Nilai L dan T Model Holt untuk

Obat Anti Nyamuk Bakar Coil Jumbo ... V - 22 5.19. Perhitungan Parameter Kesalahan Metode Trend Corrected

Exponential Smoothing untuk Obat Anti Nyamuk Bakar Coil

Jumbo... V – 22 5.20. Kesalahan Estimasi Peramalan ... V – 23 5.21. Data Verifikasi Peralaman Simple Exponential Smoothing untuk

Obat Anti Nyamuk Bakar Coil Standar Lokal ... V – 24 5.22. Data Verifikasi Peralaman Simple Exponential Smoothing untuk

Obat Anti Nyamuk Bakar Coil Jumbo ... V - 25 5.23. Hasil Peramalan Permintaan dengan Metode Simple Exponential

Smoothing ... V – 27 5.24. Draft Awal Jadwal Induk Produksi Periode April 2007 – Maret

2008 ... V - 28 5.25. Data Bill of Labor Masing-Masing Produk ... V – 29


(15)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.26. Kapasitas yang Dibutuhkan Tiap Stasiun Kerja ... V - 30 5.27. Kapasitas Tersedia Tiap Stasiun Kerja ... V – 31 5.28. Rough Cut Capacity Rreport Periode April 2007 – Maret 2008 .... V – 33 5.29. Perhitungan Throughput Masing-Masing Produk ... V – 35 5.30. Jadwal Induk Produksi Optimal ... V – 36 6.1. Kesalahan Estimasi Peramalan ... VI – 1 6.2. Hasil Peramalan Permintaan dengan Metode Simple Exponential

Smoothing Periode April 2007 – Maret 2008 ... VI – 1 6.3. Rough Cut Capacity Report Periode April 2007 – Maret 2008 ... VI - 3


(16)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. X ... II – 7 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV – 1 4.2. Block Diagram Pengolahan Data ... IV – 4 5.1. Diagram Pencar Permintaan Obat Anti Nyamuk Bakar Coil

Standar Lokal ... V – 11 5.2. Diagram Pencar Permintaan Obat Anti Nyamuk Bakar


(17)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Perhitungan Waktu Produksi Tiap Stasiun Kerja ... L – 1 2. Draft Awal Jadwal Induk Produksi Hasil Output QS ... L – 3 3. Hasil Perhitungan Linier Programming dengan QS ... L – 4 4. Perbandingan JIP Optimal dengan JIP Perusahaan ... L – 4


(18)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

ABSTRAK

Persaingan dalam dunia industri akan semakin ketat, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar perusahaannya dapat bertahan. Kemampuan perusahaan dalam menyediakan produk dengan cepat sesuai dengan permintaan konsumen merupakan salah satu faktor utama yang dapat menghidupkan eksistensi perusahaan dalam menghadapi pesaing dari perusahaan sejenis yang semakin bertambah dan berkembang. PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi obat anti nyamuk bakar dengan 25 jenis produk. Berdasarkan fakta yang terjadi saat ini, PT. X mendapatkan permintaan yang cukup tinggi untuk produknya. Sehingga sering terjadi penumpukan besar pada stasiun kerja. Dalam pengaturan terhadap jadwal induk produksi perusahaan menghadapi kendala yang besar. Oleh karena perusahaan harus memenuhi permintaan yang cukup tinggi tersebut perusahaan harus melakukan pengoptimalan pada area penumpukan terbesar atau pada stasiun kerja bottleneck.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeliminasi stasiun kerja bottleneck dengan menerapkan lima prinsip perbaikan berkelanjutan theory of constraints (TOC). Penerapan TOC dilakukan untuk mengoptimalkan perencanaan kapasitas dalam hal ini jadwal induk produksi dengan menggunakan ukuran operasional dalam TOC yaitu throughput.

Dalam TOC lima langkah yang digunakan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan adalah identifikasi kendala dalam sistem, memutuskan bagaimana mengatasi kendala, putuskan operasi yang mengoptimalkan kendala, analisa dan kembangkan kendala, dan langkah terakhir kembali ke langkah 1. Sehingga dengan langkah–langkah tersebut akan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan.

Penggunaan TOC dilakukan untuk mengoptimalkan perencanaan produksi dengan menggunakan metode linier programming sehingga didapat stasiun kerja yang sebelumnya merupakan stasiun kerja bottleneck yaitu pada stasiun kerja 3 pada periode Oktober dapat dieliminasi dan pada stasiun kerja 4. Untuk jumlah produk maksimal diperoleh pada periode Juli 2007 dengan jumlah produksi untuk obat anti nyamuk bakar coil standar lokal 1.039.675.538 dC dengan throughput sebesar Rp Rp 843.300.485,-

Keyword: Lintasan produksi, jadwal induk produksi, theory of constraints, perencanaan kapasitas


(19)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Permasalahan

Persaingan dalam dunia industri akan semakin ketat, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat bertahan. Kemampuan perusahaan dalam menyediakan produk dengan cepat sesuai dengan permintaan konsumen merupakan salah satu faktor utama yang dapat menghidupkan eksistensi perusahaan dalam menghadapi pesaing dari perusahaan sejenis yang semakin bertambah dan berkembang.

Perencanaan produksi sangat menentukan dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam penyediaan produk. Dalam melakukan perencanaan produksi, setiap elemen dari semua lantai produksi harus dapat memperhitungkan seluruh kemampuan dan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Jika perencanaan produksi tidak dapat diatur dengan baik (terjadi inefisiensi) dapat menyebabkan terjadinya bottleneck.

Bottleneck adalah stasiun kerja yang memiliki kapasitas lebih kecil dari kebutuhan produksi. Stasiun kerja bottleneck akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan jika ada peningkatan permintaan yang melebihi kapasitas. Stasiun kerja yang bottleneck akan menjadi stasiun kerja yang sibuk, sedangkan non


(20)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

bottleneck akan terjadi jika kapasitas mesin yang ada lebih besar daripada permintaan.1

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip theory

of constraints. Penelitian dimulai dengan menganalisa proses produksi, pengamatan

waktu proses tiap sektor produksi, serta perhitungan kapasitas pada tiap sektor Selama ini, cara untuk mengatasi stasiun kerja bottleneck adalah dengan menambah jumlah mesin/peralatan/karyawan, perbaikan metode kerja dan menambah jumlah lembur. Tetapi terkadang cara-cara di atas tidak mungkin dilakukan karena membutuhkan modal besar dan waktu yang lama. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan pemecahan masalah yaitu dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan sumber-sumber daya yang ada di pabrik serta mengelola dengan baik kendala-kendala yang ada di pabrik.

