Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

karena itu, karena ia sebuah produk baru ia perlu dikenalkan ke masyarakat, diungkapkan kelebihan yang ia miliki. Dalam perjalanannya, antara media massa dan proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, senantiasa tidak dapat dipisahkan. Bagi siapa pun yang akan berlaga dalam pilkada tentu amat memperhitungkan keberadaan media massa. Realitas sosial menunjukkan saat ini adalah “era media”. Apa pun peristiwa yang ada di tengah masyarakat menjadi komoditas pers. Apalagi momen Pilkada sebagai bahan informasi yang menarik untuk diberitakan. Sementara bagi mereka yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada, utamanya calon kepala daerah, akan memaksimalkan media sebagai instrumen untuk membangun komunikasi politik yang tidak saja mensosialisasikan keberadaannya namun sekaligus menjadi “mesin pembujuk” yang luar biasa sistematis dan berpengaruh. Media massa sebagai salah satu medium perpanjangan alat indra yang baik. Informasi yang layak diberitakan tersebut selanjutnya disajikan dalam media massa, baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan media cetak khususnya surat kabar masih tetap menjadi andalan untuk mengetahui berbagai peristiwa dan kejadian. Hal ini antara lain karena didukung oleh sifat-sifat khas yang dimiliki surat kabar dibanding media massa elektronik. Berita yang disajikan lewat surat kabar dapat disimpan dan dibaca kembali pada saat dibutuhkan. Selain itu isi dan bentuk pelaporan beritanya cukup bervariasi. Berkaitan dengan berita-berita Pilkada maka akan lebih banyak disajikan dalam surat kabar daerah dibandingkan dalam surat kabar nasional. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip proximity dalam jurnalistik yang mengandung arti bahwa masyarakat akan cenderung tertarik membaca berita-berita yang dekat 2 dengan dirinya, baik kedekatan geografis, kultural, sosiologis, maupun kedekatan psikologis. Dengan demikian, bagi masyarakat yang ingin mengetahui proses pelaksanaan Pilkada di Bekasi, maka perlu membaca berita-berita yang disajikan oleh surat kabar di daerah Bekasi. Politik merupakan salah satu kegiatan penting bagi manusia, karena suatu negara yang memiliki masyarakat yang beragam atau bermacam – macam kebudayaan, suku, dan bahasa seperti Indonesia ini, dituntut untuk memiliki struktur organisasi kepemimpinan yang teratur. Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku. Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi- reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individu- individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik. 2 Tujuan utama sosialisasi politik adalah pembentukan sikap serta watak insan politik. Melalui proses sosialisasi, individu-individu diharapkan berpartisipasi di dalam kehidupan politik secara bertanggung jawab. 3 Dengan partisipasi politik dimaksud keterlibatan individu-individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Namun sosialisasi dan partisipasi politik tergantung dari komunikasi politik. 4 2 Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,Jakarta : Rineka Cipta, 2001 h. 135-136 3 Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,Jakarta : Rineka Cipta, 2001 h. 136 4 Ibid, h.158 3 Di Indonesia penerapan komunikasi politik perlu terus dikembangkan dan disosialisasikan, hal ini penting untuk pertumbuhan demokrasi. Pemilihan kepala daerah secara langsung memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka. Karena melalui komunikasi politik, rakyat bisa menyalurkan aspirasinya. Pemilihan Langsung Kepala Daerah selanjutnya disebut Pilkada, merupakan langkah maju proses demokratisasi lokal di Indonesia. Bergulirnya reformasi membuat masyarakat menjadi relatif demokratis. Mereka terlihat independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi informasi. 5 Pilkada merupakan momen historis bagi Bangsa Indonesia, di mana para kepala daerah dipilih secara langsung. Ini merupakan ‘hajatan’ baru yang akan menentukan nasib penanganan daerah-daerah di masa mendatang. Model birokrasi daerah yang selama ini elitis dan menutup akses dari partisipasi rakyat, mau tidak mau harus tunduk pada kedaulatan rakyat. Peran besar yang diberikan kepada rakyat untuk menentukan kepala daerah mereka masing-masing. 6 Tentu saja, komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana, karena cara kerja sistem politik amat ditentukan oleh adanya suatu masukan input dari lingkungan, dan setelah melalui proses tertentu membentuk sejumlah output. Selanjutnya output ini diberikan kembali kepada lingkungan, sebagai umpan balik feed back . 