Hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat ( Studi Kasus pada kelas XI Tata Niaga SMK Dua Mei Ciputat )
i
Reta Puspita Sari, NIM: 106018200777, Hubungan Hasil Belajar Kewirausahaan Dengan Motivasi Berwiraswasta Siswa di SMK Dua Mei Ciputat, Skripsi Program Strata Satu (SI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
.Penelitian ini menggunakan dua variable, variable pertama yaitu hasil belajar kewirausahaan dan variable kedua motivasi berwiraswasta. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data dan fakta yang valid (sahih), benar dan dapat dipercaya tentang seberapa besar hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Penelitian ini dilakukan di SMK Dua Mei Ciputat pada bulan Juni sampai dengan bulan juli 2010, dan menggunakan metode kuantitatif serta pengumpulan data ini menggunakan angket dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMK Dua Mei Ciputat sebanyak 415 murid. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 39 murid yang diambil dari kelas XI Tata Niaga.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat tinggi antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Setelah melalui berbagai tahapan dalam penelitian ini, akhirnya penulis menemukan temuan-temuan dilapangan sebagai berikut: Dari pengolahan hasil data, diketahui r hitung 0.94921 hal ini terdapat korelasi interprestasi yang sangat tinggi antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Agar hasil belajar dan motivasi berwiraswasta siswa meningkat, seyogyanya guru mempunyai wawasan yang luas mengenai mata pelajaran kewirausahaan dan dapat menerik minat siswa untuk berwiraswasta.
(2)
ii
Alhamdulillah wa syukurillah, Segala puji dan puja hanya milik Allah SWT. Tuhan yang merajai semesta alam ini, yang telah menciptakan kesempurnaan pada manusia berupa akal. Dengan akal inilah manusia mampu berbuat sesuatu dengan mempertimbangkan baik dan buruknya. Tuhan yang kasih sayang-Nya tak pernah terhalang oleh ruang dan waktu sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan meski terkadang kesulitan dan keputus asaan kerap penulis alami.
Semoga Shalawat dan salam akan selalu tercurahkan kepada Nabi yang mulia, Muhammad SAW yang telah membawa lentera kebenaran untuk menyinari hati manusia dengan penuh kesabaran menuju jalan yang diridhai Allah SWT, Rasul yang menjadi Rahmatan lil’ alamin dan sosok teladan bagi seluruh umatnya. Juga kepada keluarga, sahabat, dan kita semua selaku ummatnya yang mengikuti jejaknya sepanjang zaman. Amin
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta wakil dan stafnya.
2. Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam Manajemen dan Pendidikan beserta stafnya.
3. Drs. H. Muarif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah membantu penulis dalam berbagai hal untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Akbar Zainudin, MM, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk dengan penuh kesabaran serta ketelitian demi kesempurnaan skripsi ini, terima kasih banyak atas waktu, tenaga dan pikirannya.
(3)
iii
penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak/ Ibu semua dengan berlipat ganda.
6. Ayahanda dan ibunda tercinta, Rudi Setia Budi Cristanto dan Tati Riawati yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tak terbatas, tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal susah, “skripsi ini ku persembahkan
untuk kalian”. Kakakku Ifan Riawan yang aku banggakan yang selalu mendukungku walau kau jauh di sana.
7. Sahabat- sahabatku ( anak kostan Vila Kelinci: Teh’Beti, Teh’Rohay, Mba Ida, K’Umi), Canda tawa bersama kalian tak kan pernah ku lupakan.
8. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2006 yang telah mengukir tinta cerita kebersamaan yang sulit terlupakan. Semoga yang kita perjuangkan selama ini mendapatkan hasil yang terbaik untuk mewujudkan yang dinamakan cita-cita.
9. “ Kepada dia” kaulah pancaran energi yang menjadikan aku semakin kuat melalui derasnya kehidupan. “Hatur nuhunnya “. Semoga niat baik kita dapat diridhoi oleh Allah SWT. Amin
10.Teman-teman…. yang jauh, yang dekat khususnya teman seperjuanganku di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Alay, Ocha, Dilah, K’nida “Kangen kumpul bareng kalian lagi”. Dan teman-temanku angkatan 2006. Thanks For all.
11.Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Hanya Allah SWT yang akan membalas kebaikan kalian semua.
12.Tim Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu demi pengesahan skripsi ini dan memberikan gelar Sarjana kepada penulis secara resmi.
Dalam ketidak berdayaan kecuali kekuatan yang diberikan-Nya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, apabila ada ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini
(4)
iv
melainkan dengan izin kekuasaan-Nya dan memohon Taufik serta Hidayah-Nya, serta berdoa semoga skripsi ini bermanfaat di dunia dan dapat menjadi pahala dari ilmu yang bermanfaat untuk bekal akhirat, khususnya kepada diri penulis dan pihak yang turut membantu proses penulisan skripsi ini.
Ciputat, 26 Agustus 2010
(5)
v
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI ... 7
A. Konsep Hasil Belajar... 7
1. Hasil Belajar ... 7
2. Teori Hasil Belajar ... 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13
4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15
5. Pengukuran Hasil Belajar ... 16
6. Hakikat Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 17
B. Hakikat Motivasi Berwiraswasta ... 18
1. Pengertian Motivasi ... 18
2. Macam- Macam Motivasi ... 18
3. Fungsi Motivasi ... 23
4. Pengertian Berwiraswasta ... 24
C. Kerangka Berfikir... 27
D. Hipotesis ... 28
(6)
vi
C. Variabel Penelitian ... 29
D. Populasi dan Sampel ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35
A. Gambaran Umum Sekolah ... 35
1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Kejuruan ... 35
2. Struktur Organisasi ... 36
B. Deskripsi Data ... 37
C. Pengujian Hipotesis ... 50
D. Interprestasi Hasil Penelitian... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... 59
B. Saran- Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
(7)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah kebutuhan dan kewajiban setiap orang, maka jelaslah bahwa terdapat bermacam-macam konsep mengenai belajar. Belajar merupakan hal hakiki karena bermacam tingkah laku manusia yang dapat dipahami adalah hasil dari proses belajar itu sendiri.
Belajar dan pembelajaran adalah dua sisi yang tak bisa terpisahkan. Sebagaimana di ungkapkan oleh Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono:
“Berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu tujuan pengajarn”.1
Peningkatan mutu dan kualitas guru merupakan faktor penentu dalam keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Efektifitas dan efisiensi pengelolaan sekolah sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi lingkungan sehingga terjadinya interaksi belajar dalam mencapai hasil pendidikan yang baik. Proses pendidikan yang baik dan efisien harus
1
(8)
didukung oleh motivasi dan kreatifitas guru yang bersangkutan. Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran.2
Di setiap sekolah keadaan dan kondisinya berbeda-beda, ada sekolah yang sudah lengkap dengan unsur yang memperlancar proses belajar mengajar, tetapi tidak sedikit sekolah yang kondisinya masih minim sehingga kelancaran proses belajar mengajar menjadi kurang berjalan sebagaimana mestinya. Dengan kondisi seperti itu tentu akan mempengaruhi hasil belajar di suatu sekolah.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan tingkat atas berorientasi untuk mempersiapkan memenuhi tuntunan dunia kerja. Adapun tujuan dari pendidikan menengah bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat SMK adalah mata pelajaran KEWIRAUSAHAAN. Tujuan diberikan mata pelajaran ini adalah agar siswa memiliki pengetahuan dan menumbuhkembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat. Dalam arti lain, seorang siswa setelah mempelajari mata pelajaran kewirausahaan memiliki motivasi untuk berwiraswasta. Motivasi untuk berwiraswasta ini diharapkan ada pada diri siswa dan mempengaruhi setiap perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karena salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini adalah rendahnya minat untuk berwirausaha di kalangan para pemuda. Kalau seandainya para pemuda mempunyai minat yang kuat untuk berwirausaha, pasti akan bermunculan para pengusaha-pengusaha muda. Dengan banyaknya orang berwiraswasta maka banyak juga lapangan pekerjaan yang akan disediakan. Tapi pada kenyataannya sekarang ini orang berbondong-bondong ingin menjadi pegawai, terutama pegawai negeri yang selalu dibatasi dalam penerimaannya.
