67
kepada ketua dan Sekretaris umum dengan alasan menyerobot lahan perkebunan tanpa izin sesuai dengan putusan UU Perkebunan No 18 Tahun 2004 pasal 21 dan
47. Berdasarkan bukti-bukti yang ada kaum tani melakukan menempuh jalur
hukum melalui gugatan perdata kepada pihak perkebunan PT.Smart sebagai upaya untuk mempertahankan diri karena ancaman hukuman dari pihak perkebunan dan
juga intimidasi yang dilakukan oleh aparat keamanan kebun yang di dukung oleh pihak kepolisian. Akhirnya tuntutan pidana kepada ketua umum dan sekretaris
ditangguhkan oleh pihak kepolisian. Apalagi setelah mengikuti beberapa sidang perdata di tingkatan
Pengadilan Negeri Rantau Prapat dan Pengadilan Tinggi Medan dikalahkan oleh pihak perusahaan, dan memutuskan pihak perkebunan adalah pemilik sah lahan.
Walaupun demikian tetap saja rakyat memasukkan banding ke Mahkamah Agung karena tidak ada pilihan lain. Ibarat sebuah Kapal terbawa arus dan sedikit
penumpang yang masih bertahan untuk mengayuh perjuangan agar tidak tenggelam. Seiring proses hukum yang ada rakyat masih saja melakukan
pendudukan lahan dan bertahan sampai detik ini.
2.1.5. Profil Serikat Tani Padang Halaban STPHL – Aliansi Gerakan Reforma Agraria AGRA
Sejarah gerakan tani di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru. Upaya-upaya untuk menyatukan seluruh pandangan perjuangan kaum tani di
Indonesia telah lama dilakukan. Namun, di dalam arus panjang perjuangan kaum
Universitas Sumatera Utara
68
tani di Indonesia belum berhasil menemukan sebuah jawaban fundamental, sebuah format gerakan tani seperti apa dan strategi apa yang dikehendaki dan
kemudian perjuangan tersebut berhasil meningkatkan kesejahteraan kaum tani di Indonesia. Untuk menemukan rumusan tatanan masayarakat tani yang dicita-
citakan membutuhkan konsentrasi pikiran dan tenaga tersendiri, meskipun berbagai aksi politik dan konsolidasi telah dilakukan. Kesatuan ide dan tindakan
dalam gerakan tani ternyata belum mampu menyatukan gerakan tani dalam aspek politik, dan organisasi.
Terkonsolidasikannya elemen gerakan tani di Indonesia yang telah dan sedang tumbuh tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dalam format dan
strategi yang diinisiasi AGRA merupakan usaha maju untuk kemudian menjadi alat perjuangan dari kaum tani lebih meningkat untuk mencapai kehidupan yang
damai dan sejahtera. Secara singkat, dapat diuraikan tentang sejarah perkembangan AGRA hingga terselenggarakannya Konfrensi Nasional Tani II
AGRA di Subang. Sejarah perkembangan tersebut diawali pada Hari Tani Nasional 24
September 2002, berbagai kalangan yang serius dan fokus pada masalah-masalah kaum tani mengadakan konsolidasi guna pelaksanaan aksi bersamaserentak di
hari tani nasional tersebut yang tergabung dalam Panitia Bersama Hari Tani Nasional, yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan rapat umum di tahun
2003 dengan agenda evaluasi sehingga menghasilkan resolusi pembentukan
Universitas Sumatera Utara
69
Panitia Bersama yang sifatnya diperluas hingga menghasilkan Badan Persiapan Organisasi Massa Tani tingkat nasional..
Setelah berbagai konsolidasi yang dilakukan, sejak itu seluruh konsolidasi gerakan tani serta upaya-upaya dan respon terhadap perkembangan situasi objektif
di lapangan termasuk politik agraria berada dalam koordinasi dan kepemimpinan relatif Badan Persiapan Pembangunan Organisasi Massa Tani tersebut. Badan
persiapan inilah yang kemudian bertanggung jawab hingga terselenggaranya Konfrensi Nasional I Tani AGRA pada 24 Februari 2004 di Wonosobo, Jawa
Tengah. Dalam Konfrensi Tani Nasional I AGRA ini, mencapai beberapa kesepakatan yang penting terkait dengan usaha-usaha peningkatan perjuangan
kaum tani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan kaum tani dengan mendorong terwujudnya Pembaruan Agraria Reforma Agraria yang sejati di Indonesia
66
. Pada awal tahun 2007, AGRA telah berdiri di salah satu provinsi terbesar
di Indonesia yaitu Provinsi Sumatera Utara. Pembagunan organisasi ini dimulai dari Kabupaten Deli Serdang dengan perkembangannya di 2 kecamatan
kecamatan Pancur Batu,dan kecamatan Kutalimbaru. Untuk saat ini sudah ada 3 desa pengorganisasian antara lain Desa Durin Tonggal, Desa Sei Mencirim, dan
Desa Namo Rube Julu. Pada tahun 2013, daerah pengorganisasian AGRA bertambah, yaitu berada di Desa Padang Halaban, Kabupaten Labuhan Batu Utara
yang menjadi lokasi penelitian ini
67
.
66
DPP-AGRA. Tentang Sejarah Pendirian AGRA Nasional. Hal 16.
67
DPD-AGRA Sumut. 2014. Sejarah AGRA Sumatera Utara. Hal 7.
Universitas Sumatera Utara
70
2.1.5.1. Sejarah Berdirinya STPHL – AGRA
Setelah beberapa tahun masyarakat Desa Padang Halaban mengelola tanah dengan tenang, keadaan ini terusik dengan penangkapan dan penembakan yang
dilakukan pihak PT Smart anak perusahaan Sinar Mas Group dibantu oleh aparat TNI dan POLRI terhadap masyarakat Desa Padang Halaban pada tahun 2012.
