Situasi Berkembang Kasus Konflik Desa Padang Halaban

114

3.2.4 Situasi Berkembang Kasus Konflik Desa Padang Halaban

Penyelesaian persoalan agraria di Desa Padang Halaban melalui jalur hukum sudah dimulai sejak tahun 2009. Melalui Pengadilan Negeri Rantau Parapat, pihak pengadilan memenangkan PT. SMART atas 3000 Ha tanah sebagai hak guna usaha yang dikuasai oleh PT. SMART. Perjuangan masyarakat Desa Padang Halaban tidak selesai sampai disitu, pihak masyarakat mencoba mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Sumatera Utara. Akan tetapi pihak pengadilan tinggi menolak gugutan dari masyarakat. Perjuangan masyarakat untuk memenangkan 3000 Ha tanah terus berlanjut, masyarakat Desa Padang Halaban kembali mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Kembali pihak Mahkamah Agung menolak ajuan banding yang dilakukan oleh pihak masyarakat. Melalui putusan di pengadilan, pihak Mahkamah Agung mengeluarkan surat putusan bahwa PT. SMART masih berhak atas tanah 3000 Ha di Desa Padang Halaban. Satu hal yang menjadi poin terpenting dari putusan ini di Mahkamah Agung, tidak ada putusan eksekusi yang dikeluarkan pihak pengadilan untuk menggusur pihak masyarakat dari tanah yang duduki. Ini yang menjadi pegangan bagi masyarakat untuk tetap bertahan pada tanah yang sudah sejak lama mereka duduki. Tentu saja, bagi PT. SMART ini merupakan hal yang merugikian. Sehingga PT. SMART mencoba mengambil jalur hukum kembali. Hingga pada tahun 2013, pihak PT. SMART kembali melakukan permohonan ke Pengadilan Negeri untuk mengeluarkan surat putusan eksekusi Universitas Sumatera Utara 115 atas 83 Ha tanah yang diduduki oleh masyarakat. Perjuangan secara hukum kaum tani Desa Padang Halaban masih terus berlanjut ketika pihak pengadilan negeri memenangkan permohonan pengeluarkan surat keputusan eksekusi. Pihak masyarakat mencoba untuk mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Sumatera Utara, dan sekali lagi gugutan masyaakat di tolak oleh pihak pengadilan dengan mengeluarkan keputusan eksekusi atas 83 Ha tanah yang masih dikuasai oleh pihak masyarakat. Dengan cost yang terbatas, Masyarakat kembali melakukan perjuanganya dengan kembali mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Pada perkembangan terakhir status persoalan konflik pertanahan di Desa Padang Halaban masih dalam proses di Mahkamah Agung. Pihak Perusahaan mencoba mengajukan mediasi dengan mengajak pihak masyarakat untuk menjadi mitra sebagai solusi untuk menyelesaikan konflik agaria yang tak kunjung selesai. Sampai hari ini perundingan-perundingan untuk mengambil jalan tengah atas persoalan tanah masih berlanjut. Pihak perusahaan mencoba mengajukan lobi dengan pihak serikat tani di Desa Padang Halaban. Sampai hari ini perjuangan kaum tani padang halaban untuk mempertahankan 83 Ha tanah yang mereka duduki masih berlanjut dan tetap eksis dengan mempertinggi konsolidasi dan pendidikan bagi kaum tani untuk melawan Universitas Sumatera Utara 116 PT. SMART. Karena bagi kaum tani Desa Padang Halaban kedaulatan atas tanah adalah harga mati dan harus terus diperjuangkan. 101

3.3. Analisis Teoritis