2
(9)
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa tujuan diberikannya mata pelajaran kewirausahaan adalah untuk mengetahui dan memiliki pengetahuan serta menumbuhkembangkan kesadaran orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat di kalangan para siswa dan masyarakat. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tujuan tersebut maka diadakan tes/penilaian. Hasil tes tersebut kemudian dibakukan dalam bentuk angka/nilai seorang siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi berarti telah memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang diajarkan pada mata pelajaran kewirausahaan, sehingga dalam dirinya juga telah memiliki pengetahuan tentang berwirausaha. Dengan pengetahuan tersebut, akan berpengaruh juga terhadap sikap hidupnya, karena dengan adanya belajar suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.3
Faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi untuk berwiraswasta siswa adalah kondisi lingkungan keluarga. Keluarga yang mempunyai jiwa wiraswasta yang tinggi yang memungkinkan anaknya menjadi siswa dapat mengembangkan pula jiwa wiraswastanya, sehingga memungkinkan anak memiliki motivasi berwiraswasta yang lebih besar lagi.
Selain itu lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap motivasi berwiraswasta. Sekolah yang menerapkan disiplin yang tinggi dan berlatar belakang siswa yang memiliki sikap hidup positif akan menghasilkan siswa- siswi yang memiliki hidup yang positif pula. Demikian juga dengan lingkungan sekitar tempat tinggal siswa, di mana lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap hidup siswa.
Prestasi belajar yang baik dalam mata pelajaran kewirausahaan pada sebuah sekolah yang berada di kawasan Ciputat, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Dua Mei, maka akan memudahkan siswa bekerja sebagai tenaga wirausaha, sebab di dalam mata pelajaran kewirausahaan diajarkan pengetahuan, teknik dan seluk beluk tentang berwirausaha.
Dengan menyenangi pelajaran kewirausahaan dan kesungguhan belajar, maka siswa memperoleh prestasi belajar pada mata pelajaran tersebut.
3
(10)
Mata pelajaran kewirausahaan yang bertujuan agar siswa-siswinya mempunyai motivasi untuk berwiraswasta di SMK Dua Mei masih saja mengalami kesulitan. Kesulitan yang terjadi adalah belum efektifnya mata pelajaran tersebut dalam memotivasi siswa-siswi untuk berwiraswasta ini diakibatkan kurangnya dukungan dari sekolah, masyarakat dan orang tua dalam memberikan motivasi dan membina siswa-siswi untuk berwiraswasta.
Kurangnya motivasi berwiraswasta diakibatkan karena kurangnya dukungan dari sekolah contohnya masih minimnya fasilitas dalam menunjang proses pembelajaran sehingga sangat minim sekali keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswi khususnya pada bidang usaha, ditambah lagi metode pembelajaran yang diberikan oleh guru masih menggunakan metode lama sehingga murid kadang merasa jenuh dan malas untuk belajar.
Selain itu dukungan dari pihak luar seperti masyarakatpun masih sangat minin sekali, mereka seakan masa bodo dengan siswa-siswi, padahal masyarakat seharusnya ikut bertanggung jawab dan berpartisifasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Selanjutnya dukungan dari pihak keluarga khususnya orang tua sangat berpengaruh sekali. Akan tetapi masih banyak orang tua murid yang tidak terlalu memperhatikan anak-anaknya dan kadang banyak di antara mereka yang memberikan tanggung jawab penuh kepada sekolah bahwa sekolahlah yang bertanggung jawab atas anak-anak mereka.
Pada kenyataannya hasil belajar siswa khususnya kelas XI tata niaga di SMK Dua Mei masih di bawah rata-rata sekali, ini terbukti dari hasil ulangan yang diberikan oleh guru mata pelajaran kewirausahaan masih banyak siswa-siswi yang nilainya di bawah rata-rata.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti Hubungan Hasil Belajar Kewirausahaan Dengan Motivasi Berwiraswasta Siswa Di SMK Dua Mei Ciputat.
(11)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Belum efektifnya mata pelajaran kewirausahaan dalam memberikan motivasi berwiraswasta kepada siswa-siswi untuk berwiraswasta, karena: a. Kurangnya fasilitas yang diberikan sekolah dalam proses belajar
mengajar.
b. Metode belajar yang disampaikan oleh guru bidang studi masih menggunakan metode lama (konvensional).
2. Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran kewirausahaan. 3. Rendahnya dukungan dari pihak sekolah.
4. Rendahnya dukungan dari masyarakat sekitar.
5. Rendahnya dukungan dari keluarga dalam memotivasi anak-anaknya untuk berwiraswasta.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka, diketahui masalah motivasi berwiraswasta pada siswa demikian luas dan kompleks karena masalah itu mengandung berbagai aspek. Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut: ”Hasil belajar yang diambil dari nilai ulangan siswa-siswi kelas XI Tata Niaga dan hubungannya dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat”.
D. Perumusan Masalah
Atas dasar uraian pada latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan penelitian sebagai berikut: ”Seberapa besar tingkat hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta Siswa di SMK 2 Mei
(12)
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan hubungan antara hasil belajar kewirausahaan dengan
motivasi berwiraswasta siswa.
2. Untuk menjelaskan faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta.
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk dapat di telaah lebih lanjut sehingga dapat diadakan penelitian lanjutan. Selain dari pada itu penelitian ini diharapkan juga dapat berguna:
1. Bagi peneliti sendiri berharap akan dapat menambah pengalaman dalam membahas penelitian- penelitian selanjutnya.
2. Bagi lembaga pendidikan khususnya SMK Dua Mei, adalah sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu belajar siswa-siswinya.
(13)
7
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Konsep Hasil Belajar 1. Hasil belajar
Untuk memahami konsep hasil belajar, maka terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian belajar. Hal ini perlu karena hasil belajar merupakan hasil yang dicapai setelah mengalami proses belajar.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.1
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.2
Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, mendefinisikan belajar sebagai berikut: “Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya , 2007), Cet 4, h.155
2
Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta :PT Rineka Cipta, 2010), Cet ke5,h .2.
(14)
diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Baik belajar itu dilakukan dalam laboratorium di bawah bimbingan guru atau usaha sendiri dan lingkungan alami di mana proses belajar itu terjadi.
b. James L. berpendapat belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan memperoleh sendiri. Dengan ini kegiatan belajar harus melalui pengalaman, menelusuri yang dipelajari dan akhirnya akan menemukan yang dipelajari.
c. Menurut Henry E. Garrett belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
d. Lester D.Crow dan Alice Crow mendefinisikan belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap-sikap. e. Robert M. Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. f. Gordon H. Bower and Ernest R. Hilgard menurut kedua tokoh Psikologi ini belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh situasi tertentu yang terjadi berulang kali, walaupun sifat masalah dihadapi tidak sama3
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat di kemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa.
a. Belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
3
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Penerbit Uhamka Press, 2003),Cet ke 4, h.29-35.
(15)
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.4
e. Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima, baik oleh individu maupun masyarakat.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam mengajar, kita harus selalu mengetahui tujuan-tujuan yang harus kita capai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Untuk itu kita merumuskan Tujuan Instruksional Khusus yang didasarkan pada Taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku (Bloom, 1956), yang meliputi tiga domain, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan psikomotorik. Gagne mengemukakan lima hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Penampilan- penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan- kemampuan (capabilities) (Gagne, 1988).6
Hasil belajar atau achievement merupakan realitas atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
4
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Penerbit Remadja Karya CV, 1985), Cet ke -2, h.81-82
5
Alex Sobur , Psikologi Umum, (Bandung CV Pustaka Setia, 2003), Cet 1,h, 221. 6
(16)
keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang adalah hasil belajar.7
Hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan instruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata kuliah atau bidang studi.8
Hasil yang dicapai dalam belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat dilihat oleh panca indra atau intelektual yang ada pada individu tersebut.
