Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa dengan Hasil Belajar IPS (di SMP Dua Mei Ciputat)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)

Oleh:

RIA KURNIAWATI

105015000649

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

JAKARTA


(2)

Nama : RIA KURNIAWATI NIM : 105015000649

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Judul skripsi : Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penulis dan belum pernah diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis dalam skripsi ini belum pernah terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber acuan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam fote note dan daftar pustaka. Demikian pernyataan ini dibuat, apabila terbukti bahwa pernyataan ini telah benar, maka sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Jakarta, Mei 2010 Yang Membuat


(3)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 16 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana starata S1 (S.Pd.) dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Jakarta, 16 Juni 2010 Panitian Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan Drs. H. Nurochim, MM.,

NIP. 1959071519840310003 16 Juni 2010

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Iwan Purwanto, M.Pd

NIP. 19730424 2008011012 16 Juni 2010

Penguji I

Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA

NIP. 19471141 98510110 16 Juni 2010

Penguji II

Dra. Ulfah Fajarini, M.Si

NIP. 19670828199303 2 006 16 Juni 2010

Mengetahui,

Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA 1957100519 87031003


(4)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh: Ria Kurniawati NIM: 105015000649

Di bawah Bimbingan

Drs. H. Syaripulloh, M. Si NIP. 150.389 364

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(5)

NIM : 105015000649

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Judul skripsi : Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB Judul dan Halaman Buku Paraf Pembimbing

BAB I 1. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, h. 89.

2. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, hal. 2

3. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, h. 15.

4. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, h. 14.

5. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, h. 89.

6. Sadirman, A.M., Interaksi dan Motivasi belajar- mengajar, h. 1

7. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 54.

8. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 55.

9. Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, h. 151.

10. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 55.

11. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 62.

BAB II 1. Prof. Zahara Idris MA., Dasar- dasar Kependidikan, h. 70.

2. Dra. Elly M. Setiadi, M.Si., et al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, h. 90.

3. Dr. Basrowi, M.S., Pengantar Sosiologi, h. 137. 4.

http://definisi.net/index.php?category=Definisi-Sosial

5. Drs. H. Dadang Supardan, M. Pd. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, h. 27.


(6)

Com/2008/02/06/bidang-kajian- sosiologi- dan- interaksi- sosial/

8. Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 57

9. Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 57.

10. Drs. H. Dadang Supardan, M. Pd. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, h. 140.

11. Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), h. 65.

12. Drs. M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, M.Si,

Mengerti Sosiologi Pengantar untuk Memahami Konsep- konsep Dasar, h. 52.

13. J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, h. 20.

14. Hadziq Sholeh, SMA Muhammadiyah Lasem, h. 52.

15. Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 57.

16. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 62.

17. Drs. Ng. Philipus, M.Si. dan Dr. Nurul Aini, M.S., Sosiologi dan Politik, h. 22.

18. Dr. Basrowi, M.S., Pengantar Sosiologi, h. 138- 139.

19. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 58- 60.

20. Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 58- 59.

21. Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, h. 154- 155.

22. Dra. Elly M. Setiadi, M.Si., et al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, h. 94- 95.

23. J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, h. 16.

24. Dr. Basrowi, M.S., Pengantar Sosiologi, h. 139- 143.

25. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, h. 11.

26. Sadirman, A.M., Interaksi dan Motivasi belajar- mengajar, h. 7


(7)

29. Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 58.

30. Dra. Elly M. Setiadi, M.Si., et al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, h. 92- 93.

31. Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), h. 66- 73.

32. Dr. Basrowi, M.S., Pengantar Sosiologi, h. 143- 145.

33. Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, h.129.

34. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, h. 2.

35. Subiyantoro, SMA Muhammadiyah 3 Surakarta, h. 77.

36. Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, h. 27.

37. Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar, h. 150.

38. Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. , Psikologi Pendidikan, h. 85.

39. Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, h. 66.

40. Nurdin Ibrahim, Hubungan Tempat Tutorial Tatap Muka dengan Hasil Belajar Siswa SLTP T, h. 48.

41. Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, h. 205. 42. Drs. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi

Anak Berkesulitan Belajar, h. 28. 43. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi

Pembelajaran, h. 15

44. Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar, h. 153- 154.

45. Nurdin Ibrahim, Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer, (Jurnal Pendidikan dan Kebudyaan, Vol. 15, No. 1, Januari 2009), h. 111.

46. Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, h. 2. 47. Dra. H. Sapriya., et al. Pembelajaran dan

Evaluasi Hasil Belajar IPS, h. 3.

48. Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, h. 54.


(8)

51. Prof. Dr. H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan pembelajaran, h. 103- 104.

52. Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, h. 74

53. Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, h. 221. 54. Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Psikologi

Pendidikan, h. 102.

55. Drs. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, h. 39- 40.

BAB III 1. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h. 1. 2. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.39. 3. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.38. 4. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.39. 5. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.40. 6. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.90. 7. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.91. 8. Sanapiah Faisal, Format- format Penelitian

Sosial, h. 51- 53.

9. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 206.

Mengetahui dosen pembimbing

Drs. H. Syaripulloh, M. Si NIP. 150.389 364


(9)

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW., beserta keluarga dan para sahabatnya.

Laporan hasil penelitian (Skripsi) ini dengan judul Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) penulis buat, dan sampaikan sebagai kewajiban dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana strata (S.Pd.) pada jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan hasil penelitian sampai selesai, terutama kepada:

1. Allah SWT., satu-satunya motivator dan sumber inspirator penulis dalam membuat laporan penelitian ini,

2. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

4. Bapak Drs. H. Nurochim, MM., selaku ketua jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial beserta staf jurusan yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi,

5. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu selama proses bimbingan serta memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi,

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis berada dalam perkuliahan,

7. Selanjutnya, penulis layak mengucapkan rasa terima kasih kepada Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakaan Lembaga


(10)

yang dengan senang hati mengizinkan penelitian di sekolah yang beliau pimpin,

9. Bapak Saptono, S.Pd. selaku wakil kepala sekolah sekaligus menjabat sebagai guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Bapak Ahmad Murtarsyidin selaku kepala Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat serta siswa-siswi SMP Dua Mei Ciputat, yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data sehingga skripsi ini dapat terselesaikan,

10.Ucapan terimakasih yang tak terhingga, penulis haturkan rasa hormat dan kasih sayang kepada kedua orang tua penulis, yang telah membesarkan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil yang tak terhitung nilainya. Tak akan cukup kata untuk melukiskan jasa dan kasih sayang yang telah diberikan oleh mama dan papa selama ini, semoga Allah SWT., senantiasa membalas semua jasa-jasa mama dan papa. Amin,,,

11.Teman-teman penulis, IPS angkatan 2005, dan teman-teman lain baik di kosan maupun di rumah yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga ukhuwah persahabatan kita akan tetap abadi selamanya,

12.Yang tersayang,,, yang selalu ada dihati penulis, yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini,

13.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya namun tidak mengurangi sedikitpun rasa penghormatan dan terimakasih penulis, semoga menjadi ajang silaturrahim dikemudian hari.