PT. X merupakan perusahaan manufaktur yang terletak di jalan Pelita Raya No. 1 Kav. 3 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang-Sumatera Utara. Perusahaan ini adalah perusahaan yang memproduksi obat anti nyamuk bakar. Produk yang dihasilkan terdiri dari sekitar 25 jenis variasi produk. Secara umum, aliran produksi terdiri dari empat tahapan yaitu formulasi, pencetakan, pemasakan, dan pengepakan. Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa tidak semua aliran produksi berjalan dengan lancar. Salah satu masalah yang terjadi adalah penumpukan besar (bottleneck) pada lantai produksi terutama pada bagian pemasakan dan pengepakan. Masalah ini menyebabkan terjadi keterlambatan dalam proses produksi.

1


(21)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

tersebut. Kemudian dilakukan analisa untuk mencari stasiun kerja bottleneck, mengembangkan kapasitas pada bagian tersebut, dan menghitung kembali kapasitas baru yang diperoleh. Hal ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan kemungkinan pengembangan baru hingga mencapai target kapasitas yang diinginkan.2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalah yang dihadapi perusahaan yaitu sering terjadi penumpukan yang menyebabkan perusahaan sulit untuk memenuhi kebutuhan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Permasalahan ini akan dipecahkan dengan mengatur kembali perencanaan kapasitas dalam hal ini adalah jadwal induk produksi sehingga didapat kapasitas produksi optimal di PT. X. Dengan demikian akan dapat mengurangi ataupun menghilangkan penumpukan besar atau bottleneck yang ada.

A. Tujuan 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghilangkan stasiun kerja bottleneck atau hambatan yang terjadi sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi.

2

Christianto, Budi. 2006. Peningkatan Kapasitas Pada Pabrik Pakan Ternak Dengan


(22)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Menentukan waktu standar setiap stasiun kerja. b. Menentukan jadwal induk produksi.

c. Menentukan rough cut capacity planning (RCCP).

d. Mengidentifikasi stasiun kerja non bottleneck dan bottleneck berdasarkan theory of constraints (TOC).

e. Pengaturan jadwal induk produksi optimal dengan penggunaan metode linier programming.

B. Manfaat

1. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sutau bahan pertimbangan dalam memperkirakan kendala-kendala yang terjadi pada lantai produksi, sehingga dengan begitu perusahaan dapat dengan lebih cepat mengatasi setiap kendala yang terjadi dan target dalam peningkatan kapasitas produksi dapat terlaksana.

2. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa penelitian ini merupakan pengalaman dan dapat menambah pengetahuan dalam mengembangkan pola pikir yang lebih cerdas dan cermat pada bidang kerja nyata.


(23)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

3. Bagi Fakultas

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah jumlah hasil karya mahasiswa terutama pada masalah yang berkenaan dengan TOC, sehingga dapat menjadi literatur dan referensi bagi mahasiswa lainnya.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

A. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Constraints yang menjadi perhatian utama dalam penelitian adalah internal constraints di pabrik berupa stasiun kerja bottleneck yang terdapat di lantai produksi pada PT. X.

2. Ukuran operasional TOC yang dipakai adalah throughput.

3. Metode yang digunakan adalah lima prinsip dasar perbaikan TOC untuk mengoptimalkan perencanaan produksi dengan menggunakan metode linier programming.

4. Penggunaan TOC dalam penelitian ini hanya terbatas pada pengidentifikasian dan pemanfaatan stasiun kerja bottleneck.

B. Asumsi

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tidak terjadi kerusakan mesin selama penelitian ini berlangsung.

2. Metode kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung dan sudah terstandarisasi.


(24)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

3. Biaya produksi dan harga jual tidak mengalami perubahan untuk satu tahun ke depan.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan, batasan masalah dan asumsi yang digunakan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memuat secara singkat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, layanan perusahaan, serta organisasi dan manajemen.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Memaparkan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan adalah teori yang merupakan dasar dalam penentuan problematika dan teori yang melandasi serta mendukung pemecahan masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan uraian tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.


(25)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi data hasil penelitian yang diperoleh dari

perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisa hasil dari pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka diperoleh suatu kesimpulan dan rekomendasi berupa saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(26)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Inti Kimiatama Perkasa didirikan pada 10 November 1997. Pada awal berdirinya, PT. Inti Kimiatama Perkasa hanya mempunyai kantor tanpa pabrik. Kantor tersebut terletak di Jl. Iskandar Muda, Medan. Walaupun demikian, perusahaan tetap produktif dalam menghasilkan produk. Hal ini dikarenakan perusahaan bekerjasama dengan perusahaan lain untuk melaksanakan aktivitasnya. Pada saat itu, PT. Inti Kimiatama Perkasa memproduksi obat nyamuk bakar bermerek Baygon melalui kerjasama dengan salah satu perusahaan yang juga menghasilkan obat nyamuk bakar bermerek Mosfly, yaitu PT. Singapore Lion. Dalam memproduksi obat nyamuk bakar bermerek Baygon, PT. Inti Kimiatama Perkasa menugaskan karyawannya untuk mengawasi produksi obat nyamuk bakar Baygon tersebut agar terjaga mutunya di PT. Singapore Lion. PT. Inti Kimiatama Perkasa merupakan anak perusahaan Bayer Company sehingga produk yang dihasilkan di bawah pengawasan Bayer Co., yang juga membeli Mosfly yang merupakan salah satu merek obat nyamuk bakar yang dihasilkan oleh PT. Singapore Lion, sehingga Mosfly menjadi milik lisensi Bayer Co.

Dalam melayani permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap obat nyamuk bakar Baygon, maka PT. Inti Kimiatama Perkasa juga melakukan kerjasama dalam memproduksi Baygon tersebut dengan PT. Primdoni yang pada


(27)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

saat itu juga memproduksi obat nyamuk bakar untuk beberapa merek lain. PT. Primdoni terletak di Kawasan Industri Mabar. Dalam pelaksanaan distribusi hasil-hasil produksinya, PT. Primdoni memiliki gudang di kawasan Tanjung Morawa.

Seiring dengan berkurangnya aktivitas PT. Primdoni, PT. Inti Kimiatama Perkasa membeli gudang milik PT. Primdoni tersebut, dan sejak saat itulah mulai dibangun pabrik beserta kantornya oleh pihak PT. Inti Kimiatama Perkasa. Pada akhir Desember tahun 2000, PT. Primdoni mengalami kebangkrutan dan seluruh aset perusahaan berupa mesin dan peralatan produksi akhirnya dijual kepada PT. Inti Kimiatama Perkasa. Kantor PT. Inti Kimiatama Perkasa yang berada di Jl. Iskandar Muda dipindahkan ke perusahaan tempat PT. Inti Kimiatama Perkasa yang baru, yaitu Kawasan Industri Medan Star, Tanjung Morawa.