2. Teori- Teori Belajar
Pemahaman terhadap berbagai teori belajar ini diperlukan, agar bagi kaum pendidik yang selalu berharap dengan peserta didiknya dapat menggunakan teori ini sebagai pisau analisis terhadap tingkah laku belajar peserta didiknya, di samping dapat diaplikasikan sesuai dengan situasi belajar yang dihadapi. Teori-teori yang dikemukakan berikut ini didasarkan pada penelitian para ahli psikologi dan kesempatan anggota assosiasi psikologi pada umumnya dinominasi oleh Amerika sejak tahun 1898 sejak Edward L.Thordike mengemukakan tulisannya mengenai
Animal Intelligence.
a. Teori Koneksionis Edwar L. Thorndike (1874-1949)
Dasar teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike berawal dari hubungan (connection) antara kesan-kesan yang ditimbulkan oleh serapan alat indra terhadap obyek pengamatan dan dengan dorongan yang ada dalam diri untuk berbuat. Hubungan yang terjadi antara kesan yang diterima dengan dorongan untuk berbuat ini disebutnya bond
(ikatan) atau connection (hubungan). Menurut teori Thorndike ini, bahwa peralatan (mediator) antara stimulus atau perangsang yang datang dari luar dan mengenai tubuh adalah sistem persyaratan. Sistem persyaratan inilah yang berfungsi menghubungkan perangsang yang
7
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2007) , Cet .3, h 102.
8
(17)
datang dengan respon dari orang yang bersangkutan maka terjadilah perbuatan belajar yang dapat diperoleh melalui warisan keturunan dan dari hasil perolehan dari pengalaman melalui belajar.
b. Teori Kondisi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Percobaan klasik Pavlov dimulai dengan anjing berdasarkan gerak refleksi wajar. Menurut kajiannya bila seekor anjing terbit air liurnya dan keluar ketika mencium bau yang disukainya seperti daging, maka gerakan reflek demikian dinamakan gerakan reflek wajar atau disebutnya uncondicioning reflexes (gerakan refleks yang tidak bersyarat).
Dari hasil percobaan ia berkesimpulan, bahwa gerak reflex tersebut dapat dipelajari dan dapat berubah karena adanya latihan berulang kali. Gerakan refleks ini ada dua macam, ialah gerakan refleks wajar (unconditioned reflex) dan gerakan refleks tidak wajar atau bersyarat (conditioned reflex).
Hasil penelitian Pavlov terhadap bagaimana terjadinya proses belajar melalui perangsang tidak bersyarat dan perangsang bersyarat yang semula dilakukannya dengan anjing, berpengaruh luas terhadap teori belajar, terutama terhadap pengembangan teori belajar di Amerika. Ia telah melakukan secara sistematis, sehingga melahirkan teori asosiasi belajar antara kaitan perangsang dengan respon dalam belajar.
c. Teori Belajar Kondisioning Edwin R. Guthrie (1886-1959)
Edwin R. Ghutrie pada awalnya ia seorang ahli tingkah laku atau behaviorist Amerika yang dalam beberapa aspek mengikuti dan sejalan dengan Thorndike dan Pavlov. Teori belajarnya didasarkan pada hubungan antara stimulus dan response (S-R). Aliran behavior sebagai salah satu aliran dalam psikologi yang didasarnya diletakan oleh John B. Watson (1878-1959) yang pada tahun 1913 dan mengumumkan posisinya sebagai ahli tingkah laku (behaviorist). Menurut behaviorist, bahwa ilmu pengetahuan tentang psikologi harus
(18)
didasarkan kepada kajian tentang sesuatu yang dapat diamati, perangsang phisik dan gerakan-gerakan otot serta hormon yang keluar dari kelenjar yang ada di dalam tubuh sebagai akibat dari rangsangan. Para ahli tingkah laku ini berpegang kepada metode ilmiah yang sah (legitimate scientific method).
Hukum belajar Guthrie adalah “berbagai perangsang yang disertai oleh gerakan akan menimbulkan gerakan pula”. Prinsip ini sebagai dasar dari teori belajar.
d. Teori Belajar Psikologi Gestalt (Gestalt Theory): Wolfgang Kohler Teori belajar Gestalt ini lahir di Jerman pada tahun 1912 yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880-1943) pada tahun 1912 sebagai reaksi terhadap aliran strukturalisme dalam psikologi (structural psychology), yaitu system psikologi yang dikaitkan dengan Wilhelm Wundt, Bapak Psikologi Eksperimen, dan Edward Bradferd Titchner.
Sebagaimana dikemukakan, oleh para ahli Gestalt, bahwa kejiwaan manusia terikat kepada pengamatan yang dimilikinya. Pengamatan ini adalah perwujudan keadaan kejiwaan manusia. Manusia bukanlah sekedar makhluk reaksi atau responser terhadap perangsang yang datang kepadanya. Sebagaimana dalam konsep belajar teori asosiasi, teori Pavlov dan Thorndike sebagaimana telah dikemukakan di depan, tadi adalah makhluk secara psikologis mempunyai kesadaran atas pengertian atau insight yang ada dalam jiwanya.
Menurut teori Gestalt, bahwa dalam belajar pemahaman atau pengertian memegang peranan amat penting bagi tuntasnya kegiatan belajar. Belajar bukanlah aktivitas reaktif mekanistis belaka, tapi juga adanya pemahaman terhadap perangsang yang datang yang tengah dihadapi di waktu seseorang melakukan aktivitas belajar. Menurut pendapat ahli Gestalt bahwa situasi belajar ditanggapi sebagai suatu
(19)
keseluruhan dan kebulatan yang berhubungan satu unsur dengan unsur lainnya yang terdapat dalam problema yang dihadapi. 9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
a. Kematangan / Pertumbuhan
Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika tarap pertumbuhan pribadi telah memungkinkan potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah matang untuk itu.
b. Kecerdasan/ Intelijensi
Di samping kematangan, dapat atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukan kepada kita, meskipun anak yang berumur 14 tahun keatas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti. Jelas kiranya bahwa dalam belajar selain kematangan, intelijensi pun turut memegang peranan.
c. Latihan dan Ulangan
Karena sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dapat menjadi hilang atau berkurang. Karena latihan, seringkali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajari.
9
Aminudin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Uhamka Press, 2003), Cet ke 4, h 42-76.
(20)
d. Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motif intristik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. e. Sifat-Sifat Pribadi Seseorang
Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap- tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut pula mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat dicapai. f. Keadaan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
g. Guru dan Cara Mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
h. Alat- alat Pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat hasil belajar anak-anak.
i. Motivasi Sosial
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbulah dalam
(21)
diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang lain disekitarnya, seperti dari orang-orang, tetangga, sanak saudara yang berdekatan dengan anak itu, dan dari teman-teman sepermainan dan disekolahnya.
j. Lingkungan dan Kesempatan
Seorang anak yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah disuatu sekolah yang keadaan gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Umpamanya karena jarak antara sekolah dan rumah itu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan.10
k. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson,1991).11
Atkinson (Resnani, 2004) menyatakan bahwa salah satu faktor penting menjadi daya penggerak bagi seseorang untuk belajar adalah keinginannya untuk memenuhi kebutuhan untuk sukses serta menjauhi kegagalan. Jika seseorang memiliki kebutuhan untuk sukses, maka orang tersebut akan bekerja keras dan terus belajar. 12
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar, perlu dilakukan analisa untuk menemukan persoalan- persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (keluaran atau output). Jadi dalam hal ini kita dapat
10
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung Penerbit Remadja Karya CV, 1985), Cet ke 2, h,101-105.
