Teori Pembangunan Politik Kerangka Teori .1. Teori Kebijakan Publik

21

1.6.2. Teori Pembangunan Politik

Dalam studi pembangunan politik sebelum menjelaskan definisi-defnisi pembangunan politik ada beberapa konsep yang perlu di pahami, yaitu, perubahan, pembangunan dan modernisasi politik. Pembangunan dan modernisasi politik merupakan perubahan politik, bukan sebaliknya. Perubahan politik dapat diartikan sebagai terjadinya perbedaan karakteristik dari suatu sistem politik yang satu ke sistem politik lain. Misalnya dari sistem politik otoriter parlementer ke sistem politik demokrasi Pancasila. Persoalannya ialah apakah perubahan itu bersifat progresif yaitu menuju situasi yang lebih baik dari yang sebelumnya ataukah bersifat regresif yaitu menuju situasi yang lebih buruk dari sebelumnya. Contohnya adalah Indonesia masa pemerintahan orde baru yang cenderung otoriter berubah ke masa reformasi yang cenderung lebih demokratis, dimana kedaulatan rakyat lebih dijunjung tinggi 23 . Disamping itu, konsep pembangunan politik dapat dikatakan mempunyai konotasi secara geografis, derivatif, teologis dan fungsional 24 : 1. Pembangunan politik secara geografis berarti proses perubahan politik pada neggara berkembang dengan menggunakan konsep dan metode yang pernah digunakan oleh negara maju, seperti konsep mengenai sosialisasi politik, komunikasi politik, dan sebagainya. 23 Juwono Sudarsono. 1982. Pembangunan Politik dan Perubahan. Jakarta. Yayasan Obor. Hal. 19 24 Sukarna.1990. Pembangunan Politik. Bandung: mandar maju. Hal. 47 Universitas Sumatera Utara 22 2. Pembangunan politik secara derivatif berarti pembangunan politik merupakan aspek dan konsekuensi politik dari proses perubahan yang menyeluruh, meliputi modernisasi yang membawa konsekuensi pada pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, peningkatan pendidikan, media massa, perubahan status sosial dan aspek-aspek lainnya. 3. Pembangunan politik secara teologis berarti proses perubahan menuju pada suatu atau beberapa tujuan dari sistem politik. Tujuan tersebut meliputi stabilitas politik, integrasi politik, demokrasi, partisipasi, mobilisasi dan sebagainya. 4. Pembangunan politik secara fungsional berarti suatu gerakan perubahan menuju sistem politik ideal yang dikembangkan suatu negara untuk sistem politik demokrasi konstitusional. Kemudian terdapat sepuluh defenisi mengenai pembangunan politik dalam hal ini yaitu 25 : 1. Pembangunan Politik sebagai Prasarat Politik bagi Pembangunan Ekonomi. 2. Pembangunan Politik sebagai Ciri Khas Kehidupan Politik Masyarakat Industri. 3. Pembangunan Politik sebagai Modernisasi Politik. 4. Pembangunan Politik sebagai Operasi Negara Bangsa. 5. Pembangunan Politik sebagai Pembangunan Administrasi dan Hukum. 25 Ibid. 54 Universitas Sumatera Utara 23 6. Pembangunan Politik sebagai Mobilisasi dan Partisipasi Massa. 7. Pembangunan Politik sebagai Pembinaan Kehidupan Demokrasi. 8. Pembangunan Politik sebagai Stabilitas dan Perubahan Teratur. 9. Pembangunan Politik sebagai Mobilisasi dan Kekuasaan. 10. Pembangunan Politik sebagai Satu Segi Proses Perubahan Sosial yang Multi dimensi. Pembangunan politik dalam ruang lingkup pembangunan agraria sendiri dipandang sebagai pembangunan politik yang dapat membantu jalannya pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi menunjukkan bahwa kondisi-kondisi sosial dan politik dapat memainkan peranan penentu yang dapat menghalangi ataupun membantu peningkatan pandangan per kapita. Sehingga pantaslah bila pembangunan politik dipandang sebagai keadaan masyarakat politik yang dapat membantu jalannya pertumbuhan ekonomi. Tapi secara operasional pandangan tentang pembangunan politik seperti itu pada dasarnya bersifat negatif, sebab lebih mudah bagi kita untuk dengan teliti mengetahui prestasi sistem politik yang mungkin menghalangi atau menggagalkan pembangunan ekonomi dari pada mejelaskan bagaimana sistem politik itu membantu pertumbuhan ekonomi. Bukti historis menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara 24 pertumbuhan ekonomi bisa terjadi dalam berbagai macam sistem politik, dengan berbagai macam kebijaksanaan umum yang ditempuh 26 .

1.6.3. Teori Konflik