Sesuai dengan surat keputusan Departemen Kesehatan RI No. 30701300185 PKD dan dengan No. pendaftaran RI 1294/I-2002/T PT. Inti Kimiatama Perkasa resmi berdiri pada bulan April 2001, dan langsung mulai memproduksi obat nyamuk bakar Baygon dan Mosfly di bawah pengawasan Bayer Company, Jerman. Jika terjadi kelebihan permintaan pasar dan perusahaan tidak mampu mengejar waktu produksi maka sistem kerja sama dengan perusahaan lain masih tetap digunakan.

Di Indonesia sendiri ada beberapa anak perusahaan Bayer Company, yaitu perusahaan yang ada di Pulo Gadung PT. Johnson Home Higine Product (JHHP) yang memproduksi obat nyamuk Baygon cair dan Bayfresh, PT. Walet Kencana Perkasa yang berkedudukan di Surabaya yang memproduksi Bayclean, Autan dan Baygon bakar, kemudian PT. Inti Kimiatama Perkasa yang hanya memproduksi


(28)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

obat nyamuk bakar Baygon dan Mosfly yang berkedudukan di Medan, dan satu perusahaan yang menjadi distributor tunggal untuk seluruh produk Bayer Company di Indonesia adalah PT. Ultramos Jaya. Perusahaan Bayer ini mendekatkan diri di bidang farmasi dan insektisida yang bersifat Costumer Care.

Setahun setelah berdirinya PT. Inti Kimiatama Perkasa, tepatnya pada akhir tahun 2002 terjadi peralihan dan penjualan bisnis dari Bayer Company ke SC Johnson, dan PT. Inti Kimiatama Perkasa yang semula di bawah pengawasan Bayer Co., kemudian beralih di bawah pengawasan SC. Johnson, Amerika. SC Johnson dalam memproduksi mendekatkan diri pada sistem CC (Customer Care). Hampir 70 negara dikuasai oleh SC. Johnson baik benua Amerika maupun Eropa. Saat ini SC.Johnson sedang meningkatkan market share-nya di Asia termasuk Indonesia. Banyak produk Costumer Care yang telah diproduksi oleh SC. Johnson dan permintaan terhadap produk Costumer Care milik SC. Johnson sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya produk Johnson di pasaran.

Setelah pengambilalihan oleh SC. Johnson, PT. Inti Kimiatama Perkasa mengalami masa transisi selama enam bulan sebelum benar-benar dikendalikan oleh SC. Johnson, dan pertengahan Juni 2003 resmi dipegang oleh SC. Johnson.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Inti Kimiatama Perkasa mempunyai aktivitas di bidang industri pembuatan obat nyamuk. Produk yang dihasilkan perusahaan hanya berupa obat nyamuk bakar. Akan tetapi dalam produksinya tidak hanya terbatas pada satu


(29)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

merek dagang saja. Perusahaan memproduksi obat nyamuk bakar merek Baygon dan Raid, yang merupakan merek yang berada di bawah lisensi SC. Johnson.

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan sebagian besar dipasarkan untuk wilayah Sumatera, sedangkan untuk wilayah Indonesia lainnya di produksi oleh perusahaan sejenis di Pulau Jawa.

2.3. Organisasi dan Manajemen

Sebuah perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila adanya sistem organisasi dan manajemen yang baik dan terpadu. Semua kegiatan dalam perusahaan akan dikonsep hubungannya dalam sebuah organisasi dan cara pelaksanaan kegiatan tersebut diatur dalam manajemennya, dimana setiap kegiatan mempunyai target-target yang harus dicapai.

Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3.1. Struktur Organisasi

Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktivitas yang berbeda harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan sasaran perusahaan dengan kondisi efisiensi yang tinggi. Dalam hal pengorganisasian dari bagian yang berbeda diperlukan suatu struktur organisasi yang dapat


(30)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

mempersatukan sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan adanya strukutur organisasi juga diharapkan dapat diarahkan orang-orang yang berbeda dalam organisasi tersebut kepada keadaan sedemikian rupa sehingga mereka dapat dengan baik melaksanakan aktivitas yang mendukung tercapainya sasaran perusahaan di samping melaksanakan aktivitas masing-masing.

Suatu struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel dalam arti hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi perusahaan.

PT. Inti Kimiatama Perkasa dalam kegiatan operasionalnya dikepalai oleh seorang Plan Manager yang membawahi beberapa departemen. Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, PT. Inti Kimiatama Perkasa menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing pegawai mengetahui dengan jelas dari mana perintah datang dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.

Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan adalah fungsional-staff, dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu. Pimpinan satuan di tiap bidang dapat memerintah dan meminta pertanggungjawaban dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya. Struktur organisasi PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat dilihat pada gambar 2.1.


(31)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Dalam menjalankan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang menduduk i jabatan tertentu dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun uraian tugas dan tanggung jawab pada PT. Inti Kimiatama Perkasa adalah sebagai berikut:

1. Direktur, tugasnya adalah menentukan semua kebijakan dan peraturan, menyusun rencana kerja perusahaan baik yang menyangkut perencanaan dan pengawasan produksi, ekspansi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta merupakan pimpinan yang bertanggung jawab ke dalam maupun keluar dan membuat tender (transaksi) dengan perusahaan lain.

2. Plan Manager, tugasnya adalah memimpin dan mengawasi semua kegiatan usaha perusahaan dalam merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh proses produksi.

3. Secretary Plan Manager, tugasnya adalah memberikan saran kepada Plan Manager tentang kebijakan-kebijakan perusahaan dan membantu Plan Manager dalam menyiapkan berkas-berkas atau membantu apa yang dibutuhkan oleh Plan Manager dalam merencanakan, mengkoordinasikan dan jalannya produksi.

4. Accounting, tugasnya adalah bertanggung jawab terhadap lalu lintas keuangan di perusahaan, mencatat pengeluaran dan pemasukan uang, membuat bukti pemasukan dan pengeluaran uang, membuat laporan keuangan tahunan


(32)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

perusahaan, dan bertanggung jawab langsung kepada Technical Advisor dan kepada PT. Johnson Home Higine Product (JHHP).

5. Human Resource Manager, tugasnya adalah merencanakan kebutuhan tenaga kerja, merencanakan peningkatan skill karyawan serta mengatur absensi, cuti karyawan, mengeluarkan surat pengangkatan dan pemberhentian, serta mengatur semua keluar masuknya surat perusahaan. Disamping itu, bagian HRD langsung berhubungan dengan kantor pusat di Jakarta.