7 5 Thubany, Syamsul Hady, Editor : Fahmi Wibawa, Pilkada Bima 2005 Era Baru Demokratisasi Lokal Indonesia, Yogyakarta : Nuansa Aksara, Cetakan ke-1, Oktober, 2005, hlm ix 6 Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010, h. 13 7 Ibid, h.13 4 Penting untuk diperhatikan bahwa tanpa komunikasi politik yang efektif, maka aktifitas politik akan kehilangan bentuk. Untuk itu sumber pesan, misalnya seorang calon pemimpin dituntut untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada para pendukungnya dan masyarakat luas. Di samping itu, calon yang bersangkutan pun harus tahu saluran atau sarana penyampaian informasi yang tepat. 8 Perkembangan teknologi, menjadikan media massa sebagai sebuah pilihan alat kampanye menguntungkan terutama pada partai politik yang mengusung orang baru di dalamnya. Karena mereka perlu untuk menjangkau pemilih yang berada di pelosok daerah. Karena media massa mempunyai kekuatan sebagai pilar keempat demokrasi, sehingga mampu menyebarluaskan visi misi calon keberbagai wilayah. 9 Media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan komunikasi politik yang sangat diminati. Kampanye pilkada menyajikan peluang yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan pemberian suara dan tindakan memberikan suara ialah upaya untuk mempersuasi rakyat melalui media massa. Media massa sangat penting dalam komunikasi politik, media massa merupakan jenis media yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas, dan dalam waktu yang bersamaan. 8 Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta : Rineka Cipta, 2001 h.163 9 Venus, Antar, Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktiis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama, hlm. xiv 5 Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut. masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. pada pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistim politik di mana kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta nation building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator. 10 Dalam konteks demokrasi, sejatinya partai politik dan media massa mempunyai peran yang saling melengkapi. Media massa bertindak sebagai kontrol atas realitas sosial politik yang disampaikan kepada masyarakat luas dalam bentuk informasi. Sedangkan partai politik menjadi institusi yang menyerap persoalan masyarakat akar rumput grass root untuk diselesaikan di tingkat pemerintah. Tujuan keduanya sinergis, yakni bagaimana demokrasi dijalankan dan bagaimana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas. Tentu saja dalam perkembangannya, banyak pihak yang terlibat Media massa dapat menciptakan image tertentu terhadap siapa atau apa saja, seraya memobilisir kesadaran menurut yang dikehendakinya. Proses hegemoni kesadaran media massa ini tidak bisa lepas dari berbagai kepentingan.dalam pemanfaatan media massa sebagai instrumen pemenuhan kepentingan. Hal ini dimanfaatkan pada pilkada kota Bekasi untuk menyampaikan pesan politik dalam rangka mensukseskan pasangan Mochtar Mohammad Calon Walikota dari PDIP yang akan disandingkan dengan Rahmat Effendi Calon 10 Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, 1998, hal. 69 6 Wakil Walikota dari Partai Golkar, yang didukung oleh partai-partai besar, yakni : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan PPP, Partai Amanat Nasional PAN, Partai Bulan Bintang PBB dan didukung pula oleh Partai Damai Sejahtera PDS yang bergabung dalam Koalisi Gotong Royong. Berpasangannya Mochtar Mohammad M2 dan Rahmat Efendi Pepen dalam koalisi ‘MuRah’, yang diusung oleh koalisi partai besar menjadi fenomena menarik, mencoba mengadopsi konfigurasi pilkada Jakarta. Bertemunya Mochtar Mohammad Babeh M2 dan Rahmat Effendi Bang Pepen adalah semacam reuni, mereka berdua pernah sama-sama menjadi anggota DPRD di komisi anggaran, Pasangan MuRaH mengusung isu Pendidikan dan Kesehatan Gratis. 11 Gratis pendidikan usia wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan gratis kesehatan ditingkat pusat kesehatan masyarakat puskesmas, bukan sekedar bebas dari biaya tetapi lebih dari itu, bagaimana mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Itulah salah satu program kerja yang menjadi prioritas bila Mochtar Mohammad M2 dan Rahmat Effendi Pepen yang diusung koalisi Gotong Royong pada pilkada kota Bekasi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2008. Media massa memberitakan sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon koalisi Gotong Royong, dalam lingkungan publik. Dalam politik hal ini merupakan suatu yang strategis, karena tujuan dari persuasinya ini juga adalah manipulasi psikologis khalayak. 