11
Muhibbin Syah , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke1,h. 139.
12
Arman Hakim Nasution dkk , Entreprenenrship Membangun Sprit Teknopreneurship, (Yogyakarta: CV Andi Offset), h, 24.
(22)
menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah: kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajeman yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/ output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si pelajar.
5. Pengukuran Hasil Belajar
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap (1) penguasaan materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif), (3) aplikatif produktif (psikomotor).
Domain kognitif meliputi kemampuan memyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual seperti mengaplikasikan prinsif atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Domain afektif meliputi pemilikan minat, sikap, dan nilai yang dinamakan melalui proses belajar mengajar.
(23)
Domain psikomotor mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif, seperti misalnya keterampilan menyusun alat-alat percobaan dan melakukan percobaan.13
6. Hakikat Mata Pelajaran Kewirausahaan
Mata pelajaran atau bidang studi merupakan inti dari proses belajar mengajar di sekolah sebagai sesuatu yang akan diberikan guru kepada siswanya. Mata pelajaran yang diberikan kepada siswa mencakup mata pelajaran bersifat umum dan khusus sesuai dengan jurusan atau program studi yang ada.
Untuk sekolah umum setingkat SMK pembagian jurusan berlangsung mulai dari ia duduk di kelas X. Salah satu jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu program perdagangan yang memiliki beberapa mata pelajaran di mana salah satunya adalah mata pelajaran kewirausahaan. Mata pelajaran kewirausahaan mempunyai tujuan mewujudkan kemampuan para wirausahawan untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, inovatif, dan produktif. Kewirausahaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah sikap dan tindakan wirausaha.
Jadi yang dimaksud dengan mata pelajaran kewirausahaan adalah pelajaran yang diberikan kepada siswa yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui pengetahuan dan keterampilan dalam mewujudkan
13
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 13-14
(24)
kemampuan dan kemantapan para wirausahawan untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
B. Hakikat Motivasi berwiraswasta 1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.14
Makin tepat motivasi yang kita berikan, makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi menentukan intensitas usaha anak untu belajar15
2. Macam-Macam Motivasi
Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut ”motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut ”motivasi ekstrinsik”. a. Motivasi Instrinsik
Motivasi intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan. 16
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren
14
Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan , (Jakarta Bumi Aksara Jakarta, 2008), Cet. 3,hal. 3.
15
Nasution Didaktik Asas-Asas Mengajar ( PT Bumi Aksara Jakarta, 1995) , Cet . 1 h, 76.
16
(25)
dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung didalam pelajaran itu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekadar atribut dan serimonial.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar diri individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti: belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik untuk pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. 17
Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
(1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil nafas, seksualitas dan sebagainya;
17
Syaiful Bahri Djumaroh Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 1, h. 115-117.
(26)
(2) motif sosiogenitas, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudanyaan tempat orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudanyaan setempat.
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari dalam karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa paksaan dorongan dari orang lain.
2) Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. 18
Berikut ini beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain:
a) Pendidikan memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.
b) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
18
Prof. Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Adidarma ), Cet. 1, h, 19-20.
(27)
c) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi atau akademis. d) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
penguasaan bidang studi dan materi yang diajarkan pada peserta didiknya.
e) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.19
Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:
1) Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2) Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3) Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan- kekuatan individu.
Menurut Hoyt dan misked motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketenagaan atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan personal.20
19
Hamzah B. Uno Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ), Cet. 3,hal. 4.
20
Abdul Rahman Sholeh, Suatu Pengantar dalam Persfektif islam, (Jakarta: kencana, 2008 ), Cet. ke 3 hal.183-184.
(28)
Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, yaitu: kebutuhan
1) fisiologis: yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan dan kebutuhan seks.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security). Seperti perlindungan dari bahaya dan ancaman,penyakit, perang, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
3) Kebutuhan sosial, yaitu meliputi antara lain kebutuhan akan cinta, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerjasama.
4) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
Hirarki yang diajukan oleh maslow ini merupakan suatu urutan kebutuhan yang bersifat kaku, tetapi dalam kenyataannya sehari-hari pengajar mungkin menemukan pengecualian-pengecualian. Hal ini disebabkan karena sering kali tingkah laku tidak dibangkitkan oleh penyebab, melainkan oleh beberapa penyebab.
(29)
HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW.21
Kebutuhan Aktualisasi Mendapatkan kepuasan diri
dan menyadari potensinya Kebutuhan ekstetik
Keserasian, keteraturan, dan keindahan Kebutuhan Kognitif
Mengetahui, memahami dan menjelajahi Kebutuhan akan penghargaan Berprestasi, berkompetensi dan mendapatkan dukungan dan pengakuan Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki Berafiliasi dengan orang lain, diterima dan memiliki
Kebutuhan akan Rasa Aman
Merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya Kebutuhan Psikologis
Rasa lapar, haus dan sebagainya
3. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai tiga fungsi yakni:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan- perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.22
21
Ibid hal 190-192 22
(30)
4. Pengertian Berwiraswasta
Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha. Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama dengan wirausaha, demikian pula penggunaan istilah wirausaha seperti sama dengan wiraswasta.
Istilah wirausahawan ada yang menghubungkan dengan istilah saudagar. Walaupun sama artinya dalam bahasa sansekerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga kata: wira, swa, dan sta, masing-masing berarti: wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri, dan sta artinya berdiri.
Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu, dan dagar artinya akal. Jadi, saudagar artinya seribu akal. (Taufik Rashid, 1981:4). Bertolak dari ungkapan etimologis diatas, maka wiraswasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.(Wasty Soemanto 1984:43)
Melihat kepada pengertian-pengertian diatas maka DR. Daoed Yoesoef (1981-78) Menyatakan bahwa seorang wiraswasta adalah:
a. Memimpin usaha, baik secara teknis dan ekonomis, dengan berbagai aspek fungsional seperti berikut:
1) Memiliki, dipandang dari sudut permodalan, mungkin secara penuh (owner) atau secara bagian (co-owner).
2) Mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab atau manager.
3) Menerima tantangan ketidakpastian dan karenanya menanggung resiko ekonomi yang sulit diukur secara kuantitatif dan kualitatif. 4) Mempelopori usaha baru, menerapkan kombinasi-kombinasi baru,
jadi disini wiraswasta sebagai pioner, tokoh yang dinamis, organisator, kordinator.
(31)
5) Penemu (inovator), peniru (imitator), dan yang berhubungan dengan ini, penyalur memindahkan teknologi.
b. Memburu keuntungan dan manfaat secara maksimal
c. Membawa usaha kearah kemajuan, perluasan, perkembangan melalui jalan kepemimpinan ekonomi demi:
1) Kenaikan prestise
2) Kebebasan (independency), kekuasaan dan kehormatan. 3) Kontinuitas usaha.23
Menurut Prof. DR. Haryati Subadio, Pengertian wiraswasta adalah manusia teladan yang berbudi luhur yaitu manusia yang mampu berdiri atas kemampuan sendiri, tidak saja hanya dalam sektor swasta tapi juga dalam sektor negara.
Sedangkan DR. Sudjoko menyatakan bahwa wiraswasta adalah mereka yang memiliki dan masih memiliki nilai-nilai manusia perintis, pelopor dan pejuang kemerdekaan.
Jadi seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang disamping mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna (tepat dan berguna, efektif dan efisien). Juga berwatak merdeka lahir batin serta berbudi luhur. 24
Manfaat adanya wirausaha banyak sekali. Lebih rinci manfaatnya antara lain:
a. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi penganguran.
b. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan sebagainya. c. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi yang
unggul yang patut dicontoh, diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.