6. Production Manager, tugasnya adalah merencanakan produksi serta mengkoordinasikan dan mengawasi jalannya produksi sesuai dengan jadwal produksi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, production manager dibantu oleh sekretaris dan asisten manager.

7. Maintenance Manager, tugasnya adalah memimpin, merencanakan, serta mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan pemeliharaan/ perawatan, perbaikan mesin dan mengatur semua kebutuhan peralatan termasuk spare part mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses produksi.

8. Quality Control Manager, tugasnya adalah merencanakan, memimpin dan mengkoordinasikan standard kualitas produk yang dihasilkan, menentukan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, bertanggung jawab atas analisa dan keputusan untuk menerima atau menolak produk. Dalam menjalankan tugasnya, quality control dibantu oleh supervisor dan analyzer yang bertugas di laboratorium untuk melakukan pengujian yang bersifat fisik dan kimiawi.


(33)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

9. Logistic Manager, tugasnya adalah melaksanakan pengawasan terhadap persediaan bahan baku maupun produk jadi, merencanakan persediaan terhadap bahan baku, menerima dan menyimpan bahan baku, dan mengatur keluarnya barang jadi yang ada di gudang, serta mengawasi dan mengatur keberadaan bahan-bahan yang ada di gudang.

10.SHE & General Service Manager, tugasnya adalah merencanakan seluruh keperluan yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses produksi, membuat daftar inventaris alat-alat di bagian produksi serta menyediakan bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi.

11.Plant Data Coordinator, tugasnya adalah mengontrol dan mengkoordinir hal-hal yang berkaitan dengan operasional pabrik dan data entry system.

12.Plant Admin. Manager, tugasnya adalah memimpin, merencanakan dan mengawasi seluruh keperluan yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem teknologi informasi di perusahaan.

13.Purchasing Assisten, tugasnya adalah merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembelian bahan baku dari pihak vendor dan penawaran produk jadi kepada pihak distributor.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.3.3.1.Tenaga Kerja

Penggolongan tenaga kerja yang dilakukan oleh PT. Inti Kimiatama Perkasa terbagi atas dua bagian yang terdiri dari:


(34)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

1. Karyawan tetap, dimana karyawan langsung terlibat dalam proses produksi di pabrik.

2. Karyawan kontrak, dimana karyawan memakai sistem kontrak. Karyawan dikontrak perusahaan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan dengan pihak perusahaan) apabila pabrik harus meningkatkan produktivitasnya untuk mencapai target perusahaan.

Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja di PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Inti Kimiatama Perkasa

No Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Plan Manager 1

3 Secretary Plan Manager 1

4 Accounting 1

5 HRD Manager 1

6 Production Manager 1

7 Maintenance Manager 1

8 Quality Control Manager 1

9 Logistic Manager 1

10 SHE & General Service 1

11 Plant Data Coordinator 1

12 Plant Admin. Manager 1

13 Purchasing Assisten 1

14 Karyawan Akuntansi dan Keuangan 1

15 Karyawan HRD 3

16 Karyawan Produksi 216


(35)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Inti Kimiatama Perkasa (Lanjutan)

No Jabatan Jumlah (Orang)

18 Karyawan QC 22

19 Karyawan Logistik 19

20 Karyawan Purchasing 2

21 Karyawan Plant Admin. 1

22 Karyawan Packing 213

Total 534

Sumber: PT. Inti Kimiatama Perkasa

2.3.3.2.Jam Kerja

Ketentuan jam kerja pada PT. Inti Kimiatama Perkasa terbagi atas: a. Karyawan Bagian Kantor

Hari kerja karyawan bagian kantor adalah hari Senin sampai Jumat yang terdiri dari satu shift kerja, dengan jam kerja sebagai berikut:

Pukul 09.00 – 12.00 WIB Kerja Aktif Pukul 12.00 – 13.00 WIB Istirahat Pukul 13.00 – 17.00 WIB Kerja Aktif b. Karyawan Bagian Pabrik

Hari kerja karyawan pabrik adalah hari Senin sampai Sabtu yang terdiri dari tiga shift kerja, dengan jam kerja sebagai berikut:

Shift Pertama

Pukul 07.00 – 11.00 WIB Kerja Aktif Pukul 11.00 – 12.00 WIB Istirahat Pukul 12.00 – 15.00 WIB Kerja Aktif


(36)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

Shift Kedua

Pukul 15.00 – 19.00 WIB Kerja Aktif Pukul 19.00 – 20.00 WIB Istirahat Pukul 20.00 – 23.00 WIB Kerja Aktif

Shift Ketiga

Pukul 23.00 – 03.00 WIB Kerja Aktif Pukul 03.00 – 04.00 WIB Istirahat Pukul 04.00 – 07.00 WIB Kerja Aktif

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Jaminan Sosial

Pada PT. Inti Kimiatama Perkasa, sistem pengupahan yang berlaku di perusahaan didasarkan pada golongan dan masa kerja tenaga kerja. Sistem pengupahan pada perusahaan dapat digolongkan menjadi dua bagian berdasarkan status dari karyawan atau pegawai dalam perusahaan.

Adapun pembagian status tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pegawai Tetap

Status pegawai tetap (staff) adalah apabila pegawai tersebut diangkat oleh perusahaan, sehingga mereka menerima gaji bulanan dan fasilitas-fasilitas lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pegawai Kontrak

Pegawai kontrak adalah pegawai yang bekerja pada perusahaan tanpa terlebih dahulu diangkat oleh perusahaan sebagai karyawannya. Tenaga kerja kontrak diberi upah setiap awal bulan.


(37)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

Selain upah resmi, perusahaan juga memberikan upah yang dapat berupa: a. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja melebihi

jam kerja perusahaan yang telah ditentukan. Upah lembur per jam diberikan minimal sebesar 2 kali upah pokok per jam.

b.Tunjangan jabatan (bonus), yaitu sebagai pelengkap gaji pokok, mengingat adanya pekerjaan-pekerjaan yang memegang peranan dan tanggungjawab serta tuntutan khusus.

c. Tunjangan Hari Raya (THR), yaitu tambahan minimal satu bulan gaji karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun.

d.Tunjangan selama sakit, yaitu karyawan dalam perawatan sakit dan tidak dapat bekerja yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan Produksi

2.4.1.1.Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan ini langsung ikut dalam proses produksi hingga menjadi produk akhir.

Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan obat nyamuk bakar Baygon adalah:

1. Tepung batok (coconut powder)

Tepung terbuat dari batok kelapa yang sudah melalui proses penggilingan dan penyaringan. Tepung batok berfungsi sebagai media rambat api.


(38)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

2. Tepung kayu (wood powder)

Tepung kayu yang digunakan merupakan tepung hasil penggilingan kayu jati. Tepung ini berfungsi sebagai penghalus dan pelicin permukaan Double Coil. 3. Tepung lengket (glue powder)

Tepung lengket merupakan bahan yang didapat dari kulit kayu medang yang telah dihaluskan. Tepung ini berfungsi sebagai untuk melengketkan adonan. 4. Ampas tepung kanji (starch powder) atau disebut tepung onggok.

Tepung onggok berfungsi untuk melengketkan adonan dan menciptakan kelenturan & kekerasan dari obat nyamuk.

2.4.1.2.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produksi sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas secara lebih baik dimana bahan tambahan ini tidak bisa dibedakan secara jelas dalam produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan antara lain :

1. Transfultrin

Merupakan zat racun pada Baygon bakar yang menjadi komponen penting untuk mengusir dan membunuh serangga. Kadar yang dikandung pada obat nyamuk bakar berkisar ± 0.03%.

2. Sodium Benzoat (NaC6H5)

Merupakan zat pengawet pada obat nyamuk bakar, yang tujuannya adalah agar obat nyamuk bisa tahan lama terhadap serangan jamur.


(39)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

3. Pewarna

Merupakan zat warna pada produk. 4. Parfum Baygon

Merupakan zat pewangi yang memberikan aroma harum pada obat nyamuk. 5. Talcum Powder

Merupakan bahan yang berfungsi sebagai penghalus permukaan double coil.

2.4.1.3.Bahan Penolong dan Bahan Pendukung

Dalam proses pembuatan obat nyamuk bakar, selain bahan baku dan bahan tambahan juga diperlukan bahan penolong dan pendukung. Bahan penolong yang digunakan adalah air sebagai bahan pencampur pada unit formulasi untuk membuat suatu adonan. Air dicampur bersamaan dengan pencampuran bahan tambahan pada unit formulasi dan mixing. Selain itu, air juga digunakan untuk pemasakan tepung onggok dan juga dipakai untuk proses pembentukan lembaran sebelum masuk ke unit stamping.

Bahan pendukung adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung dalam produk dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai pelengkap produk. Adapun bahan pendukung yang digunakan adalah film (plastik pembungkus), coil holder berupa penyangga obat nyamuk yang berupa lempengan metal sejenis seng yang telah dibentuk sedemikian rupa, folding box yang digunakan untuk mengepak double coil yang telah dibungkus dengan film, master box sebagai kemasan luar dari produk obat nyamuk, dan seal tape yang merupakan perekat pada karton.


(40)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Secara umum proses pembuatan obat nyamuk bakar melalui beberapa tahapan atau unit-unit yaitu:

1. Unit Formulasi dan Mixing

Pada unit formulasi dan mixing, komposisi pencampuran bahan baku ditentukan untuk satu batch produksi, kecuali untuk bahan baku yang cair (liquid) yang merupakan bahan tambahan. Adapun proses dalam unit formulasi dan mixing adalah:

a. Pencampuran liquid yang dilakukan di dalam tangki yang terpisah. Pencampuran liquid dibuat untuk pemakaian 18 batch yang nantinya dipisahkan dengan menggunakan pompa untuk penggunaan 1 batch.

b. Semua tepung kecuali tepung onggok disatukan sesuai komposisi masing-masing dalam mixing machine. Sementara itu, tepung onggok dimasak dengan air panas pada temperatur ±1000C. Selanjutnya tepung dimasukkan ke dalam tangki mixing machine yang telah terisi dengan campuran tepung (tepung batok, tepung kayu, tepung lengket, talcum powder, sodium benzoat) dan berikutnya liquid (cairan kimia) yang telah dipisahkan untuk satu batch juga dimasukkan ke dalam mixing machine.

c. Semua campuran tepung dan liquid yang telah masuk ke dalam mixing machine diaduk selama 17 menit untuk membentuk suatu padatan yang disebut dengan adonan.

d. Adonan yang telah terbentuk kemudian dikeluarkan dan ditampung dengan menggunakan trolley. Trolley yang digunakan untuk seluruh adonan sebanyak


(41)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

15 trolley. Selanjutnya trolley yang berisi adonan dibawa ke unit stamping machine.

2. Unit Stampng Machine

Adonan hasil pencampuran pada unit formulasi dan mixing selanjutnya dimasukkan ke dalam suatu wadah yang disebut crusher machine. Kemudian dibawa oleh konveyor ke extruder. Pada extruder terdapat screw penyorong dimana bahan atau adonan kemudian dipress oleh screw tersebut, sehingga keluar dari kepala nozzle dalam bentuk lembaran setebal 3-5 mm, dan dipotong dengan panjang lembaran ± 90 cm (untuk 7 coil) oleh mesin potong.

Lembaran-lembaran yang dihasilkan diletakkan di atas rotary table untuk kemudian dicetak. Mesin cetaknya berbentuk spiral yang disebut dengan mould, dimana ukuran mould tergantung pada ukuran obat nyamuk yang akan diproduksi yaitu ukuran standard atau ukuran jumbo.

Untuk sekali pencetakan pada lembaran, dicetak menjadi 7 coil untuk ukuran standard atau 6 coil untuk ukuran jumbo. Kecepatan pencetakan berkisar antara 21-24 stroke (hentakan) per menit. Hasil pencetakan ditampung di loyang yang disebut dengan tray dan secara manual coil diperiksa apakah coil memenuhi standard, karena hanya hasil cetakan yang sempurna yang akan masuk ke proses berikutnya.

Coil juga mengalami penimbangan berat dimana toleransi berat antara 41-43 gr untuk ukuran standard dan 52 – 54 gr untuk ukuran jumbo, dengan kadar air ± 45%. Selanjutnya coil dibawa ke oven untuk proses berikutnya.


(42)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

3. Unit Drying

Pada unit drying, coil mengalami pemanasan yang bertujuan untuk menurunkan kadar air coil hingga mencapai kadar moisture yang sesuai 6%-9%. Lamanya proses pengeringan ± 165 menit dengan temperatur 550C-650C. Di dalam oven, coil bergerak secara vertikal dan horizontal, karena di oven terdapat lintasan yang harus dilalui coil dari atas ke bawah.

