BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Kenyamanan Termal
4
1. Tingkat aktivitas metabolisme dalam tubuh American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning
Engineering ASHRAE mendefinisikan kenyamanan termal sebagai hasil
pemikiran seseorang mengenai kepuasan terdadap keadaan termal di sekitarnya. Oleh karena kenyamanan adalah “suatu pemikiran, persamaan empiris harus
digunakan untuk mengaitkan respon kenyamanan terhadap sambutan tubuh. Kenyamanan termal merupakan kepuasan yang dialami oleh seseorang manusia
yang menerima suatu keadaan termal. Keadaan ini dapat dialami secara sadar ataupun tidak. Pemikiran ‘suhu netral’ atau suhu tertentu yang sesuai untuk
seseorang dinilai agak kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan konsep yang pasti dan berbeda bagi setiap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal antara lain:
2. Temperatur udara 3. Temperatur radian
4. Kadar kelembapan udara relative 5. Kecepatan angin
4
Parsons, K.C, 2003, Human Thermal Environment London and New York: Taylor Francis Group, hal 257.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Suhu
Udara T
5
Pada umumnya, sistem sistem termoregulasi tubuh manusia selalu mencoba untuk mempertahankan kestabilan suhu internal inti tubuh sekitar
36,1
o
C hingga 37,2
o
C 97
o
F hingga 99
o
F. Suhu inti harus selalu berada dalam interval tersebut untuk menghindari kerusakan terhadap tubuh dan performansi.
Ketika pekerjaan fisik dilakukan, tambahan suhu tubuh akan terjadi. Jika ditambahkan keadaan yang tingkat kelembabannya tinggi terhadap suhu ambient,
maka hasilnya akan mengarah pada kelelahan dan resiko kesehatan. Tubuh manusia mempertahankan keseimbangan panas tersebut dengan
meningkatkan sirkulasi darah ke kulit, karena itu kita berkeringat pada hari panas. Ketika hari dingin, tubuh mereduksi sirkulasi darah ke kulit dan kita akan merasa
sedikit hangat. Tubuh menghasilkan panas melalui metabolisme dan pekerjaan fisik. Untuk menjaga keseimbangan panas internal, tubuh melakukan pertukaran
panas dengan lingkungan dengan empat cara berikut ini. 1. Konveksi
Proses ini tergantung pada perbedaan udara dan suhu kulit. Jika suhu udara lebih panas daripada kulit, maka kulit akan menyerap panas dari udara, yang
dapat dikatakan berarti menambah panas ke tubuh. Akan tetapi, jika suhu udara lebih dingin daripada kulit, maka tubuh akan kehilangan panas.
5
Altwood, Dennis A, et.al., 2004, Ergonomic Solutions for the Process Industries United States: El Sevier, hal 121-122.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : schoolworkhelper.net
Gambar 3.1. Konveksi
2. Konduksi Proses ini berkaitan dengan perbedaan suhu dari kulit dan permukaan yang
mengenai kontak langsung. Contoh, jika menyentuh sesuatu yang panas, maka kulit akan menerima panas dan mungkin akan mengalami luka bakar.
Sumber : schoolworkhelper.net
Gambar 3.2. Konduksi
3. Penguapan Proses ini tergantung pada perbedaan tekanan uap air dari uap kulit dan uap
air pada lingkungan atau kelembaban relatif.
Universitas Sumatera Utara
4. Radiasi Proses ini tergantung pada perbedaan termperatur kulit dengan
permukaan pada lingkungan. Contoh, berdiri di bawah pancaran sinar matahari akan membuat kita menerima radiasi dari matahari.
Dari suatu penelitian dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat paling tinggi pada suhu sekitar 24
o
C sampai dengan 27
o
C.
Sumber : schoolworkhelper.net
Gambar 3.3. Radiasi
Effective Temperature ET
didefinisikan sebagai suhu tetap atau jenuh dengan tidak adanya radiasi, menghasilkan efek yang sama seperti atmosfer.
Dengan demikian menggabungkan pengaruh suhu udara kering dan kelembaban.
Adapun formula untuk menghitung ET Effective Temperature adalah: dalam
o
C ........................1 Dimana :
DBT : Dry Bulb Temperature
o
C RH : Kelembaban udara RH
Universitas Sumatera Utara
3.3. Kecepatan Udara v