Analisis Persepsi Paparan Panas Operator Analisis Heat Stress Index HSI Analisis Indeks Suhu Bola Basah Wet Bulb Globe Temperature

1 U T B S 2 3 4 5 Mesin dryer Mesin dryer Mesin dryer Gambar 6.1. Pemetaan Kondisi Panas pada Stasiun Pengeringan Pada Gambar 6.1 dapat dilihat bahwa temperatur tinggi terdapat pada titik 3, 4, dan 5. Sedangkan pada titik 1 dan 2 memiliki temperatur yang lebih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan ventilasi agar memudahkan temperatur ruangan dapat tersebar secara merata dan menurunkan temperatur tinggi yang terdapat pada stasiun pengeringan.

6.1.1. Analisis Persepsi Paparan Panas Operator

Paparan panas yang dirasakan operator diketahui melalui penyebaran kuesioner kondisi termal. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan informasi psikologi pribadi pekerja terkait dengan kenyamanan termal yang dirasakan operator. Jawaban yang diberikan oleh kuesioner ini dijabarkan dalam bentuk skala. Berdasarkan skala nilai yang diberikan operator, maka diketahui bahwa secara rata-rata sensasi termal yang dirasakan operator berada dalam rentang Universitas Sumatera Utara panas. Hal tersebut membuktikan bahwa dari segi operator, kondisi lingkungan kerja perlu diperbaiki agar operator dapat merasa nyaman pada kondisi stasiun kerja pengeringan.

6.1.2. Analisis Heat Stress Index HSI

Analisis HSI yang dilakukan berdasarkan gradien ketinggian pengukuran.. Berikut adalah hasil perhitungan HSI melalui proses pengolahan data yang dapat dilihat pada Tabel. 5.21 Berdasarkan data pada Tabel 5.21 dapat diketahui bahwa semakin tinggi gradien titik pengukuran maka semakin tinggi nilai HSI yang diperoleh. Dari data diatas dapat diliat bahwa heat stress index secara rata-rata adalah 94,86. Berdasarkan standar Ken Parsons, hal ini menunjukkan bahwa indeks heat stress yang terjadi di stasiun kerja tersebut termasuk dalam kategori “tekanan panas yang sangat mengganggu dan berbahaya bagi kesehatan”, dimana dalam kategori ini, kondisi panas yang dirasakan sudah akan mengganggu kesehatan dan kenyamanan operator.

6.1.3. Analisis Indeks Suhu Bola Basah Wet Bulb Globe Temperature

Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data, maka diperoleh hasil indeks suhu bola basah. Rekapitulasi ISBB dapat dilihat pada Tabel 5.23. Dengan menggunakan hasil ISBB dan kategori beban kerja, maka dapat diketahui presentase jam kerja dan istirahat. Adapun ISBB rata-rata adalah 29,21 o C dan kategori beban kerja adalah berat, maka diketahui bahwa waktu kerja berada pada Universitas Sumatera Utara 50 dan waktu istirahat pada 50. Dengan demikian waktu kerja adalah 50 atau sekitar 4 jam dan waktu istirahat adalah 50 atau sekitar 4 jam. Jika dibandingkan dengan jam kerja aktual yaitu waktu kerja 8 jam dan waktu istirahat 1 jam, maka dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan SNI 16-7063-2004, sehingga perlu dilakukan penambahan waktu jam istirahat. Maka jam istirahat paling sedikit 4 jam. Penelitian yang dilakukan oleh Imam, Rajendra, Kristoffel, Lia, dan Nofita pada lokasi perusahaan instansi lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Rata-rata Temperatur, HSI, dan ISBB di Beberapa Beberapa Perusahaan Instansi di Medan No. Nama Perusahaan Temperatur HSI ISBB 1 PT. SC Johnson Manufacturing Medan 31,7 o C 94,41 27,64 o C 2 PT. Apindowaja Ampuhpersada 33 o C 92,40 - 3 J15 202 Departemen Teknik Industri USU 28,44 o C 44,80 - 4 Pabrik Keripik Kreasi Lutvi 35,5 o C 95,13 27,82 o C 5 PT. Invilon Sagita 35,40 o C 77,26 30,32 o C Rata-rata 32,81 o C 80,80 28,59 o C Gambar 6.2. Perbandingan Temperatur di Pada Beberapa Perusahaan Instansi di Medan Universitas Sumatera Utara Gambar 6.3. Perbandingan HSI di Pada Beberapa Perusahaan Instansi di Medan Berdasarkan Tabel 6.1, Gambar 6.2 dan Gambar 6.3 dapat dilihat bahwa rata-rata temperatur di perusahaan manufaktur maupun instansi melebihi nilai ambang batas berdasarkan SNI 16-7063-2004 yaitu 25,9 o C. Sedangkan pada nilai HSI dapat dilihat bahwa sebagian besar nilai HSI terdapat pada rentang 70- 100 yang berarti telah terjadi tekanan panas dan tingkatan tersebut sangat berat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perlunya perbaikan pada setiap tempat kerja tersebut agar operator dapat bekerja dengan nyaman.

6.2. Pembahasan