Kronologis kejadian ini sebenarnya dipicu dari masalah yang sudah lama pernah terjadi, yaitu permasalahan sengketa lahan antara masyarakat Padang Halaban
dengan PT Smart, dimana masyarakat yang secara turun-temurun dari nenek moyang mereka menempati lahan yang diklaim oleh PT Smart adalah lahan
miliknya. Kejadian ini mencapai puncak ketika, beberapa masyarakat Padang Halaban mengambil beberapa janjang sawit dari lahan reclaiming, dengan latar
belakang untuk memenuhi kebutuhan hidup dari kondisi kehidupan yang memprihatinkan
68
. Dari kejadian ini, pihak PT Smart menuduh masyarakat mencuri sawit dari
lahannya, dan menahan masyarakat yang mengambil sawit tersebut. Mengetahui penahanan kawannya ditahan oleh pihak Satpam perkebunan dan TNI, masyarakat
tidak berterima dengan tuduhan tersebut dan sempat terjadi percekcokan dan beberapa provokasi dari pihak yang tidak bertanggungjawab hingga pada akhirnya
menimbulkan kerusuhan. Pihak perkebunan menurunkan 4 pleton polisi untuk turun ke lahan dan menyisir dan menangkap beberapa petani yang dianggap
sebagai dalang pemicu kerusuhan tersebut. Kondisi menjadi kacau balau setelah
68
Ibid. Hal 14.
Universitas Sumatera Utara
71
ada penembakan dan seorang anak petani bernama Gusmanto terluka. Sementara 3 orang ditangkap, dan warga bersiaga di beberapa rumah. Setelah tindakan
penangkapan pertama, di ikuti dengan tindakan penangkapan kedua secara brutal oleh aparat kepolisian terhadap warga di setiap kerumunan massa dan rumah-
rumah warga. Bahkan 2 dua orang penggembala lembu ditangkap juga oleh aparat. Akhirnya sebanyak 60 orang warga ditangkap dengan alasan akan
diberikan pengarahan. Para warga diangkut menggunakan 3 tiga mobil Dalmas. Kejadian
penangkapan berlangsung sampai 14.00 WIB. Proses penangkapan tersebut, tidak dibarengi dengan surat perintah penangkapan dan dalam penangkapan, beberapa
petani mengalami tindak kekerasan fisik. Kondisi menjadi kacau balau setelah ada penembakan dan seorang anak petani bernama Gusmanto terluka. Sementara 3
orang ditangkap, dan warga bersiaga di beberapa rumah. Kejadian ini menjadi sorotan utama beberapa kalangaan pada saat itu, terutama aktivis-aktivis sosial
dan wartawan, hingga berita ini dimuat dalam media cetak dan elektronik. Informasi ini langsung direspon cepat oleh beberapa pengurus AGRA Sumatera
Utara dengan berkoordinasi dengan beberapa aktivis NGO Lentera yang pada saat ini berada di lokasi konflik. Setelah mendapatkan informasi dari lapangan,
beberapa aktivis AGRA langsung turun ke Padang Halaban untuk melakukan investigasi secara mendalam dan mencoba berinteraksi dengan masyarakat di desa
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
72
Setelah sekitar 1 satu bulan aktivis AGRA menetap di Padang Halaban, secara bertahap masyarakat mulai bisa menerima penjelasan dan pemahaman yang
diberikan aktivis AGRA atas kondisi yang sedang mereka hadapi. Dari proses yang berjalan, beberapa orang aktivis AGRA rutin untuk melakukan diskusi dan
konsoslidasi kepada petani Padang Halaban, hingga tercipatanya kesatuan pandangan bahwa perjuangan kaum tani haruslah perjuangan yang bersifat
nasional dengan buah pikiran adalah peningkatan kesejahteraan kaum tani di Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 6 Juni 2013, KTPHS Kelompok Tani
Padang Halaban Sekitarnya berubah nama menjadi STPHL Serikat Petani Padang Halaban dan resmi menjadi ranting pengorganisasian AGRA wilayah
Sumatera Utara dengan berbagai program organisasi dan pengangkatan kepemimpinan kolektif AGRA ranting desa Padang Halaban melalui Rapat
Umum Anggota RUA dengan beranggotaka kurang lebih dari 300 orang
69
. Sampai saat ini, beberapa aktivis AGRA masih menetap di Padang
Halaban dan berbagai kemajuan telah dirasakan kaum tani di desa ini, melalui berbagai kegiatan yang terlaksana secara terprogram, khususnya dengan adanya
pendidikan politik dari organisasi yang meningkatkan kesadaran kaum tani. Sehingga nantinya kaum tani mampu memahami dengan baik tentang sebab
akibat dari persoalan kehidupannya dan pemecahan masalah tersebut secara perlahan-lahan. Walaupun keinginan bersama atas kembalinya lahan yang
69
Ibid.
Hal 17.
Universitas Sumatera Utara
73
dirampas oleh pengusaha masih dalam proses perjuangan, namun akan tetap diperjuangkan karena lahan tersebut merupakan jaminan atas kehidupan yang
lebih sejahtera bagi masyarakat Padang Halaban.
2.1.5.2. Struktur Organisasi STPHL - AGRA
Berdasarkan data Kelompok Masyarakat Serikat Tani Padang Halaban bahwa yang memegang kuasa pada daerah wilayah Desa Padang Halaban,
Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara sampai pada saat ini adalah: Ketua
: Bapak Suratmin Sekretaris
: Bapak Selamat
Bendahara : Bapak Naseb
Kadep Organisasi : Bapak Adi Galang
Kadep Dikprop : Bapak Aris Jatmiko
2.2 Tinjauan Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembangunan Agraria