Akhirnya dengan sujud kepada Allah SWT., penulis berdoa semoga Allah SWT., membalas amal baik mereka dan selalu melimpahkan rahmat dan inayahnya atas kebaikan yang mereka lakukan. Amin . . . .

Jakarta, Mei 2010

Penulis


(11)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAKS... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 7

1. Interaksi Sosial ... 7

a. Pengertian Interaksi Sosial... 7

b. Syarat-syarat Interaksi Sosial... 11

c. Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial ... 17

2. Hakikat Hasil Belajar ... 21

a. Pengertian Hasil Belajar... 21

b. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 25

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 33

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Pengolahan Data ... 37

H. Teknik Analisa Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 41

B. Deskripsi Data... 53

C. Analisa Data ... 69

D. Interpretasi Data ... 69

E. Keterbatasan Penelitian... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran-Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 78


(13)

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen ... 36

Tabel 4.1 Data Jumlah Guru Dan Statusnya ... 43

Tabel 4.2 Data Jumlah Kelas Dan Rombel, Dan Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010... 44

Tabel 4.3 Sarana Dan Prasarana SMP Dua Mei Ciputat... 44

Tabel 4.4 Penghitungan Uji Coba Instrumen 1 ... 46

Tabel 4.5 Penghitungan Uji Coba Instrumen 2 ... 50

Tabel 4.6 Daftar Skor Interaksi Sosial Antar Siswa ... 51

Tabel 4.7 Ketika Bertemu Dengan Teman Yang Menyapa Kamu Di sekolah, Kamu Akan Membalasnya Dengan Sapaan... 54

Tabel 4.8 Membina Hubungan Baik Dengan Teman Di Sekolah... 54

Tabel 4.9 Bergaul Dengan Teman-Teman Di Sekolah Sangat Menyenangkan ... 54

Tabel 4.10 Lebih Senang Berbicara Dengan Teman-Teman Ketika Sedang Istirahat Daripada Berdiam Diri Di kelas... 55

Tabel 4.11 Menghubungi Teman Ketika Tidak Masuk Sekolah Untuk Menanyakan Pelajaran ... 55

Tabel 4.12 Pada Saat Belajar Kelompok, Lebih Suka Mengemukakan Pendapat ... 56

Tabel 4.13 Akan Sedih, Apabila Teman Tidak Naik Kelas ... 56

Tabel 4.14 Senang Bila Mengerjakan Tugas Bersama Teman-Teman Daripada Sendiri ... 56

Tabel 4.15 Lebih Suka Ke sekolah Bersama Teman- Teman ... 57

Tabel 4.16 Ketika Mempunyai Masalah Dengan Teman Disekolah, Akan Langsung Membicaranya ... 57

Tabel 4.17 Memberi Kabar Kepada Teman, Jika Tidak Masuk Sekolah Karena Sakit atau Izin ... 58 Tabel 4.18 Bertanya Kepada Teman, Ketika Ada Materi Yang Belum


(14)

Tabel 4.21 Lebih Suka Ke Perpustakaan Bersama Teman-Teman ... 59 Tabel 4.22 Setelah Bertanya Kepada Teman, Menjadi Lebih Mengerti

Pelajaran Yang Dipelajari ... 60 Tabel 4.23 Jika Teman Meminta Bantuan, Kamu Akan Senang Hati

Membantunya... 60 Tabel 4.24 Belajar Kelompok Dapat Meningkatkan Nilai... 60 Tabel 4.25 Memperhatikan Dengan Baik, Jika Teman sedang Berbicara ... 61 Tabel 4.26 Jika Ada Teman Yang Putus Asa, Maka Akan

Memberinya Semangat ... 61 Tabel 4.27 Skor Jawaban Interaksi Sosial Antar Siswa Di SMP Dua Mei

Ciputat ... 62 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Variabel X ... 63 Tabel 4.29 Skor Hasil Belajar IPS Siswa-siswi SMP Dua Mei Ciputat

Semester 1 Tahun Ajaran 2009-2010... 65 Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 66 Tabel 4.31 Skor Jawaban Tentang Hubungan Interaksi Sosial Dengan Hasil

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Dua Mei Ciputat ... 67 Tabel 4.32 Perhitungan Memperoleh Data Indeks Korelasi Variabel X

(Interaksi Sosial Antar Siswa) dan Y (Hasil Belajar IPS)... 68 Tabel 4.33 Rangkuman Tabel Nilai Koefisien “r” Product Moment dari

Pearson ... 71


(15)

Kerangka Berfikir ... 31


(16)

Lampiran 1 Angket Untuk Siswa ... 78 Lampiran 2 Nukilan Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari

Pearson Untuk Berbagai df ... 82


(17)

ix

Hasil Belajar IPS”. ( dibimbing oleh Drs. H. Syaripulloh, M. Si).

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah melalui kualitas dari hasil belajar siswa, serta kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Keberhasilan siswa dalam belajar didukung oleh adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti kondisi fisik, panca indera, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognisi. Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan dalam bentuk interaksi sosial antar siswa di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar IPS. Penelitian ini bersifat desktiptif analistis dengan populasinya adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP Dua Mei Ciputat. Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel bebas adalah interaksi sosial siswa dan variabel terikat adalah hasil belajar IPS. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sekunder dengan teknik pengumpualn data melalui angket dan dokumentasi yang diolah untuk diambil kesimpulan. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan teknik statistik korelasional product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ternyata mempunyai hubungan yang cukup signifikan, karena hubungan antara keduanya berada pada nilai 0,473. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan

r

xy = 0,473 yang berada pada rentang 0,40 – 0,70

yang menunjukkan adanya korelasi yang sedang atau cukupan. Hal ini ditunjukkan pula dengan hasil penelitian pada taraf signifikansi 5% yang menyatakan bahwa

r

tabel taraf signifikansi 5% sebesar 0,304, sedangkan pada taraf

signifikansi 1% diperoleh

r

tabel sebesar 0,393. Ternyata

r

xy atau

r

o (yang besarnya

= 0,473) adalah jauh lebih besar daripada

r

tabel (yang besarnya 0,304 dan 0,393).