Setelah loyang (large tray) yang berisi coil keluar dari oven, maka setiap coil kembali diperiksa oleh bagian quality control dan diambil sampel secara random untuk diuji kesesuaian spesifikasinya dengan standard yang telah ditetapkan. Pengujian yang dilakukan berupa warna, bentuk, ukuran dimensi, jam bakar, kadar air, ketebalan, berat, kelenturan dan kekerasan. Untuk menuju tahap berikutnya harus menunggu ± 8 jam, karena adanya uji terhadap jam bakar terhadap obat nyamuk bakar tersebut.

Hasil dari bagian mutu terhadap hasil akhir coil ini, ada 2 kemungkinan yaitu:

a. Pending

Pending disini lihat kesalahannya untuk kemudian diolah kembali. b. Reject

Jika terdapat kesalahan yang tidak bisa ditolerir lagi (biasanya untuk komposisi) dan dimusnahkan, biasanya dilakukan per batch.


(43)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

4. Unit Finishing

Setelah mengalami pengujian kelayakan produk obat nyamuk bakar Baygon untuk dipasarkan oleh bagian quality control, maka untuk tahap akhir produksi dilakukan pengemasan produk (finishing). Pada unit finishing terdapat dua bagian, yaitu:

1. Wrapping

Coil yang telah lulus uji di bagian QC, disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk proses raping. Pada proses ini dilakukan oleh mesin wrapping dengan kondisi coil sudah disusun berikut holdernya. Kecepatan maksimal dari mesin adalah 180 bks/mnt. Walaupun demikian kecepatan tersebut bisa diatur tergantung banyaknya jumlah produk yang akan dikerjakan. Coil dibungkus dengan plastik yang disebut film.

2. Packaging

Pada tahap packaging setiap coil yang sudah dibungkus oleh mesin wrapping, langsung dikemas ke dalam kotak-kotak kemasan yang disebut dengan folding box. Kemudian dimuat kembali ke dalam master box dan akhirnya dikirim ke bagian penyimpanan.

2.4.3. Mesin dan Peralatan

2.4.3.1. Mesin

Mesin yang digunakan untuk proses produksi di PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat dilihat pada Tabel 2.2:


(44)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

Tabel 2.2. Mesin-Mesin yang Digunakan di PT. Inti Kimiatama Perkasa

No Nama Mesin Fungsi Kapasitas

Jumlah

(unit) Power

1 Mixer Onggok Memasak tepung onggok ± 180 kg 2 30 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase,

1500rpm 2 Mixer Tepung Mengaduk dan mencampur seluruh

bahan baku dan tambahan ± 980 kg 2

40 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase, 1500rpm

3 Mixer Kimia Mengaduk dan mencampur seluruh

bahan kimia ± 180 ltr 2

7,5 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase, 1500rpm 4 Mesin Crusher Menghancurkan adonan untuk

dapat masuk ke conveyor ± 200 kg 15

3 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase, 1500rpm

5 Mesin Extruder Membentuk adonan menjadi

lempengan ± 30 kg/menit 15

3 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase, 1500rpm

6 Mesin Stamping Mencetak lempengan menjadi

double coil (dC) ± 9660 dC/jam 15

5 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase, 1500rpm

7 Oven Menurunkan kadar air dC ± 9660 dC/jam 15 30 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase,

1500rpm

8 Wrapping Pengemasan dC dengan plastik ± 97 pcs/jam 5 3 HP, 60 Hz, 380 V, 3 phase,

1500rpm

Sumber: Bagian Produksi PT. Inti Kimiatama Perkasa

b. Peralatan

Dalam mendukung kegiatan proses produksi diperlukan adanya material handling yang berperan sebagai sarana transportasi dari satu mesin ke mesin lainnya. Pada umumnya perusahaan menggunakan conveyor sebagai alat material handling berupa incline conveyor, diagonal conveyor dan belt conveyor. Selain itu, alat material handling lain juga digunakan dalam perpindahan bahan baku dan bahan jadi, yaitu:

1.Trolley

Digunakan pada bagian produksi untuk mengangkut adonan yang merupakan hasil dari unit mixing ke crusher machine pada unit stamping.

2.Hand Pallet

Digunakan untuk memindahkan bahan baku dari gudang bahan baku ke produksi dan untuk memindahkan bahan jadi dari bagian produksi ke gudang bahan jadi.


(45)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009.

3.Forklift

Digunakan untuk memindahkan bahan-bahan yang mempunyai volume besar dan berat.


(46)

Agus Rianto : Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X, 2009. Direktur

Plan Manager Secretary

Logistic Manager QC Manager Plant Data

Coordinator HRD Manager

Production Manager

General Servis Manager Maintenance

Manager

Accounting Purchasing

Assisten

Plant Admin. Manager Secretary

Assisten

Project Engineering

Supervisor Foreman Operator Helper Supervisor

Foreman Operator Helper

Supervisor Analyst

Helper

Supervisor Supervisor

Foreman Technician

Supervisor Supervisor

Foreman Helper


(47)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengukuran Kerja

Pengukuran kerja merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan. Ada 2 teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan pengukuran kerja yaitu teknik pengukuran kerja secara langsung dan tak langsung.

3.1.1. Pengukuran Kerja Secara Langsung

Pengukuran ini dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Metode yang digunakan yaitu jam henti dan sampling pekerjaan.

3.1.1.1. Metode Jam Henti

Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stop watch) sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang paling banyak dikenal dan karenanya banyak dipakai. Salah satu yang menyebabkan adalah kesederhanaan aturan-aturan pengajaran yang dipakai.

Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini3

3

Wignjosoebroto, Sritomo, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Edisi Pertama, Guna Widya, Jakarta, 1995, p. 175


(48)

a. Penetapan tujuan pengukuran

Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan pengukuran harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengamatan tersebut.

b. Melakukan penelitian pendahuluan

Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk itu dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa waktu kerja yang pantas hendaknya merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Dengan kata lain, pengukuran waktu sebaiknya dilakukan bila kondisi kerja dari pekerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum maka kondisi yang ada hendaknya diperbaiki terlebih dahulu.

c. Memilih operator

Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari pabrik. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.

d. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan

Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan yang merupakan gerakan bagian dari pekerjan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang


(49)

diukur waktunya. Waktu siklusnya merupakan jumlah dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen-elemennya. Pertama untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, kedua untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena ketrampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya, ketiga untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan oleh pekerja, dan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu baku.

e. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Ada beberapa alat pengukuran yang perlu dipersiapkan yaitu jam henti, lembaran-lembaran pengamatan, pena atau pensil dan papan pengamatan. Sesudah melaksanakan langkah-langkah diatas maka selanjutnya dapat dilakukan pengukuran waktu. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan diatas.