11 Taufik, “DKI Jakarta Jilid 2 ,“ M2 Media, 8 November 2007, h. 4 7 Pilkada merupakan momentum bagi masyarakat untuk menentukan pemerintahan Kota Bekasi. Karena Pilkada tahun 2008 merupakan Pilkada langsung yang pertama di Kota Bekasi. Masyarakat Kota Bekasi dalam melihat Pilkada masih tergolong bersifat wait and see atau boleh di bilang masa bodoh. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD juga tergolong minim. Melalui media massa sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi MuRaH. Pasangan calon walikota ini juga gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kecamatan, mereka juga menyebarkan sejumlah spanduk, pamflet hingga pemasangan baliho ‘raksasa’ di sudut – sudut Kota Bekasi. 12 Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD Kota Bekasi pada rapat pleno Minggu, 03 Februari 2008 menetapkan pasangan “MuRah” Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi yang diusung oleh koalisi 9 parpol sebagai pemenang pilkada kota Bekasi dengan perolehan suara sebesar 368.940 suara dari 729.388 atau 50,6, mengalahkan pasangan “SuKa” Akhmad Syaikhu- Kamaludin Djaini yang diusung oleh PKS dan koalisi pelangi yang hanya memperoleh 303.209 suara atau 41.6 suara. Sisa perolehan suara sebesar 7.8 atau sekitar 57.239 suara diraih oleh pasangan “Wiro” Awing Asmawi-Ronny Hermawan yang diusung oleh Partai Demokrat. 13 Hasil pleno KPUD Kota Bekasi ini dinyatakan dalam Surat Keputusan KPUD Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008. Setelah rapat pleno, hasilnya 12 Iskandar, Deni, “ Aksi Parpol JelangPenetapan Kandidat Wali Kota Bekasi,” Indo Pos, 3 Desember 2007, h. 1 13 Masim Vavai Sugianto,”Pleno KPUD Kota Bekasi Menetapkan M2R sebagai Pemenang,” artikel diakses pada 20 juni 2008 dari http:www.vavai.comblogindexphp 8 dikirimkan kepada Mendagri untuk kemudian dilantik pada bulan Maret 2008. Hasil pleno ini diterima oleh seluruh saksi masing-masing pasangan calon sehingga secara definitif kota Bekasi akan dipimpin oleh Mochtar Mohammad - Rahmat Effendi untuk periode tahun 2008-2013. Media dengan kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting. Media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media. Dalam konteks komunikasi Politik media massa menjadikan dirinya sebagai medium pesan politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan pengaruh secara terus menerus di produksi dan didistribusikan oleh media massa. Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka penulis tertarik untuk mengamati Komunikasi Politik melalui media massa dan selanjutnya dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad Dan Rahmat Effendi MuRah Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah Karena komunikasi politik merupakan studi yang luas, maka peneliti membatasinya pada kegiatan Sosialisasi politik melalui media massa yang dilakukan oleh pasangan ‘MuRah’ Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Kota Bekasi, yang selanjutnya akan dianalisa. 9 2. Perumusan Masalah Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, Secara sederhana perumusan masalahnya adalah : a. Bagaimanakah Sosialisasi Politik pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat Effendi MuRaH melalui Media Massa dalam Pilkada Kota Bekasi? b. Apa saja Faktor pendukung dan penghambat yang didapat oleh pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi MuRaH dalam Pilkada Kota Bekasi?

C. Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang dicapai dari penulis skripsi ini, yaitu : a. Bertujuan untuk menjelaskan dan menampilkan hal-hal yang terkait dengan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi MuRaH melalui media massa pada Pilkada Kota Bekasi. b. Bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang didapat oleh pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi MuRaH dalam Pilkada Kota Bekasi.

2. Manfaat Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah : 10 a. Secara Akademis, tulisan ini diharapkan bisa memberi tambahan wacana dan referensi untuk keperluan studi lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan kepustakaan. b. Secara Praktis, dengan tulisan ini penulis berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Komunikasi politik terutama bagaimana kiat komunikasi politik melalui media massa, dan tata cara komunikasi politik yang baik bagi penulis sendiri maupun bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu metode dimana pencarian data tidak dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling bahkan populasi dan sampling terbatas. Jika data yang terkumpul sudah menjelaskan fenomena yang diteliti, maka peneliti tidak perlu mencari sampling lainnya. 14 Metodologi kualitatif menurut Taylor dan Bogdan, adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya 14 Kriyantono, Rachmat, S.Sos, M. Si, Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Group, hal.58 11