Karena

r

o lebih besar daripada

r

tabel, maka Hipotesis Nol Ditolak. Berarti terdapat


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah diketahui bahwa belajar merupakan ciri paling mendasar yang membedakan dari makhluk hidup yang lain. Belajar juga merupakan kebutuhan setiap manusia karena dengan belajar dapat mencerdaskan kehidupan manusia. Melalui belajar seluruh kemampuan yang dimiliki oleh individu sebagai siswa dapat tergali bahkan dapat ditingkatkan. Dengan menggali kemampuan yang dimiliki oleh individu maka kesejahteraan suatu bangsa dan Negara Indonesia dapat ditingkatkan karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penunjang kesejahteraan suatu bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu, dengan belajar siswa dapat memperoleh kecakapan, sikap, nilai, dan keterampilan dalam bergaul dengan orang lain.

"Menurut Muhibbin Syah, sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran".1

Sebagaimana yang telah dikemukakan Slameto (2003) merumuskan “belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 89.


(19)

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.2

Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya merupakan suatu proses kegiatan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari bodoh menjadi pandai yang terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya. Untuk itu, agar siswa dapat meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, maka siswa harus melakukan suatu proses yang dinamakan belajar.

Dalam proses belajar seorang siswa berusaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan belajar. “Menurut Hamalik (2005) tujuan belajar adalah sejumlah yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa”.3

Belajar dapat dilakukan secara terus menerus sepanjang masa dimulai dalam masa kecil sampai usia dewasa baik secara informal (keluarga), formal (SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA), maupun nonformal (kursus-kursus). Secara formal belajar merupakan suatu proses dari seorang siswa yang berusaha untuk mencapai tujuan belajar atau yang sering disebut dengan hasil belajar.

“Menurut Abdurrahman (1999) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.4

Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan hasil belajar, itu bergantung pada proses belajar yang dialami untuk siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Proses perubahan tingkah laku dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan antara guru dengan murid, tetapi juga ditentukan oleh interaksi sosial antar siswa dengan siswa di dalam kelas. Oleh karena itu dalam belajar perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu sebagai berikut:

2

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008), cet. 1, hal. 2.

3

Asep Jihad dan Abdul Haris, EvaluasiPembelajaran, H. 15.

4


(20)

1. Internal/dalam, yakni:

a. Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.

b. Psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognisi.

2. Eksternal/luar, yakni:

a. Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial.

b. Instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi dan manajemen.5

Salah satu contoh dari faktor eksternal adalah lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini bukan saja terdiri dari lingkungan alam, akan tetapi lingkungan sosial. Bahkan lingkungan sosial inilah yang lebih mempengaruhi aktifitas siswa dalam belajar.

”Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja”.6

”Kimball Young dan Raymond, W. Mack, 1959 dalam bukunya Soerjono Soekanto mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama”.7

”Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama

5

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 89.

6

Sadirman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1990), Ed. 1, Cet. 3, h. 1

7

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 54.


(21)

terjadinya aktivitas-aktivitas sosial”.8

”Proses sosial, merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di mana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai atau tujuan tertentu”.9

”Menurut Gillin dan Gillin, 1954 dalam bukunya Soerjono Soekanto interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”.10

”Unsur yang paling penting dalam proses interaksi sosial adalah kontak dan komunikasi. Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat dibagi terhadap suatu kehidupan yang terasing. Kehidupan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Padahal, seperti diketahui, perkembangan jiwa seseorang banyak ditentukan oleh pergaulannya dengan orang-orang lain”.11

Jadi, dapat disimpulkan bahwa seorang individu sebagai makhluk sosial tidak luput dari kodratnya bahwa individu harus bergaul dengan orang lain karena seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan sangat tergantung pada individu lain. Oleh karena itu, seorang individu dalam kehidupan sehari-hari harus berinteraksi sosial dengan orang lain.

Bagi siswa di kelas, konsep interkasi sosial merupakan konsep penting untuk dipahami, karena pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak lepas dari interaksi sosial, baik interaksi dengan guru maupun dengan sesama teman. Istilah interaksi sosial yang dimaksud dalam pembahasan ini merupakan

8

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 55.

9

Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. 1, h. 151.

10

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 55.

11


(22)

hubungan timbal balik antara siswa dengan siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku dalam belajar. Oleh karena itu, siswa tersebut termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar diantara siswa. Sehingga dalam proses interaksi sosial antar siswa akan timbul sikap saling memacu antar siswa menjadi lebih giat dalam belajar, dan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar.

Hal ini menjadi sebuah fenomena yang menarik bagi penulis untuk diteliti, sehingga penulis akan meneliti dalam bentuk skripsi berjudul Hubungan Interaksi Sosial Antar Siswa Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Interaksi sosial antar siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Interaksi sosial antar siswa di kelas dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

3. Interaksi sosial antar siswa akan timbul sikap saling memacu antar siswa menjadi lebih giat dalam belajar, dan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

C. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini hanya membatasi pada:

1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Dua Mei Ciputat yaitu siswa kelas tujuh (VII) berjumlah 2 rombel dan kelas delapan (VIII) berjumlah 2 rombel.

2. Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini bertemunya individu perindividu dengan kelompok yang saling berhubungan yaitu siswa dengan siswa dalam bergaul dengan teman sekelasnya, dalam belajar.


(23)

dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam jenjang pendidikan. Dan tingkat kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), setelah melalui proses belajar dalam periode tertentu dinamakan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah ”Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Dua Mei Ciputat?”.

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data, fakta yang valid, dan dapat terpercaya untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi peneliti: sebagai bahan pengetahuan lebih lanjut tentang hubungan interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

b. Bagi para pendidik atau guru: memberikan informasi kepada guru agar lebih memperhatikan interaksi sosial antar siswa sehingga hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lebih baik.

c. Bagi pemimpin sekolah: memberikan informasi kepada pihak sekolah untuk meningkatkan proses belajar dalam upaya mencapai hasil yang maksimal.

d. Bagi siswa-siswi: dengan interaksi sosial antar siswa dapat memacu siswa untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).


(24)

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, berikut ini dapatlah di angkat beberapa teori yang menunjang untuk menjawab permasalahan yang ada untuk mempermudah melakukan penelitian ini.

