2.8. Utilitas
Utilitas merupakan unit pendukung yang digunakan untuk memperlancar proses produksi dalam sebuah pabrik. Utilitas pendukung proses produksi keripik
singkong pada PT. Socfin Indonesia Tanah Besih ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Utilitas Pendukung Proses Produksi Crumb Rubber
No Nama
Utilitas Gambar
Keterangan
1 Generator
Genset digunakan ketika terjadi
pemadaman listrik di pabrik dan
digunakan sebagai alternatif energi.
2 Tangki Air
G Air digunakan untuk mencuci dan
menjalankan latex pada lintasan
produksi. Air yang digunakan berasal
dari sumur bor yang dibuat
perusahaan
Sumber: PT. Socfin Indonesia Tanah Besih
2.9. Safety and Fire Protection
Pihak perusahaan mengutamakan keselamatan pekerja saat melakukan proses produksi. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan kerja perusahaanyaitu dengan memberi alat pelindung diri APD pada pekerja, antara lain sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
1. Masker Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau menyengat dan
dari debu yang merugikan 2. Safety helmet
Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh, dan terkena arus listrik
3. Boots Khusus untuk menginjak daerah yang licin agar tidak mudah terpeleset
4. Sarung tangan Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari
suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen virus,
bakteri Selain itu PT. Socfin Indonesia Tanah Besih juga memberikan jaminan
kesehatan berupa BPJS ketenagakerjaan dan pemeriksaan kesehatan berkala guna untuk menjaga dan meningkatkan kinerja para pekerja.
Untuk mengatasi kebakaran, perusahaan menyediakan fire extinguisher yang berfungsi sebagai alat pemadam api apabila terjadi kebakaran. Fire extinguisher
ini terdapat di setiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi oleh orang yang sedang berada di daerah sekitar.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Pengolahan Limbah
Produksi di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih menghasilkan limbah yang relatif kecil karena limbah yang ada masih dapat digunakan kembali. Air dan
larutan kimia yang digunakan untuk membersihkan cetakan dinetralisir terlebih dahulu di dalam waste water treatment, kemudian setelah dinetralisir hingga pH
normal, kemudian limbah tersebut dibuang ke selokan yang mengalir ke kolam limbah.
Proses pengolahan limbah di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih sebagai berikut :
1. Limbah cair yang dikeluarkan ditampung pada bak penampungan dan selanjutnya dipompakan dengan mesin pompa ke kolam waste water
treatment . Di kolam ini terdapat 4 jenis bak yaitu bak netralisir, bak aerasi,
bak sedimentasi, dan bak biokontrol. 2. Pada bak netralisir limbah diatur pH nya sedemikian rupa sehingga pada
proses selanjutnya limbah sudah netral. Jika limbah masuk ke bak ini memiliki pH 7 - 9 maka akan ditambahkan air kapur ke dalam bak sedangkan jika
sebaliknya akan ditambahkan asam fosfat ke dalam bak tersebut. Setelah itu limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak aerasi.
3. Pada bak aerasi dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang betujuan untuk menginjeksikan oksigen ke dalam limbah tersebut supaya bakteri aerob
yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Kemudian dialirkan ke bak
sedimentasi.
Universitas Sumatera Utara
4. Pada bak sedimentasi, limbah cair tersebut diendapkan beberapa hari dan selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol.
5. Pada bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai BOD Biological Oxigen Demand dan COD
Chemical Oxygen Demand. Bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD limbah cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Kadar
maksimum untuk BOD adalah 100 mgL air limbah dan untuk COD kadar maksimumnya adalah 180 mgL air limbah.
6. Limbah produk reject yang tidak dapat dikerjakan ulang lagi dibawa ke tempat penampungan untuk digunakan kembali dengan catatan produk tersebut
diturunkan grade-nya. Denah Aliran limbah dapat dilihat pada Gambar 2.23.
4
1 2
3
5
Simbol Keterangan
1 Bak Netralisir
2 Bak Aerasi
3 Bak Sedimentasi
4 Bak Biokontrol
5 Lantai Produksi
Aliran Bahan Jalan
Gambar 2.23. Denah Aliran Limbah PT. Socfin Indonesia Tanah Besih
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Faktor temperatur pada suatu lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja,
bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi temperatur lingkungan kerja ekstrim adalah kondisi panas atau dingin yang ada di
luar batas kemampuan manusia untuk dapat beradaptasi. Keseimbangan panas mencakup heat loss pelepasan panas dan heat production produksi panas.
1
Batasan kritis untuk panas menjadi penting, sebab kemampuan manusia untuk dapat beradaptasi dengan temperatur lingkungan sekitarnya sangat
bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya. Heat loss dan heat production
melibatkan empat faktor yakni temperatur udara, kelembaban relatif, Panas lingkungan yang semakin tinggi menyebabkan pengaruh yang semakin
besar terhadap suhu tubuh, sebaliknya jika suhu lingkungan semakin rendah maka semakin banyak panas tubuh yang hilang. Selama pertukaran antara tubuh
manusia yang didapat dari metabolism dengan tekanan panas yang dirasakan dari lingkungan seimbang, tidak terjadi masalah, namun jika heat loss lebih kecil
dibandingkan dengan heat production, maka akan terjadi heat stress karena panas yang diterima tubuh lebih besar dibandingkan banyaknya panas yang dikeluarkan.
1
Naville, Stanton dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Method. London: CRC Press.
Universitas Sumatera Utara