30
Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka pemisahan antara konflik realistis dan non-realistis akan lebih sulit
untuk dipertahankan. Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk
menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan, sedang pada hubungan- hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat
relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat
pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut benar- benar melampaui batas sehingga
menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan tersebut.
1.6.4. Politik Agraria
Kata agraria mempunyai arti yang sangat berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Istilah agraria berasal dari kata akker Bahasa Belanda,
agros Bahasa Yunani berarti tanah pertanian, agger Bahasa Latin berarti tanah atau sebidang tanah, agraria Bahasa Inggris berarti tanah untuk pertanian. Dalam
terminologi bahasa Indonesia, agraria berarti 1 urusan pertanian atau tanah pertanian, 2 urusan pemilikan tanah
34
. Menurut Andi Hamzah, agraria adalah masalah tanah dan semua yang ada
di dalam dan di atasnya. Menurut Subekti dan R. Tjitrosoedibio, agraria adalah urusan tanah dan segala apa yang ada di dalam dan di atasnya. Apa yang ada di
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.3, http:pusatbahasa.kemdiknas.go.idkbbi
Universitas Sumatera Utara
31
dalam tanah misalnya batu, kerikil, tambang, sedangkan yang ada di atas tanah dapat berupa tanaman, bangunan
35
. Selain pengertian agraria dilihat dari segi terminologi bahasa sebagaimana
di atas, pengertian agraria dapat pula diketemukan dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA. Hal ini dapat ditemukan jika membaca konsiderans dan pasal-
pasal yang terdapat dalam ketentuan UUPA itu sendiri. Oleh karena itu, pengertian agraria dan hukum agraria mempunyai arti atau makna yang sangat
luas. Pengertian agraria meliputi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya Pasal 1 ayat 2.
Pengertian agraria juga sering dikaitkan dengan corak kehidupan suatu masyarakat atau bangsa, misalnya Indonesia sebagai negara agraris, yaitu suatu
bangsa yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam bertani atau kehidupan masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian. Agraris sebagai
kata sifat dipergunakan untuk membedakan corak kehidupan masyarakat pedesaan yang bertumpu pada sektor pertanian dengan corak kehidupan
masyarakat perkotaan yang bertumpu pada sektor non-pertanian perdagangan, industri, birokrasi
36
. Selain itu, ada beberapa dimensi yang bisa dilihat dalam mempelajari
politik agraria. Menurut Sitorus, dua dimensi tersebut yaitu dimensi subjek dan objek. Dimensi objek didefinisikan sebagai sumber daya alam sumber agraria
yang terdapat di tanah, air, dan lain sebagainya. Di sisi lain, dimensi subjek terdiri
35
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Cet. V Jakarta: Kencana, 2009. Hal. 12
36
Ibid. Hal. 14
Universitas Sumatera Utara
32
dari komunitas, swasta, dan pemerintah berupa aktor. Dari beberapa subjek tersebut terdapat istilah komunitas. Istilah tersebut muncul bukan tanpa alasan.
Kata tersebut bisa muncul karena pada awalnya sebelum agraria dikuasai negara, agraria dimiliki oleh komunitas-komunitas yang tinggal di beberapa wilayah
tertentu yang saat ini sering disebut sebagai tanah ulayat atau tanah adat. Menariknya, subjek-subjek tersebut bisa saling berkontestasi, bekerjasama,
bahkan saling konflik karena ada ketimpangan kepemilikan sumber daya yang berbeda-beda. Selain itu, berangkat dari aktor-aktor yang ada, Sitorus juga
membagi tiga tipe struktur agraria. Ketiga tipe tersebut terdiri dari tipe kapitalis sumber agraria dikuasai oleh non penggarap alias perusahaan, sosialis sumber
agraria dikuasai oleh negara atau kelompok pekerja, dan populis atau neo-populis sumber agraria dikuasai oleh keluarga atau rumah tangga pengguna
37
.
1.6.4.1. Peraturan Pembangunan Agraria Di Indonesia
Konsep dasar tentang tentang kasus-kasus pertanahan platform dari filosofis konstitusional tercermin dalam perumusan sila ke lima Pancasila yaitu
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Selanjutnya, kebijakan dan regulasi di bidang pertanahan ditegakkan pada landasan konstitusi negara yaitu
pada Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk
37
http:www. kompasiana.combastianwidyatamapolitik-agraria-dalam-berbagai perspektif. Di unduh pada 20 februari 2016. Jam 02:30 wib.
Universitas Sumatera Utara
33
diperuntukkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
38
. Peraturan Pelaksanaan dari ketentuan tersebut diatur lebih lanjut dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104 atau disebut juga Undang-undang Pokok Agraria
UUPA, serta dijabarkan dalam berbagai peraturan organik dalam bentuk Peraturan Pemerintah PP, Keputusan Presiden Kepres, Peraturan
MenteriPejabat dan lain-lain
39
.
Hak-hak atas tanah yang dapat diberikan kepada subjek hukum diatur dalam Pasal 16 UUPA yang terdiri dari: 1 Hak Milik, 2 Hak Guna Usaha, 3
Hak Guna Bangunan, 4 Hak Pakai, 5 Hak Sewa, 6 Hak Membuka Tanah, 7 Hak Memungut Hasil Hutan, 8 Hak-hak lain serta hak-hak yang sifatnya
sementara. Hak-hak lain misalnya Hak Pengelolaan, sedangkan hak yang sifatnya sementara adalah Hak Gadai, Hak Guna Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang dan
Hak Sewa Tanah Pertanian.
1.7 Metode Penelitian