Bila operator telah siap di depan mesin atau di tempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur, maka pengukur memilih posisi tempat dia berdiri untuk mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-gerakannya ataupun merasa canggung karena terlampau merasa diamati. Posisi inipun hendaknya memudahkan pengukur


(50)

mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik saat-saat suatu siklus/elemen bermula dan berakhir. Setelah terkumpul data-data dari pengukuran yang telah dilakukan maka dilakukan uji kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, keseragaman data dan kecukupan data.

Jika data-data yang telah terkumpul sudah normal, seragam dan cukup maka dapat dilakukan perhitungan waktu siklus rata-rata, waktu normal dengan dan kemudian waktu bakunya. Namun jika data-data yang telah terlumpul belum normal, seragam atau masih kurang maka dapat dilakukan pengukuran lagi untuk mendapatkan data-data tambahan.4

2

. .

' 

     =

x k

t s N

BKA = xbar + k. ; BKB = xbar - k. (2.1) Keterangan :

xbar = rata-rata nilai dari data yang diambil k = nilai Z dari /2

= standar deviasi

Untuk N < 30 :

Keterangan :

N’ = jumlah pengamatan yang diperlukan s = standar deviasi

t = distribusi t pada /2 k = prosentase penerimaan x

xbar = rata-rata nilai dari data yang diambil

4

Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra, Ruhana dan Tjakraadmadji, John H, Teknik Tata Cara


(51)

Untuk N > 30 : 2 2 2 ) ( ) ( . '         =

xi xi xi N s k N Keterangan :

N’ = jumlah pengamatan yang diperlukan s = persentase penerimaan x

k = nilai distribusi normal pada /2 N = jumlah pengamatan awal Xi = data ke-i

N xi Ws=

Keterangan :

Ws = waktu siklus

xi = jumlah seluruh waktu pengamatan N = banyaknya pengamatan

Wn = Ws.P Keterangan :

Wn = waktu normal Ws = waktu siklus

P = besar faktor-faktor penyesuaian

allowance Wn Wb % % 100 % 100 − × = Keterangan :

Wb = waktu baku Wn = waktu normal


(52)

Allowance = besar persentase kelonggaran yang diberikan

3.1.1.2. Metode Sampling Pekerjaan

Sampling pekerjaan merupakan suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja yang dilakukan secara sesaat-sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak. Metode ini dapat digunakan untuk5

1. Mengukur ratio-delay dari mesin/operator (mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja dan mengetahui tingkat pemanfaatan mesin).

:

2. Menetapkan performance level 3. Menentukan waktu baku

Langkah-langkah pengukuran pada sampling pekerjaan tidak berbeda dengan pengukuran dengan menggunakan metode jam henti hanya saja berbeda dalam persamaan-persamaan yang digunakan. Untuk uji kecukupan data digunakan rumus seperti persamaan dibawah ini :

2 2

) (

) 1 ( sp

p p k

N = −

Keterangan :

N’ = jumlah pengamatan yang harus dilakukan k = nilai Z dari /2

p = persentase terjadinya kejadian produktif s = besar tingkat ketelitian yang dikehendaki

5


(53)

3.1.2. Pengukuran Kerja Secara Tak Langsung

Pengukuran ini tidak harus dilakukan dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Metode yang dipakai antara lain data waktu baku dan data waktu gerakan.

3.2 Penyesuaian dan Kelonggaran

3.2.1. Penyesuaian

3.2.1.1. Maksud Melakukan Penyesuaian

Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar. Oleh sebab itu perlu untuk diberikan penyesuaian untuk mewajarkan keadan yang tidak wajar6

Telah dikemukakan diatas bahwa ketidak wajaran harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu normal. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang

.

3.2.1.2. Konsep Tentang Bekerja Wajar

6


(54)

disebut wajar itu ? dengan standar apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang operator ? Biasanya, melalui pengamatan seorang pengukur dapat melihat bagaimana hal tersebut ditunjukkan operator. Dalam waktu yang tidak terlampau lama kita dapat menyatakan misalnya orang tersebut bekerjanya lambat atau sangat cepat. Ini tidak lain berarti kita telah membandingkan sesuatu dengan sesuatu lain yang wajar. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator yang dianggap normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari bekerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.

Disamping konsep-konsep yang dikemukakan oleh International Labour Organization ini, terdapat juga konsep yang lebih terperinci yaitu yang dikemukakan oleh Lawry Maynard dan Stegemarten melalui cara penyesuaian Westinghouse. Mereka berpendapat bahwa ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidak wajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi7

Cara pertama adalah cara persentase yang merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian. Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya

.

3.2.1.3. Cara Menentukan Faktor Penyesuaian

7


(55)

selama melakukan pengamatan. Jadi sesuai dengan pengukuran dia menentukan harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus.

Terlihat bahwa penyesuaiannya diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Memang cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun segera pula terlihat adanya kekurangan ketelitian sebagai akibat dari kasarnya cara penilaian. Bertolak dari kelemahan ini dikembangkanlah cara-cara lain yang dipandang sebagai cara yang lebih obyektif. Cara-cara ini umumnya memberikan patokan yang dimaksudkan untuk mengarahkan penilaian pengukur terhadap kerja operator. Dalam kesempatan kali ini cara yang akan dibahas adalah cara Westinghouse.

Cara Westinghouse mengarahkan penilaian kepada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidak wajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Ketrampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan ketrampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Ketrampilan dapat juga menurun yaitu apabila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya.


(56)

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu ketrampilan, usaha dan konsisten merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu diluar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi menjadi 6 kelas yaitu ideal, excellent, good, average, fair dan poor. Kondisi kerja yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaiknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik.

Konsistensi juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya. Selama masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana dengan faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi menjadi 6 kelas yaitu perfect, excellent,good,average,fair dan poor8

8

Ibid, p. 139


(57)

3.2.2. Kelonggaran

Kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan9

a. Peramalan jangka pendek, untuk waktu satu tahun atau kurang yang digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi.

.

3.3. Peramalan Permintaan

Peramalan dilakukan untuk mengukur atau memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Peramalan tidak hanya dilakukan untuk menentukan jumlah produksi yang perlu dihasilkan atau kapasitas jasa yang harus disediakan, tetapi juga diperlukan untuk berbagai bidang yang lain.

Dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, peramalan dibedakan atas:

b. Peramalan jangka jangka menengah, untuk waktu satu hingga lima tahun ke depan yang digunakan untuk merencakan penjualan, perencanaan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.

9


(58)

c. Peramalan jangka panjang, untuk waktunya lebih dari lima tahun yang akan datang yang digunakan dalam merencanakan produk baru, pengembangan modal, lokasi fasilitas, ekspansi, penelitian, dan pengembangan.