23
Alma Buchari Kewirausahaan, ( Bandung : Alfabeta , 2007), Cet 2, h. 16-17. 24
(32)
d. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga dan membangun lingkungan.
e. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, sesuai dengan kemampuannya.
f. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaannya.
g. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama, dekat kepada Allah SWT.
h. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya daan tidak boros.
i. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan. 25
Keuntungan dan kelemahan menjadi wiraswasta adalah sebagai berikut:
Keuntungan
1) Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri. 2) Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi
seseorang secara penuh.
3) Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal.
4) Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit.
5) Terbuka usaha untuk menjadi bos.
Kerugian
1) Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi dengan baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut.
2) Bekerja keras dan waktu/ jam kerjanya panjang.
3) Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat.
25
(33)
4) Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.26
Dari definisi-definisi di atas maka dapat didefinisikan bahwa pengertian motivasi berwiraswasta adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai jiwa yang tangguh, mempunyai kreasi untuk maju dalam melaksanakan suatu usaha yang ia rintis.
C. Kerangka Berfikir
Setiap materi pelajaran diharapkan memiliki tujuan dalam kategori ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor. Dalam hubungannya dengan mata pelajaran kewirausahaan ini memiliki tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang berwiraswasta dan diharapkan juga mempunyai motivasi berwiraswasta. Motivasi berwiraswasta diharapkan ada pada diri siswa dan mempengaruhi semua perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dan motivasi dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar individu.
Salah satu tujuan mempelajari pelajaran kewirausahaan adalah untuk memiliki pengetahuan tentang berwiraswasta. Untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan tersebut, maka dilakukan penilaian. Penilaian tersebut berbentuk skor, seorang siswa yang memiliki pengetahuan seperti yang diajarkan pada mata pelajaran kewirausahan. Karena hasil belajar yang tinggi mencerminkan terkuasainya pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu. Dengan mengetahui pengetahuan tersebut, seyogyanya dapat diaplikasikan dalam sikap dan perilakunya, sehingga seorang siswa yang memiliki hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan yang tinngi dapat diasumsikan memiliki motivasi berwiraswasta positif. Demikian juga sebaliknya, jika seorang siswa memiliki hasil belajar kewirausahaan yang rendah, maka motivasi berwiraswasta juga akan negatif.
26
(34)
D. Hipotesis
Hipotesis secara umum yang penulis ajukan adalah Hasil belajar siswa yang tinggi pada mata pelajaran kewirausahaan dapat berpengaruh positif terhadap motivasi berwiraswasta bagi siswa-siswi yang dapat mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun hipotesis secara khusus adalah sebagai berikut:
Ho : Terdapat hubungan antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei Ciputat.
Hi : Tidak terdapat pengaruh antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei Ciputat.
(35)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Dua MEI yang berlokasi di Jl. H. Abdul Ghani No. 135 Cempaka Putih Ciputat – Tangerang.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2010 sampai dengan Juli 2010 dengan mengujungi sekolah yang diteliti, untuk mendapatkan gambaran umum tentang SMK Dua Mei Ciputat Tangerang.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan mengumpulkan berbagai data dan informasi dalam rangka menjawab perumusan masalah seberapa besar hasil belajar kewirausahaan dalam meningkatkan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat apa adanya sesuai yang terjadi di lapangan, dan dengan menggunakan dua variabel.
C. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang jadi pengamatan. Pertama adalah variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran kewirausahaan dan yang kedua adalah variabel terikat yaitu motivasi berwiraswasta.
(36)
1. Variabel Hasil Belajar a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah hasil yang didapat oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan atau kemampuan, dan tingkah laku pada diri siswa.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden terhadap instrumen pada variabel hasil belajar kewirausahaan yang mengukur seberapa besar hasil yang didapat oleh siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan.
c. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk variabel Hasil belajar adalah nilai siswa kelas XI Tata Niaga.
2. Variabel Motivasi Berwiraswasta a. Definisi Konseptual
Motivasi berwiraswasta adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu usaha dan berusaha memajukan usahanya dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan bisnis,dan kreativitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden terhadap instrumen pada variabel motivasi berwiraswasta yang mengukur seberapa besar motivasi yang di miliki siswa untuk berwiraswasta .
c. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk variabel Motivasi berwiraswasta adalah sebagai berikut:
(37)
31
Untuk memperoleh data dan informasi tentang motivasi berwiraswasta siswa
HI Hubungan yang signifikan dari hasil
belajar kewirausahaan siswa
SMK Dua Mei dengan motivasi berwiraswasta siswa
1. Motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei
1.1 Intristik
1.2 Ekstrinstik
1. Disiplin
2. Pengambilan keputusan 3. Sikap mental
4. Tantangan
5. Mengatasi masalah 6. Menyusun rencana 7. Menciptakan kiat 8. Bekal pendidikan 9. Tujuan usaha
10. Memajukan wiraswasta 11. Memupuk rasa percanya diri 12. Menuju keberhasilan 13. Memajukan wirausaha 14. Bekerja bersama 15. Pengaruh lingkungan 16. Mengikuti jejak orang tua 17. Permodalan
18. Dasar Pengalaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
(38)
D. Populasi dan Sampel
Jumlah total populasi siswa SMK Dua Mei berjumlah 415 siswa yang terdiri dari kelas X Akuntansi berjumlah 44 siswa,kelas X Administrasi Perkantoran berjumlah 44 siswa,kelas X Penjualan berjumlah 41 siswa,kelas XI Akuntansi berjumlah 39 siswa,kelas XI Administrasi Perkantoran berjumlah 42, kelas XI Penjualan berjumlah 39 siswa, kelas XII Akuntansi berjumlah 68 siswa,kelas XII Administrasi Perkantoran berjumlah 77 siswa, dan kelas XII Penjualan berjumlah 19 siswa.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh siswa kelas XI Penjualan yang berjumlah 39 orang.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka populasi dan sampel yang akan diambil adalah sebanyak siswa kelas XI Penjualan yang berjumlah 39 siswa, karna untuk jurusan Penjualan, mata pelajaran kewirausahaan sangat sesuai dengan jurusan mereka yang berorientasi mencetak para wirausahawan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Angket, teknik ini bertujuan untuk menggali informasi yang akurat dan jelas tentang persepsi/pandangan siswa terhadap motivasi berwiraswasta 2. Wawancara, teknik ini digunakan untuk menggali dan mendalami hasil angket tentang penerapan mata pelajaran kewirausahaan terkait dengan motivasi berwiraswasta siswa. Wawancara ini dilakukan secara langsung kepada guru bidang studi kewirausahaan dan orang tua murid. Wawancara ini untuk mempertajam keterangan data dari angket mengenai motivasi berwiraswasta siswa.
(39)
F. Teknik Analisis Data
Penggunaan tehnik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui seberapa besar hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Maka data yang penulis sebarkan diolah menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengelolaan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
2. Skoring
Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Pernyataan positif diberi skor, 5,4,3,2,1.
3. Tabulating
Selanjutnya, penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Penulis memindahkan jawaban responden kedalam blangko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel, melalui penghitungan-penghitungan dengan menggunakan data statistik berupa prosentase atau frekuensi relatif dengan menggunakan rumus
P = 100% N
f
P = Prosentase
F = Frekuensi jumlah responden N = Jumlah data responden
Hasil prosentase ini penulis memasukan kedalam tabel dan kemudian dianalisis dan di interprestasikan analisa data sebagai hasil penelitian, penulis
(40)
lakukan dengan memberikan tafsiran, interprestasi terhadap angka-angka hasil prosentase yang terdapat dalam tabel.