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Sebelum mengemukakan tentang interaksi sosial, penulis akan menyinggung sedikit tentang pengertian interaksi dan sosial. “Interaksi terdiri terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi, interaksi adalah kegiatan timbal balik”.1

“Menurut Elly M. Setiadi interaksi adalah proses di mana orang- orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan”.2

“Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, di mana satu kelompok dipengaruhi

1

Prof. Zahara Idris MA., Dasar- dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 1982), h. 70.

2

Dra. Elly M. Setiadi, M.Si., et al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 90.


(25)

tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian, ia mempengaruhi tingkah laku orang lain”.3

“Definisi sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain”.4

“Menurut Soekanto (1986: 11), apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat”.5

Menurut Charles P. loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:6

1) Jumlah pelakunya dua orang atau lebih

2) Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang

3) Adanya suatu demensi waktu yang meliputi, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang

4) Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara dua orang atau lebih dalam kehidupan sosial.

Berikut ini adalah pengertian interaksi sosial menurut para ahli: “Menurut Bonner bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya”.7

“Interaksi sosial menurut Young adalah kontak timbal balik antar dua orang atau lebih”.8

Sedangkan Dadang Supardan, dalam bukunya Poepenoe, 1983: 104 dan Soekanto, 1993: 247 mengatakan bahwa “interaksi sosial adalah

3

Dr. Basrowi, M.S., Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) Cet. 1, h. 137.

4

Drs. H. Dadang Supardan, M. Pd. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet 1, h. 27.

5 http://definisi.net/index.php?category=Definisi-Sosial 6

http://massofa. Wordpress. Com/2008/02/06/bidang-kajian- sosiologi- dan- interaksi- sosial/

7

Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), Cet. I, h. 57.

8


(26)

proses sosial yang menyangkut hubungan timbal balik antarpribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok”.9

“Menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik”.10

“Menurut Amin Nurdin dan Ahmad Abrori secara definitif, interaksi sosial sendiri berarti adanya hubungan dua orang atau lebih yang berperilaku atau tindakannya direspon oleh yang lain”.11

“Menurut J. Dwi Narwoko interaksi sosial adalah proses di mana antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan yang lain”.12

“Menurut Hadziq Sholeh interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau sebaliknya dan kelompok dengan kelompok dalam masyarakat”.13

“Menurut Yusron Razak interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antar perseorangan, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya”.14

“Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok”.15

9

Drs. H. Dadang Supardan, M. Pd. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, h. 140.

10

Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 1978), Ed. IV, h. 65.

11

Drs. M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, M.Si, Mengerti Sosiologi Pengantar untuk Memahami Konsep- konsep Dasar, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet 1, h. 52.

12

J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. 1, h. 20.

13

Hadziq Sholeh, SMA Muhammadiyah Lasem, (Widyatama, Vol. 5 No. 1, Maret 2008), h. 52.

14

Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 57.

15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 62.


(27)

“Menurut Ng. Philipus dan Nurul Aini interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok sosial yang lain”.16

“Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian, dan sejenisnya. Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat”.17

Pada dasarnya pengertian interaksi sosial yang dikemukakan oleh para tokoh di atas tersebut tidak ada yang salah, karena masing-masing tokoh tersebut mempunyai pemikiran yang berbeda-beda mengenai pengertian interaksi sosial.

Jadi, menurut uraian beberapa teori yang telah diuraikan di atas bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih baik secara langsung ataupun secara tidak langsung saling mempengaruhi dan merespons antara satu dengan yang lain dalam berbagai kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang terjadi anatara individu dengan lingkungnnya dan individu dengan dirinya sendiri. Dimana perilaku seseorang tidak hanya mempengaruhi lingkungnnya, tetapi juga dapat mempengaruhi individu yang bersangkutan.

16

Drs. Ng. Philipus, M.Si. dan Dr. Nurul Aini, M.S., Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006), Ed. 1, h. 22.

17


(28)

b. Syarat- syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Faktor-faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan pada Hukum, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:18

1). Adanya kontak sosial (social-contact); 2). Adanya komunikasi.

Menurut Kingsley Davis dalam Soejono Soekanto, kata kontak berasal dari bahasa Latin con dan cum (yang artinya bersama-sama) dan

tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat, dan seterusnya, yang tidak memerlukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.

Ini berarti bahwa interaksi sosial tidak akan tercipta hanya dengan bertemunya orang perorangan secara badaniah semata, melainkan interaksi sosial baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara, seperti telepon, telegraf, radio, dan seterusnya.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,

gerak-18


(29)

gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Menurut Yusran Razak interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu:19

1) Adanya Kontak Sosial (Sosial Contact)

Kata kontak berasal dari bahasa latin, yaitu con atau cum

(bersama-sama) dan tango (menyentuh) jadi artinya bersama-sama menyentuh. Kontak sosial mempunyai sifat. Yang pertama bersifat primer, artinya terjadi apabila hubungan diadakan secara langsung yang berhadapan muka. Yang kedua bersifat sekunder artinya suatu kontak memerlukan suatu perantara. Kontak sosial dapat terjadi melalui dua cara. Cara pertama adalah verbal/gestural, yaitu kontak yang terjadi melalui saling menyapa, saling berbicara, dan berjabat tangan. Cara kedua kata atau bahasa melainkan dengan adanya isyarat. Misalnya adalah bau keringat, bau minyak wangi, lambaian tangan dan sebagainya.

2) Adanya Komunikasi (Communication)

Arti terpenting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Tafsiran tersebut dapat berwujud melalui pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Menurut Abdulsyani dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.20 1) Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan

19

Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 58- 59.

20

Abdulsyani, Sosiologi Skematika; Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. 1, h. 154- 155.


(30)

masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat, sebagai perantara; misalnya; melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain. Sedangkan kontak sosial secara langsung, adalah kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog di antara kedua belah pihak tersebut. Yang paling penting dalam interaksi sosial tersebut adalah saling mengerti antara kedua belah pihak; sedangkan kontak badaniah bukan lagi merupakan syarat utama dalam kontak sosial, oleh karena hubungan demikian belum tentu terdapat saling pengertian. Kontak sosial terjadi tidak semata-mata oleh karena adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi syarat pokok kontak sosial, yaitu reaksi (tanggapan) dari pihak lain sebagai lawan kontak sosial.

Dalam kontak sosial, dapat terjadi hubungan yang positif dan hubungan negatif. Kontak sosial positif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian, disamping menguntungkan masing-masing pihak tersebut, sehingga biasanya hubungan dapat berlangsung lebih lama, atau mungkin dapat berulang- ulang dan mengarah pada suatu kerja sama. Sedangkan kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin merugikan, masing-masing atau salah satu, sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau perselisihan.

2) Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses sosial. Komunikasi sosial mengandung pengertian persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu.

Menurut Elly M. Setiadi untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syarat-syarat yang harus ada, yaitu:21

21


(31)

1). Adanya Kontak Sosial (Social contact)

Kata kontak berasal dari bahasa Latin “con” yang artinya bersama-sama dan “tanga” yang berarti menyentuh”. Jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui surat, dan sebagainya.

Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat negatif dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.

2). Adanya Komunikasi

Seseorang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan-perasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak-gerik badan, atau sikap tertentu.

Menurut J. Dwi Narwoko secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya suatu kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perikelakuan orang lain.22

Menurut Basrowi dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.23

22

J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. 1, h. 16.

23


(32)

1) Kontak Sosial

Istilah kontak sosial berasal dari kata Latin, yaitu crun atau

con, yang berarti ‘bersama-sama’ dan tangere yang berarti ‘menyentuh’. Secara harfiah, kontak berarti bersama-sama menyentuh, tetapi dalam pengertian sosiologis, kontak tidak selalu berarti sentuhan fisik. Sebagai gejala sosial, orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa sentuhan fisik, misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon, surat, dan sebagainya. Kontak sosial memiliki makna bagi si pelaku dan si penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi.

Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya, kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara, misalnya telepon, radio, dan seterusnya.

2) Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari perilaku pihak lain. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain, seseorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain itu.

Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik ataupun perasaan. Selanjutnya, dari sini timbul sikap dan ungkapan perasaan, seperti senang, ragu-ragu, takut atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang merupakan reaksi atas peran (message) yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi.

Dalam interaksi sosial antar siswa jika dikaitkan dengan komunikasi sebenarnya merupakan hubungan timbal balik antar siswa yang satu dengan siswa yang lain, untuk mencapai tujuan belajar. Karena tujuan dari komunikasi dan interaksi itu pada dasarnya untuk mencapai tujuan bersama.


(33)

Komunikasi menurut Suherman (1992) didefinisikan sebagai proses di mana para partisipan/siswa menciptakan dan saling berbagi informasi satu sama lain guna mencapai pengertian timbal balik.24

Dari pengertian tersebut komunikasi dalam proses belajar melibatkan dua individu antara siswa dengan siswa saat proses belajar sedang berlangsung.

Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan

dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah

pesan (message). Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan

pesan itu perlu adanya media atau saluran (channel). Jadi, unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah: komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media. Begitu juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lain, empat unsur untuk terjadinya proses komunikasi itu akan selalu ada.25

Komunikator sebagai penyampai pesan perlu menyampaikan pesan dengan baik agar pesan dapat dimengerti oleh penerima pesan atau komunikan. Oleh karena itu komunikasi dapat berlangsung searah dan juga dapat berlangsung dua arah. Komunikasi berlangsung searah bila dalam proses komunikasi itu tidak ada umpan balik dari komunikan kepada komunikator. Sedangkan komunikasi dua arah adalah komunikasi yang menempatkan komunikan lebih aktif, dalam arti komunikan dapat atau perlu memberikan tanggapan sebagai umpan balik tentang pesan yang diterima dari komunikator.26

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan komunikasi searah, karena dalam proses komunikasi dua arah baik orang yang menyampaikan

24

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008 ), cet. 1, h. 11.

25

Sadirman, A.M., Interaksi dan Motivasi belajar- mengajar, (Jakarta: Rajawali,1990), Ed. 1, Cet. 3, h. 7

26


(34)

pesan atau yang disebut juga dengan komunikator, atau orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator atau yang disebut juga dengan komunikan saling memberikan umpan balik (feedback) sehingga kedua belah pihak saling aktif dalam proses komunikasi.

Jadi, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial melalui dua cara, yaitu kontak dan komunikasi. Kontak adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling memberi respons dari pihak lain sebagai lawan kontak sosial dalam kehidupan masyarakat. Kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh, akan tetapi orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik. Sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian berupa informasi-informasi atau pengetahuan dari penyampai atau komunikator kepada penerima atau komunikan.

Maka berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa syarat-syarat terjadinya interaksi sosial sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Secara global bahwa kontak dan komunikasi sosial mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Dengan demikian jika dikaitkan dengan interaksi sosial, kontak tanpa komunikasi, tidak mungkin menimbulkan hubungan. Jadi, kontak dan komunikasi merupakan syarat mutlak terbentuknya timbal balik atau interaksi.

c. Faktor-faktor yang Mendasari Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Apabila masing- masing ditinjau secara lebih mendalam, faktor imitasi misalnya, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian


(35)

diterima oleh pihak lain. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya.27

Menurut Yusran Razak reaksi yang menandai berlangsungnya interaksi sosial berupa: (i) imitasi yaitu proses peniruan sesuatu; (ii) sugesti, yaitu memberi pandangan terhadap orang lain sehingga diterima oleh pihak lain; dan (iii) identifikasi, yaitu kecenderungan keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama atau identik dengan pihak lain.28

Menurut Elly M. Setiadi faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu:29

1) Faktor Imitasi

Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. 2) Faktor Sugesti

Yang dimaksud sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena dalam psikologi sugesti dibedakan adanya.

a) Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya sendiri.

b) Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

27

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar h. 57- 58.

28

Yusron Razak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 58.

29


(36)

3) Faktor Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Di sini dapat mengetahui, bahwa hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi.

4) Faktor Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.

Menurut Bimo Walgito faktor yang mendasari perilaku dalam interaksi sosial antara lain:30

1). Faktor Imitasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. 2). Faktor Sugesti. Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis,

baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Karena itu sugesti dapat dibedakan menjadi auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan, dan hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

3). Faktor Identifikasi. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

4). Faktor Simpati. Simpati merupakan perasaan tertarik kepada orang lain.

Sementara itu, menurut Sitorus (2000), berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri, secara terpisah ataupun saling berkaitan.

1) Imitasi

Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk

30


(37)

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreativitas seseorang.

2) Sugesti

Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran tersebut tergugah secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya.

3) Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi lebih mendalam dari imitasi, karena dengan identifikasi, seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain, “mengidentikkan” dirinya dengan orang lain, bahkan menerima kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri. 4) Simpati

Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.

Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi, yakni kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah, bahwa di dalam simpati, perasaan memegang peranan penting, walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status atau kedudukan. Sedangkan identifikasi didorong oleh keinginan untuk menjadi “sama” dengan pihak lain yang dianggap mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang layak ditiru. Proses simpati akan dapat berkembang kalau terdapat faktor saling mengerti.31

31


(38)

Jadi, proses interaksi sosial dipengaruhi oleh imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Imitasi merupakan tindakan yang meniru sikap maupun tingkah laku orang lain, sugesti merupakan suatu pendapat, pandangan, dan sikap yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan diterima oleh orang lain tersebut, identifikasi merupakan keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain, simpati merupakan ikut merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh orang lain.

Maka dapat disimpulkan dari proses interaksi sosial didasari oleh berbagai faktor, seperti imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Masing- masing bentuk interaksi di atas dapat berjalan sendiri-sendiri tetapi dapat pula satu sama lain saling berkaitan bahkan saling mempengaruhi.

2. Hakikat Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Dalam pembahasan tentang hasil belajar, perlu diuraikan tentang pengertian hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar terdiri dari dua suku kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada sesuatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.32

Sedangkan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang diharapkan dari proses belajar disebut hasil belajar. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui satu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam individu merupakan dalam arti belajar. Misalnya perubahan fisik,

32


(39)

perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk dalam pengertian belajar.

Sejalan dengan uraian yang telah diuraikan di atas, maka akan diuraikan pengertian belajar menurut John Dewey belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya.33

Sedangkan menurut Uzer Usman (1993:4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 34

Suatu aktifitas pembelajaran dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran telah dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar yang beranekaragam.

Menurut Sarlito W. Sarwono belajar, berarti mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan.35

Menurut Winkel (1999: 53) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.36

Hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang berupa penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dicapai peserta didik sebagai hasil dari terlihat melalui hasil raport berupa angka-angka, sedangkan sikap dapat teraktualisasikan melalui kepekaannya terhadap kejadian yang terjadi disekitarnya, begitupun dalam hal keterampilan.

Sedangkan belajar menurut Ngalim Purwanto belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.37

33

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, h. 2.

34

Subiyantoro, SMA Muhammadiyah 3 Surakarta, (Widyatama, Vol. 5, No. 1, Maret 2008), h. 77.

35

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. ke- 9, h. 27.

36

Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar, (Teknodik, no. 16, 2005), h. 150.

37

Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004 ), Cet. ke- 5, h. 85.


(40)

Menurut Cronbach belajar dalam pengertian yang lebih luas mengacu kepada akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pengalaman, baik secara langsung maupun secara simbolik, terhadap tingkah laku berikutnya.38

Sedangkan menurut Gagne (1977: 3) berpendapat belajar ialah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru.39

Menurut Abdul Rahman Shaleh belajar (learning) sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.40

Menurut Mulyono Abdurrahman belajar merupakan suatu proses dari seseorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.41

Belajar dapat dipandang dan dipahami sebagai perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan-kecakapan diri individu, atau yang lebih baik. Oleh karena itu, belajar merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang untuk merubah bentuk perilaku ke arah yang lebih baik dan diharapkan perubahan itu relatif menetap di dalam diri individu.

Sehubungan dengan pengertian diatas menurut Julaih (2004) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Sedangkan menurut Hamalik (2003) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.42

38

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), cet. 4, h. 66.

39

Nurdin Ibrahim, Hubungan Tempat Tutorial Tatap Muka dengan Hasil Belajar Siswa SLTP T, (Teknodik, No. 12, 2003), h. 48.

40

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi; Suatu Pengantar dalam Prespektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1, h. 205.

41

Drs. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), Cet. 1, h. 28.

42


(41)

Perubahan tingkah laku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar berupa domain kognitif, afektif, atau psikomotorik. Pada belajar kognitif, proses mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (affective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric).43

Sementara itu Bloom dengan kawan-kawannya sebagaimana dikutip oleh Degeng (1989: 176- 177), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 (tiga) domain atau ranah, yaitu “ranah kognitif, psikomotorik, dan sikap. Ranah kognitif, menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual, ranah psikomotorik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik; dan ranah sikap berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi”.44

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang menyebabkan perubahan tingkah laku setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam proses belajar mengajar. Perubahan tingkah laku itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Berdasarkan uraian beberapa teori di atas tentang hasil belajar, maka dapat dibuat suatu definisi konseptual hasil belajar sebagai suatu kesimpulan. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh siswa setelah belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dikarenakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan belajar. Hasil

43

Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar, h. 153- 154.

44

Nurdin Ibrahim, Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer, (Jurnal Pendidikan dan Kebudyaan, Vol. 15, No. 1, Januari 2009), h. 111.


(42)

belajar dapat dilihat dari bentuk nilai raport berupa angka-angka yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam periode tertentu.

b. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Ali Amran Udin yang dikutip oleh Drs. Abu Ahmadi,dkk mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary school).45

Ada juga yang menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan.46

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai ketingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya yang berkaitan dengan kehidupan sosial individu di masyarakat pada umumnya.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam penelitian ini dilihat dari nilai raport yang merupakan gambaran kemampuan dalam memahami dan menguasai terhadap mata pelajaran.

Jadi, hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan tingkat kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), setelah melalui proses belajar dalam periode tertentu.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang diharapkan dari proses belajar disebut hasil

45

Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2003), Cet. 4, h. 2.

46

Dra. H. Sapriya., et al. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), Cet. 1, h. 3.


(43)

belajar. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui satu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Tinggi rendahnya hasil belajar tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Muhibbin Syah secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam:47

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Menurut Sumardi Suryabrata, banyak sekali jenis-jenis yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya sebagai berikut:48

1). Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa

overlapping tetap ada, yaitu: a) Faktor-faktor nonsosial, dan b) Faktor-faktor sosial,

2). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

a). Faktor-faktor fisiologis, dan

47

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pedekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008 ), h. 132.

48

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 5, Cet.13 h. 233.


(44)

b). Faktor-faktor psikologis.

Menurut Aminuddin Rasyad faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, adalah: faktor dari dalam diri dan faktor yang datang dari luar diri dan disebut juga faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian, ketenangan jiwa di waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita, kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indra dalam belajar. Dengan kata lain alat-alat indra berfungsi dengan baik atau sebaliknya seperti mata sakit, pendengarannya terganggu dan lain-lain.