3.3.1. Metode Peramalan

Metode peramalan secara umum dapat dibagi dua yaitu ; 1. Peramalan kualitatif

Peramalan ini menggunakan data kualitatif masa lalu sebagai dasar hasil peramalan. Hasil yang didapat merupakan hasil pemikiran, pendapat, pengetahuan serta pengalaman dari orang yang melakukan peramalan. Peramalan kualitatif umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intiusi, emosi, pendidikan, dan pengalaman seseorang.

2. Peramalan kuantitatif

Peramalan kuantitatif didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Metode ini dilakukan jika :

a. Adanya informasi tentang data masa lalu

b. Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data.

c. Pola data yang lalu dapat diasumsikan berkelanjutan pada masa yang akan datang.

Metode ini secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu metode Seri Waktu (Time Series) dan Model Kausal.


(1)

| c(j)-Z(j) | 185| 175| 0| 0| 0| 0 | |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 0 IN: X1 OUT: S2 | |---| |--- Iteration 2 ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S1 | 0 | 0| 245| 1| -228| 0|6.9225E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | X1 | 185 | 1| 0| 0| 1| 0|1323980 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|23172164| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 0| 175| 0| -185| 0|2.4493E8| |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 2.4493E8 IN: X2 OUT: S1 | |---| |--- Final Tableau (Total Iterations = 2) ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | X2 | 175 |2.116E-8| 1|0.004081|-.930612| 0|2825535 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | X1 | 185 | 1| 0| 0| 1| 0|1323980 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 |-2.11E-8| 0|-0.00408|.9306123| 1|20346630| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 0| 0|-.714285|-22.1428| 0|7.3940E8| |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | (Max.) Optimal OBJ value = 7.394049E+08 | |---|

Bulan Februari 2008

|--- Initial Tableau ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S1 | 0 | 228| 245| 1| 0| 0|9.4893E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | S2 | 0 | 1| 0| 0| 1| 0|2423569 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|22660572| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 185| 175| 0| 0| 0| 0 | |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 0 | |---| |--- Iteration 1 ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---|


(2)

| S1 | 0 | 228| 245| 1| 0| 0|9.4893E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | S2 | 0 | 1| 0| 0| 1| 0|2423569 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|22660572| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 185| 175| 0| 0| 0| 0 | |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 0 IN: X1 OUT: S2 | |---| |--- Iteration 2 ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S1 | 0 | 0| 245| 1| -228| 0|3.9636E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | X1 | 185 | 1| 0| 0| 1| 0|2423569 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|22660572| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 0| 175| 0| -185| 0|4.4836E8| |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 4.4836E8 IN: X2 OUT: S1 | |---| |--- Final Tableau (Total Iterations = 2) ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | X2 | 175 |2.116E-8| 1|0.004081|-.930612| 0|1617805 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | X1 | 185 | 1| 0| 0| 1| 0|2423569 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 |-2.11E-8| 0|-0.00408|.9306123| 1|21042766| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 0| 0|-.714285|-22.1428| 0|7.3147E8| |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | (Max.) Optimal OBJ value = 7.314762E+08 | |---|

Bulan Maret 2008

|--- Initial Tableau ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S1 | 0 | 228| 245| 1| 0| 0|9.9412E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | S2 | 0 | 1| 0| 0| 1| 0|1673304 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|22589456| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 185| 175| 0| 0| 0| 0 | |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 0 | |---|


(3)

|--- Iteration 1 ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S1 | 0 | 228| 245| 1| 0| 0|9.9412E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | S2 | 0 | 1| 0| 0| 1| 0|1673304 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|22589456| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 185| 175| 0| 0| 0| 0 | |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 0 IN: X1 OUT: S2 | |---| |--- Iteration 2 ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S1 | 0 | 0| 245| 1| -228| 0|6.1261E8| |---+---+---+---+---+---+---+---| | X1 | 185 | 1| 0| 0| 1| 0|1673304 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 | 0| 1| 0| 0| 1|22589456| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 0| 175| 0| -185| 0|3.0956E8| |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | Current OBJ (Max.) = 3.0956E8 IN: X2 OUT: S1 | |---| |--- Final Tableau (Total Iterations = 2) ---| |---| | | | X1 | X2 | S1 | S2 | S3 | | |---+---+---+---+---+---+---+---| | Basis | c(j) | 185| 175| 0| 0| 0| RHS | |---+---+---+---+---+---+---+---| | X2 | 175 |2.116E-8| 1|0.004081|-.930612| 0|2500450 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | X1 | 185 | 1| 0| 0| 1| 0|1673304 | |---+---+---+---+---+---+---+---| | S3 | 0 |-2.11E-8| 0|-0.00408|.9306123| 1|20089006| |---+---+---+---+---+---+---| | c(j)-Z(j) | 0| 0|-.714285|-22.1428| 0|7.4713E8| |---+---+---+---+---+---+---| | * Big M | 0| 0| 0| 0| 0| 0 | |---| | (Max.) Optimal OBJ value = 7.471399E+08 | |---|


(4)

(5)

Lampiran 4. Perbandingan JIP Optimal dengan JIP Pada Perusahaan

No

JIP Optimal

Throughput

(5)

JIP Perusahaan

Throughput

(6)

Selisih JIP

Selisih

Throughput

(5-6)

Coil Standar

(1)

Coil Jumbo

(2)

Coil Standar

(3)

Coil Jumbo

(4)

Coil Standar

(1-3)

Coil Jumbo

(2-4)

1

1895544

2293630

752060890

1563868

1957386

631858130

331676

336244

120202760

2

3401444

1076660

817682640

2525832

1067904

654162120

875612

8756

163520520

3

2475586

1753836

764904710

1599974

1748224

601934390

8756

5612

2601960

4

4558381

-

843300485

3682769

875612

834544365

7765

-875612

-151795575

5

3421641

873425.8

785853100

2546029

1857997

796164840

26756

-984571

-167350100

6

4241580

110380.5

804008888

3365968

543287

717779305

22831

-432907

-71534903

7

2657046

1400529

736646085

1781434

1399967

574559515

361179

562

66916465

8

2076963

2493677

820631630

1201351

2254365

616763810

872

239312

42040920

9

1561336

2235772

680107260

685724

1360160

364886940

198849

875612

190019165

10

1323980

2825535

739404925

448368

1949923

424184605

348105

875612

217631525

11

2423569

1617805

731476140

1547957

1609093

567963320

445910

8712

84017950

12

1673304

2500450

747139990

797692

1654379

437089345

136506

846071

173316035


(6)