Setelah itu, penulis menentukan kriteria data kuantitatif berdasarkan nilai rata-rata angket, yakni sebagai berikut:
1. Sangat tidak setuju (STS) nilai (1)
2. Tidak setuju (ST) nilai (2)
3. Ragu-ragu (RG) nilai (3)
4. Setuju (S) nilai (4)
(41)
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Kejuruan Dua Mei
SMK Dua Mei merupakan sekolah menengah kejuruan yang bernaung dalam sebuah Yayasan Lembaga Pendidikan Dua Mei yang berdiri sejak tahun 1985 dan berpusat di Jalan H. Abdul Gani No. 135 Cempaka Putih Ciputat Timur-Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Bergerak dalam dunia pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, SMK. SMK Dua Mei dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan back ground pendidikan yaitu Bapak Drs. Kosasih dan dibantu oleh staf pengajar (guru) dan beberapa orang pengurus sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran SMK Dua Mei dapat dilihat pada Struktur organisasi di bawah ini.
(42)
TABEL 2
YAYASAN
Kepala Sekolah Drs. E. Kosasih NIP. 131477120
TATA USAHA
WKS KESISWAAN Dra. Susi Herawati
WKS KURIKULUM Drs. Syamsul Bahri
KJ SEKRETARIS Dra. Kusumastuti
KJ PENJUALAN Dra. Sugihastuti KJ AKUNTANSI
Dra. Indriyanti
Pembina OSIS Ds. Fahrul Lael
GURU
SISWA OSIS
(43)
B. Deskripsi Data
Setelah data tentang motivasi berwiraswasta siswa melalui angket diperoleh, maka kemudian data tersebut dideskripsikan ke dalam bentuk tabel deskriptif dengan menggunakan rumus:
P = 100% N
f
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3
Dalam Mendirikan Usaha diperlukan Disiplin yang Tinggi
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 29 74,3%
SETUJU 10 25,7%
RAGU-RAGU 0 0%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan No. 1 dapat diketahui sebanyak 74,3% siswa menyatakan sangat setuju dalam mendirikan usaha diperlukan disiplin yang tinggi, 25,70% siswa setuju, 0% siswa ragu-ragu, 0% siswa sangat yang tidak setuju 0% dan siswa yang sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sangat setuju bahwa dalam mendirikan usaha diperlukan disiplin yang tinggi.
(44)
Tabel 4
Seorang Wirausaha Harus Dapat Memutuskan Masalah Dengan Cepat
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 6 15%
SETUJU 31 80%
RAGU-RAGU 1 2,5%
TIDAK SETUJU 1 2,5%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no. 2 dapat diketahui sebanyak 15% siswa yang sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat memutuskan masalah dengan cepat, 80% siswa yang setuju, 2,5% siswa yang ragu-ragu, 2,5% siswa yang tidak setuju dan 0% siswa yang sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat memutuskan masalah dengan cepat.
Tabel 5
Seorang Wiraswasta Mempunyai Sikap Mental yang Baik Hendaknya Juga Mempunyai Pengalaman Bekerja dalam Berwiraswasta
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 22 56,5%
SETUJU 16 41%
RAGU-RAGU 1 2,5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no. 3 dapat diketahui sebanyak 56,5% siswa yang sangat setuju bahwa seorang wiraswasta harus mempunyai sikap mental yang baik hendaknya juga mempunyai pengalaman bekerja dalam berwiraswasta, 41% siswa yang setuju, 2,5% siswa yang ragu-ragu, 0% siswa yang tidak
(45)
setuju dan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sangat setuju bahwa seorang wiraswasta harus mempunyai sikap mental yang baik hendaknya juga mempunyai pengalaman bekerja dalam berwiraswasta.
Tabel 6
Pekerjaan Seorang Wirausaha Merupakan Pekerjaan yang Mempunyai Banyak Tantangan
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 10 25,7%
SETUJU 17 43,5%
RAGU-RAGU 11 28,3%
TIDAK SETUJU 1 2,5%
SANGAT TIDAK SETUJU 0% 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no. 4 dapat diketahui sebanyak 25,7% siswa yang sangat setuju bahwa pekerjaan seorang wirausaha merupakan pekerjaan yang mempunyai banyak tantangan, 43,5% siswa yang setuju, 28,3% siswa yang ragu-ragu, 2,5% siswa yang tidak setuju dan 0% untuk siswa yang menyatakan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa setuju bahwa pekerjaan seorang wirausaha merupakan pekerjaan yang mempunyai banyak tantangan.
Tabel 7
Seorang Wirausha Selalu Bersikap Positif Terhadap Berbagai Masalah yang dihadapi
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 17 43,6%
SETUJU 16 41%
RAGU-RAGU 5 12,9%
TIDAK SETUJU 1 2,5%
SANGAT TIDAK SETUJU
(46)
Pada pertanyaan no.5 dapat diketahui sebanyak 43,6% siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa seorang wirausaha selalu bersikap positif terhadap berbagai masalah yang dihadapi, 41% siswa yang setuju, 12,9% siswa yang ragu-ragu 2,5% siswa yang tidak setuju dan 0% siswa yang sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus bersikap positif terhadap berbagai masalah yang dihadapi.
Tabel 8
Seorang Wirausaha Harus Dapat Menyusun Rencana Kerja, Baik Jangka Pendek dan Jangka Panjang
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 21 54%
SETUJU 16 41%
RAGU-RAGU 2 5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.6 dapat diketahui sebanyak 54% siswa yang sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat menyusun rencana kerja, baik jangka pendek dan jangka panjang, 41% siswa yang setuju, 5% siswa yang ragu-ragu, dan 0% untuk siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat menyusun rencana kerja, baik jangka pendek dan jangka panjang.
(47)
Tabel 9
Seorang wiraswasta harus selalu berusaha menciptakan kiat dan terobosan baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 22 56,5%
SETUJU 15 38,5%
RAGU-RAGU 2 5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.7 dapat diketahui sebanyak 56,5% siswa yang sangat setuju bahwa Seorang wiraswasta harus selalu berusaha menciptakan kiat dan terobosan baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, 38,5% siswa yang setuju, 5% siswa yang ragu-ragu, dan 0% untuk siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus selalu berusaha menciptakan kiat dan terobosan baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen.
Tabel 10
Dalam berwiraswasta tidak perlu ditunjang dengan pendidikan non formal
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 0 0%
SETUJU 14 36%
RAGU-RAGU 16 41%
TIDAK SETUJU 9 23%
SANGAT TIDAK SETUJU 0% 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.8 dapat diketahui 0% siswa yang sangat setuju bahwa dalam berwiraswasta tidak perlu ditunjang dengan pendidikan non
(48)
formal, 36% siswa yang setuju, 41% siswa yang ragu-ragu, 23% siswa yang tidak setuju dan 0% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa ragu-ragu bahwa dalam berwiraswasta tidak perlu ditunjang dengan pendidikan formal.
Tabel 11
Seorang wiraswasta tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang hendak dicapai
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 1 2,5%
SETUJU 8 20,5%
RAGU-RAGU 7 18%
TIDAK SETUJU 17 43,6%
SANGAT TIDAK SETUJU 6 15,4%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.9 dapat diketahui 2,5% siswa yang sangat setuju bahwa seorang wirausaha tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang hendak dicapai, 20,5% siswa yang setuju, 18% siswa yang ragu-ragu, 43,6% siswa yang tidak setuju dan 15,4% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak setuju bahwa seorang wirausaha tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang dicapai.
Tabel 12
Seorang wiraswasta mempunyai prinsip tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan usahanya
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 27 69,3%
SETUJU 12 30,7%
RAGU-RAGU 0 0%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
(49)
Pada pertanyaan no.10 dapat diketahui 69,3% siswa yang sangat setuju bahwa seorang wiraswasta mempunyai , 20,5% siswa yang setuju, 18% siswa yang ragu-ragu, 43,6% siswa yang tidak setuju dan 15,4% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak setuju bahwa seorang wirausaha tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang dicapai.