Faktor eksogen yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik antara lain seperti keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca, letak sekolah (di tempat yang ramai/tidak), faktor interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan pendidikannya. Faktor eksogen lainnya yang dapat disebutkan adalah alat-alat belajar yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar (seperti media pendidikan, metodelogi mengajar yang digunakan, buku-buku yang dipakai).49

Menurut Gagne pengelompokkan faktor yang mempengaruhi belajar kedalam dua bagian, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal; dan keduanya mempunyai pengaruh timbal-balik terhadap belajar. Selanjutnya dikatakan, faktor-faktor ekstrenal tidak dapat mendesakkan pengaruh-pengaruhnya tanpa hadirnya keadaan-keadaan tertentu pada diri pelajar yang berasal dari motivasi dan belajar serta perkembangan sebelumnya. Kapabilitas internalnya juga tak dapat membangkitkan sendiri belajar tanpa stimulasi yang disediakan oleh kejadian oleh kejadian-kejadian eksternal.50

Menurut Abdul Rahman Shaleh berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor, adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan:51

49

Prof. Dr. H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan pembelajaran, (Jakarta:UHAMKA Press, 2003), Cet. ke- 4, h. 103- 104.

50

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, h. 74

51


(45)

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individual yang disebut sosial. Faktor yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan:52

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

individual,

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Menurut John M. Keller faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah:53

1) Besarnya usaha yang dicurahkan oleh anak untuk mencapai hasil belajar. Menurut Keller, usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Jadi, hasil belajar menurut Keller dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

2) Intelegensi. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak; dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan

52

Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. , Psikologi Pendidikan, h. 102.

53


(46)

bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru.

2) Kesempatan yang diberikan kepada anak. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan ekplorasi terhadap lingkungannya.

Jadi, hasil belajar tersebut secara garis besar dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari lingkungan.

Maka dapat disimpulkan dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana yang telah diuraikan di atas pada intinya memiliki kesamaan yaitu, bahwa hasil belajar merupakan produk yang dicapai setelah terjadinya proses yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang keseluruhannya saling mendukung dalam rangka pencapaian tujuan belajar.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heni Nova Widia ternyata ada hubungan yang signifikan antara interaksi kegiatan belajar dengan prestasi belajar. Hal ini terbukti dengan adanya hubungan pola interaksi kegiatan belajar dengan prestasi belajar IPS ekonomi siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2008/2009 yang ditunjukkan koefisien korelasi (r2) = 0,476 dan koefisien determinasi (r2) = sebesar 0,227.54

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan Fitri Yuni Astuti menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan antara interaksi sosial secara positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS SMA Negri 5 Malang, hal ini dapat dilihat dari

t

hitung 3,456 >

t

tabel 2,0095.55

54

http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/03/hubungan-antara-sikap-siswa-terhadap- pengetahuan-ips-dan-interaksi-kegiatan-belajar-dengan-prestasi-belajar-ips-ekonomi-siswa-kelas-vii-semester-genap-di-smpn-3-terbanggi-besar-tahun-pelajaran-2008/


(47)

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Lingkungan sebagai salah satu faktor sosial yang lebih mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, terutama lingkungan sosial sekolah. Keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam belajar diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Interaksi sosial sebagai salah satu syarat utama terjadinya kehidupan sosial, dimana didalamnya terdapat satu proses hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.

Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan sosial disekitar sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar karena interaksi sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada siswa karena adanya hubungan timbal balik antara siswa yang satu dengan siswa yang lain untuk memotivasi semangat siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dapat tercapai. Untuk itu, lingkungan sosial dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku dan pola fikir terutama terhadap hasil belajar.

Hal ini dapat diduga bahwa interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar akan memperoleh hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang lebih baik karena siswa akan merasa lebih termotivasi untuk belajar.

Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) banyak materi yang menuntut siswa untuk belajar secara kelompok, karena dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diperlukan pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu interaksi sosial antar siswa sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Sedangkan yang dijadikan indikator dari variabel interaksi sosial adalah bertegur sapa, membina hubungan dengan teman, senang bergaul dengan teman, senang bercakap-cakap dengan teman, menjalin hubungan melalui perantara, mengemukakan pendapat, menunjukkan rasa empati dan kasih sayang dan mengerjakan tugas secara bersama-sama.


(48)

Dengan demikian diperkirakan bahwa interaksi sosial antar siswa mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dari uraian tersebut diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar mengenai kerangka berfikir di bawah ini:

Independent Variabel (X) Hubungan Dependen Variabel (Y)

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Interaksi Sosial • Bertegur sapa

• Membinahubungandengan teman • Senang bergaul dengan teman

• Senang bercakap-cakap dengan teman • Menjalin hubungan melalui perantara • Mengemukakan pendapat

• Menunjukkan rasa empati dan kasih sayang • Mengerjakan tugas secara bersama-sama

Hasil Belajar IPS

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang didukung oleh deskripsi teoritis, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan dalam interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan dalam interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampling, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Dua Mei Ciputat-Tanggerang, yang berlokasi Jl. H. Abdul Ghani No.135 kelurahan Cempaka Putih kecamatan Ciputat Timur Tanggerang Banten, kodepos 15412.

Alasan penulis memilih lokasi SMP Dua Mei Ciputat sebagai tempat penelitian. Karena sekolah ini merupakan tempat Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) penulis, dari observasi selama PPKT penulis melihat fenomena yang berkaitan dengan interaksi sosial antar siswa dengan hasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sehingga penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang hubungan interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 sampai dengan bulan Desember 2009.


(50)

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan:

1. Field Research, yaitu peneliti terjun langsung ke objek penelitian karena dalam penelitian ini memerlukan data-data dan fakta-fakta yang valid agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Library Research, yaitu peneliti mengumpulkan data berdasarkan buku-buku, jurnal dan rujukan lain yang berkaitan dengan tema yang sedang diteliti.

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini, menggunakan buku pedoman yang diterbitkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

C. Variabel Penelitian

Menurut Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) di mana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.2

Jadi, variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.3

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel Independent (variabel bebas). Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).4 Dalam penelitian ini variabel independent (X) adalah interaksi sosial antar siswa.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV. Alfa Beta, 2003), Edisi revisi ke- 10, h. 1.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.39. 3

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h. 38. 4


(51)

2. Variabel Dependen (variabel terikat). Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.5 Dalam penelitian ini variabel dependen (Y) adalah hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

D. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, anggota populasi yang akan menjadi sumber data adalah seluruh siswa di SMP Dua Mei Ciputat, semester 1 (ganjil) tahun ajaran 2009- 2010, yang berjumlah 234 siswa.