Tabel 13
Seorang wiraswasta harus memiliki kepercayaan diri dan berusaha mencari penghasilan dan keuntungan
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 16 41%
SETUJU 22 56,5%
RAGU-RAGU 1 2,5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.11 dapat diketahui 41% siswa yang sangat setuju bahwa seorang wiraswasta harus memiliki kepercayaan diri dan berusaha mencari penghasilan dan keuntungan , 56,5% siswa yang setuju, 2,5% siswa yang ragu-ragu, dan 0% untuk jawaban tidak setuju dan jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa seorang wiraswasta harus memiliki kepercayaan diri dan berusaha mencari penghasilan dan keuntungan.
(50)
Tabel 14
Untuk mencapai kemajuan dalam berwiraswasta yang perlu diperhatikan adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 9 23%
SETUJU R 11 28,8%
RAGU-RAGU 12 30,7%
TIDAK SETUJU 4 10%
SANGAT TIDAK SETUJU 3 7,5%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.12 dapat diketahui 23% siswa yang sangat setuju bahwa untuk mencapai kemajuan dalam berwiraswasta yang perlu diperhatikan adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, 28,8% siswa yang setuju, 30,7% siswa yang ragu-ragu, 10% untuk jawaban tidak setuju dan 7,5 untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa ragu-ragu bahwa untuk mencapai kemajuan dalam berwiraswasta yang perlu diperhatikan adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tabel 15
Pengalaman berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan seseorang
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 10 25,6%
SETUJU 21 53,9%
RAGU-RAGU 5 12,9%
TIDAK SETUJU 3 7,6%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.13 dapat diketahui 25,6% siswa yang sangat setuju bahwa pengalaman berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan seseorang, 53,9% siswa yang setuju, 12,9% siswa yang ragu-ragu,7,6% untuk jawaban tidak setuju dan 0% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini
(51)
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa pengalaman berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan seseorang.
Tabel 16
Seorang wiraswasta tidak perlu bekerja dengan orang lain untuk menerima petunjuk dan melakukannya secara sukarela
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 3 7,5%
SETUJU 7 18%
RAGU-RAGU 10 25,7%
TIDAK SETUJU 12 30,8%
SANGAT TIDAK SETUJU 7 18%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.14 dapat diketahui 7,5% siswa yang sangat setuju bahwa Seorang wiraswasta tidak perlu bekerja dengan orang lain untuk menerima petunjuk dan melakukannya secara sukarela, 18% siswa yang setuju, 25,7% siswa yang ragu-ragu,30,8% untuk jawaban tidak setuju dan 18% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak setuju bahwa seorang wiraswasta tidak perlu bekerja dengan orang lain untuk menerima petunjuk dan melakukannya secara sukarela.
Tabel 17
Keberhasilan seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi oleh lingkungan
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 4 10,2%
SETUJU 11 28,3%
RAGU-RAGU 8 20,5%
TIDAK SETUJU 15 38,5%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 2,5%
(52)
Pada pertanyaan no.15 dapat diketahui 10,2% siswa yang sangat setuju bahwa keberhasilan seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi oleh lingkungan, 28,3 % siswa yang setuju, 20,5% siswa yang ragu-ragu,38,5 % untuk jawaban tidak setuju dan 2,5 % untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak setuju bahwa keberhasilan seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Tabel 18
Orang tua anda adalah termasuk orang yang berhasil dalam berwiraswasta dan anda akan mengikuti jejaknya
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 9 23%
SETUJU 15 38,56%
RAGU-RAGU 9 23%
TIDAK SETUJU 6 15,44%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.16 dapat diketahui 23 % siswa yang sangat setuju bahwa orang tua anda termasuk orang tua yang berhasil dalam berwiraswasta dan akan mengikuti jejaknya, 38,56 % siswa yang setuju, 23 % siswa yang ragu-ragu,15,44 % untuk jawaban tidak setuju dan 0 % untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa orang tua anda termasuk orang tua yang berhasil dalam berwiraswasta dan akan mengikuti jejaknya. Dan dari hasil wawancara pun dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu siswa yang orang tuanya seorang wirausahawan maka anaknya memiliki keinginan untuk mengikuti jejak orang tuanya untuk berwiraswasta.
(53)
Tabel 19
Untuk menjadi seorang wiraswasta harus ditunjang dengan modal yang cukup besar
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 1 2,5%
SETUJU 8 20,52%
RAGU-RAGU 15 38,56%
TIDAK SETUJU 11 28,21%
SANGAT TIDAK SETUJU 4 10,21%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.17 dapat diketahui 2,5 % siswa yang sangat setuju bahwa untuk menjadi seorang wiraswasta harus ditunjang dengan modal yang cukup besar, 20,52 % siswa yang setuju, 38,56 % siswa yang ragu-ragu,28,21 % untuk jawaban tidak setuju dan 10,21 % untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa ragu-ragu bahwa untuk menjadi seorang wiraswasta harus ditunjang dengan modal yang cukup besar
Tabel 20
pengalaman dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam berwiraswasta
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 14 35,9%
SETUJU 13 33,4%
RAGU-RAGU 11 28,2%
TIDAK SETUJU 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 2,5%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.18 dapat diketahui 35,9 % siswa yang sangat setuju bahwa pengalaman dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam berwiraswasta, 33,4 % siswa yang setuju,28,2 % siswa yang ragu-ragu, 0 % untuk jawaban tidak setuju dan 2,5 % untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini
(54)
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sangat setuju bahwa pengalaman dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam berwiraswasta.
C. Pengolahan Data Hasil Belajar Kewirausahaan (Variabel X)
Untuk mengetahui rata-rata (Mean) dari variabel (X) hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Dua Mei Ciputat, berikut ini disajikan masing- masing yaitu:
Hasil Belajar
Rata-rata = r = X1 +
f fd
=
60+9
4
3 10
=
60 – 2,66 = 57,444 = 57Dari pengolahan data yang diperoleh melalui tabel distribusi frekuensi hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Dua Mei Ciputat (Variabel X) diperoleh rata-rata mean 57.
D. Pengolahan Data Motivasi Berwiraswasta Siswa (Variabel Y)
Untuk mengetahui data variabel (Y) tentang motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei Ciputat sebagai berikut:
Untuk mencari nilai rata-rata dan varian dengan menggunakan rumus yang disajaikan dapat dilihata dari perhitungan berikut ini:
Motivasi
Rata-rata = r
f fd
= 68 +
=
68+
39 37
(55)
= 68,94 = 69
Dari pengolahan data yang diperoleh melalui tabel distribusi frekuensi hasil motivasi siswa SMK Dua Mei Ciputat (Variabel Y) diperoleh rata-rata mean 69.
E. Pengolahan Data Korelasi Variabel (X) dan Variabel (Y)
Pengolahan data untuk menganalisa korelasi antara variabel X (hasil belajar kewirausahaan) dengan variabel Y (motivasi berwiraswasta), sebagai berikut:
Korelasi Variable x dan y
Hasil yang diterima antara korelasi hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa adalah 0,94921 ini membuktikan bahwa sangat tinggi sekali hubungan anatra hasil belajar kewiraushaan dengan motivasi berwiraswasta siswa ini dapat dilihat dari tabel interpretasi product moment.
(56)
Tabel 25
Interpretasi Product Moment
Besarnya “r” product moment (rxy) Interprestasi
0,00-0,20 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
itu sangat lemah rendah sehingga korelasi itu diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan variabel y
0,20-0, 40 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah
0, 40-0, 70 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup
0,70-0,90 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi
0,90-1,00 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau tinggi
F. Pengujian Hipotesis
Setelah diketahui besar nilai koefisien korelasi, maka perlu diadakan pengujian hipotesis. Untuk mengetahui tingkat signifikasi antara variabel X dan Y.