Dalam hal ini populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6

Sedangkan sampel adalah bagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut yang akan mewakili menjadi sumber data yang sebenarnya dalam penelitian.7

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan dasar penarikan sampel adalah seluruh siswa kelas tujuh (VII) berjumlah 2 rombel dan kelas delapan (VIII) berjumlah 2 rombel, yang berjumlah 151 siswa.

Untuk ukuran sampel, teknik yang digunakan dalam penelitian ini teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari jumlah populasi, yaitu setiap kelas diwakili oleh 10 siswa yang berkesempatan menjadi responden. Kelas 1 masing- masing 20 dan kelas 2 masing-masing 20 siswa. Sehingga jumlah seluruh responden adalah 40 siswa.

Alasan penulis memilih teknik random sampling karena semua anggota populasi sampel penulis anggap memiliki karakteristik yang sama, sehingga siapapun yang terambil penulis yakini dapat mewakili populasinya. Pengambilan dengan cara random sampling yaitu setiap unit populasi diberi nomor. Untuk kemudian dilakukan secara acak terhadap daftar nomor teracak. Nomor yang

5

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h. 40. 6

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, h.90. 7


(52)

terpilih dicocokkan dengan nomor unit populasi yang cocok diambil sebagai sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dengan cara:8 1. Metode Angket

Alat pengumpulan datanya juga disebut angket, dan sumber datanya berupa orang atau dikenal dengan istilah responden (respondent). Pada metode ini, pertanyaan diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada para responden untuk dijawab; setelah pertanyaan dijawab, dikembalikan lagi ke pihak peneliti.

Angket diberikan kepada seluruh siswa di SMP Dua Mei Ciputat untuk dijawab dan dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui hubungan interaksi sosial antar siswa dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Dua Mei Ciputat.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yang berisi pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan opsi jawaban yang telah disediakan oleh penulis.

F. Instrumen Penelitian 1. Definisi Konseptual

Dari variabel yang telah ditentukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Sosial adalah keadaan di mana terdapat kehadiran orang lain.

Sedangkan pengertian hasil (product) menunjuk kepada sesuatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan

8

Sanapiah Faisal, Format- format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. 1 h. 51- 53.


(53)

berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya.

2. Definisi Operasional

Interaksi sosial merupakan bertemunya individu perindividu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung saling mempengaruhi dan merespons antara satu dengan yang lain dalam berbagai kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh siswa setelah belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku dikarenakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan belajar. Hasil belajar itu dapat diukur dengan sebuah test. Hasil belajar juga dapat dilihat dari bentuk nilai raport yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam periode tertentu.

3. Kisi- kisi Instrumen Penelitian

Mencakup pada variabel X (interaksi sosial antar siswa) dan variabel Y (hasil belajar IPS).

Tabel 3.1 Kisi- kisi Instrumen

Variabel Dimensi Indikator Butir/Item Interaksi

Sosial

Kontak 1. Bertegur sapa

2. Membina hubungan dengan teman

3. Senang bergaul dengan teman

4. Senang bercakap-cakap dengan teman

5. Menjalin hubungan melalui perantara

1

2

3, 9, 15

4, 10, 19


(1)

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

11.Kamu memberi kabar kepada teman kamu, jika tidak masuk sekolah karena sakit atau izin

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

12.Bertanya teman, ketika ada materi yang belum dipahami a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

13.Jika ada teman kamu yang sakit, kamu akan menjenguknya a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

14.Dengan belajar kelompok, kamu akan lebih mudah dalam belajar a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

15.Kamu lebih suka ke perpustakaan bersama teman-teman a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

16.Setelah bertanya kepada teman, kamu menjadi lebih mengerti pelajaran yang dipelajari


(2)

81 a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

17.Jika teman kamu meminta bantuan, kamu akan senang hati membantunya a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

18.Belajar kelompok dapat meningkatkan nilai kamu a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

19.Kamu memperhatikan dengan baik, jika teman kamu sedang berbicara a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

20.Jika ada teman kamu yang putus asa, maka kamu akan memberinya semangat a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju


(3)

Lampiran 2

Nukilan Tabel Nilai Koefisisen Korelasi “

r

” Product Moment dari Pearson

untuk berbagai df

Banyak variabel yang dikorelasikan: 2

Harga "r" pada taraf signifikansi: df.

(degrees of feedom) atau db (derajat bebas)

5% 1%

1 0,997 1,000

2 0,950 0,990

3 0,878 0,959

4 0,811 0,917

5 0,754 0,874

6 0,707 0,834

7 0,666 0,798

8 0,632 0,765

9 0,602 0,735

10 0,576 0,708

11 0,553 0,684

12 0,532 0,661

13 0,514 0,641

14 0,497 0,623

15 0,482 0,606

16 0,468 0,590

17 0,456 0,575

18 0,444 0,561

19 0,433 0,549

20 0,423 0,537

21 0,413 0,526

22 0,404 0,515

23 0,396 0,505

24 0,388 0,496

25 0,381 0,487

26 0,374 0,478

27 0,367 0,470

28 0,361 0,463

29 0,355 0,456

30 0,349 0,449

35 0,325 0,418

40 0,304 0,393

45 0,288 0,372

50 0,273 0,354

60 0,250 0,325

70 0,232 0,302


(4)

83

90 0,205 0,267

100 0,195 0,254

125 0,174 0,228

150 0,159 0,208

200 0,138 0,181

300 0,113 0,148

400 0,098 0,128

500 0,088 0,115

10000 0,062 0,081 *Dinukil dari: Henry E. G arrett, Statistics in Psychology and Education, (New

York: Longmans, Green and co.), hlm, 437-439, dengan penyesuaian seperlunya; sesuai dengan kebutuhan variabel yang dikorelasikan hanya dibatasi 2 buah.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Kurniawati Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 26 April 1987

Alamat : Komp. Pondok Bahar Permai Jl. Utama Blok R1 No. 46 Rt 008/06 Kel. Pondok Bahar

Kec. Karang Tengah, Tangerang-Banten Agama : Islam

Nama Ayah : Holis Nama Ibu : Djuliana

Riwayat Pendidikan : 1. SDN Duri Kosambi 06 Jakarta Lulus Tahun 1999 2. MTsN 08 Kresek Lulus Tahun 2002

3. MAN 12 Jakarta Lulus Tahun 2005

Jakarta, Mei 2010


(6)