1. Hipotesis Ho ( terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa).
2. Hipotesis HI (tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa)
Dari uji hipotesis koefisien korelasi sebesar 0.94921 dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat tinggi antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Berarti hipotesisnya adalah:
(1)
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan
saran kepada pihak yang terkait, diantaranya:
1.
Untuk Guru
a.
Seyogyanya mempunyai wawasan yang lebih luas, agar penyampaian
materi pelajaran tidak terbatas pada materi yang ada dibuku saja.
b.
Berusaha untuk lebih menarik minat siswa dalam menyampaikan
materi, agar siswa lebih termotivasi untuk berwiraswasta.
c.
Dalam menyampaikan materi, berusaha untuk lebih banyak
penggunaan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar kewirausahaan dan pembelajaran tidak terkesan membosankan
siswa-siswi. Dan harus sesuai dengan program-program yang
mengarah kepada kewirausahaan.
2.
Untuk Siswa
Siswa diharapkan tidak cepat merasa puas atas penjelasan guru,
hendaknya untuk lebih kritis dengan mencoba membuktikan sendiri dan
mencari sumber lain dari pengetahuan yang telah dimiliki.
(2)
RESPONDEN Nilai
1 53
2 65
3 60
4 45
5 50
6 55
7 68
8 40
9 67
10 58
11 60
12 63
13 55
14 63
15 50
16 60
17 50
18 60
19 62
20 70
21 60
22 50
23 55
24 50
25 60
26 60
27 50
28 67
29 75
30 50
31 50
32 61
33 62
34 60
35 67
36 50
37 50
38 60
39 55
VARIABEL (X)
(3)
DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DUA MEI CIPUTAT (X)
Nilai Tally F D Fd fd2
75 1 1 15 15 225
70 1 1 10 10 100
68 1 1 8 8 64
67 3 3 7 21 441
65 1 1 5 5 25
63 2 2 3 6 36
62 2 2 2 4 16
61 1 1 1 1 1
60 9 9 0 0 0
58 1 1 -2 -2 4
55 4 4 -5 -20 400
53 1 1 -7 -7 49
50 10 10 -10 -100 10000
45 1 1 -15 -15 225
40 1 1 -20 -20 400
(4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 5 4 5 5 4 4 5 2 1 5 4 2 4 2 2 4 2 5 65
2 5 4 4 3 5 4 5 3 2 5 5 3 4 3 2 4 3 5 69
3 4 4 5 2 5 4 4 2 3 5 4 5 3 4 2 5 1 5 67
4 5 3 4 5 4 3 5 4 2 4 5 1 2 1 3 3 2 3 59
5 5 4 5 5 5 5 4 4 2 5 4 3 4 2 3 3 2 4 69
6 5 4 4 4 4 3 4 3 2 5 4 4 3 2 3 4 3 4 65
7 5 4 4 3 4 4 5 3 2 5 4 3 5 3 2 2 3 3 64
8 5 4 4 3 2 4 4 2 3 5 4 4 4 3 2 2 3 3 61
9 4 4 5 5 4 5 2 3 2 5 5 4 3 4 3 5 4 4 71
10 5 4 4 5 4 5 4 2 3 5 4 4 4 3 2 5 4 5 72
11 4 4 5 4 4 5 5 3 3 5 5 3 5 3 3 4 3 4 72
12 4 4 4 4 4 5 5 3 1 5 5 1 5 3 4 3 2 5 67
13 5 4 4 5 4 5 4 2 3 5 4 5 4 4 5 5 4 5 77
14 4 5 5 3 4 4 5 3 2 4 4 5 4 2 4 4 3 3 68
15 5 4 5 3 4 4 4 3 2 4 4 5 4 3 4 4 3 3 68
16 5 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 5 4 2 4 4 3 3 66
17 5 4 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 4 2 5 5 2 5 77
18 5 4 5 3 3 5 5 2 2 4 5 3 5 1 2 4 4 5 67
19 5 4 5 4 5 4 5 3 2 5 5 2 4 2 4 5 2 5 71
20 5 5 4 4 4 5 3 2 2 4 5 4 5 1 2 5 3 4 67
21 5 4 5 4 5 4 5 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 5 69
22 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 3 4 77
23 5 4 5 3 5 5 4 3 1 5 4 1 5 2 3 5 3 5 68
24 5 4 3 5 3 5 5 4 1 5 4 3 3 1 1 3 4 4 63
25 5 5 4 4 5 4 5 3 4 5 3 3 4 1 2 4 2 5 68
26 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 81
27 5 2 5 4 5 5 5 4 2 5 5 4 4 2 2 2 2 3 66
28 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 82
29 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75
30 4 4 5 5 4 4 4 4 2 5 4 3 4 2 3 3 2 3 65
31 4 4 5 5 5 4 4 4 2 5 4 3 4 2 3 3 2 3 66
32 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 3 4 4 2 3 3 4 72
33 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
34 4 4 5 3 3 5 4 3 1 4 4 2 2 1 2 2 1 3 53
35 5 4 5 3 3 5 4 3 1 4 4 2 2 1 2 2 1 1 52
36 5 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 3 4 3 3 4 71
37 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 3 5 5 3 3 3 78
38 5 4 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 4 2 2 2 2 4 70
39 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 81
185 159 177 155 166 174 176 124 101 183 171 135 155 103 120 143 112 156 2695
Jumlah SKOR
No Res
(5)
DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL MOTIVASI
BERWIRASWASTA SISWA SMK DUA MEI
CIPUTAT (Y)
Nilai Tally F D Fd fd2
82 I 1 14 14 196
81 II 2 13 26 676
78 I 1 10 10 100
77 III 3 9 27 729
76 I 1 8 8 64
75 I 1 7 7 14
72 III 3 4 12 144
71 III 3 3 9 81
70 I 1 2 2 4
69 III 3 1 3 9
68 IV 4 0 0 0
67 IV 4 -1 -4 16
66 III 3 -2 -6 36
65 III 3 -3 -9 81
64 I 1 -4 -4 16
63 I 1 -5 -5 25
61 I 1 -7 -7 49
59 I 1 -9 -9 81
53 I 1 -15 -15 225
52 I 1 -16 -16 256
(6)
SKOR HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN MOTIVASI
BERWIRASWASTA SISWA SMK DUA MEI CIPUTAT
NO X Y XY X2 Y2
1 75 82 6150 5625 6724
2 70 81 5670 4900 4900
3 68 81 5508 4624 4624
4 67 78 5226 4489 6084
5 67 77 5159 4489 5929
6 67 77 5159 4489 5929
7 65 77 5005 4225 5929
8 63 76 4788 3969 5776
9 63 75 4725 3969 5625
10 62 72 4464 3844 5184
11 62 72 4464 3844 5184
12 61 72 4392 3721 5184
13 60 71 4260 3600 5041
14 60 71 4260 3600 5041
15 60 71 4260 3600 5041
16 60 70 4200 3600 4900
17 60 69 4140 3600 4761
18 60 69 4140 3600 4761
19 60 69 4140 3600 4761
20 60 68 4080 3600 4624
21 60 68 4080 3600 4624
22 58 68 3944 3364 4624
23 55 68 3740 3025 4624
24 55 67 3685 3025 4489
25 55 67 3685 3025 4489
26 55 67 3685 3025 4489
27 53 67 3551 2809 4489
28 50 66 3300 2500 4356
29 50 66 3300 2500 4356
30 50 66 3300 2500 4356
31 50 65 3250 2500 4225
32 50 65 3250 2500 4225
33 50 65 3250 2500 4225
34 50 64 3200 2500 4096
35 50 63 3150 2500 3969
36 50 61 3050 2500 3721
37 50 59 2950 2500 3481
38 45 53 2385 2025 2809
39 40 52 2080 1600 2704