mencukupi, pasien lemah karbohidrat. Makanan
diberikan dalam posisi setengah tidur.
Malabsorbsi lemak Gangguan penyerapan
lemak Anjuran: sumber lemak
nabati, MCT, tambahkan
Manisfestasi Klinis Gangguan gizi
Rekomendasi Gizi
vitamin larut lemak Demam
Peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan
cairan Anjuran: minum lebih dari
2 literhari, makanan lunak.
Penurunan berat badan Gangguan makan secara
oral Tinggi kalori protein,
padat kalori, rendah serat.
Muntah Porsi kecil tapi sering,
menghindari aroma makanan yang
merangsang.
Sumber: Kemenkes 2010
2.3 Diet HIVAIDS
Asuhan gizi rumah sakit pada penderita HIVAIDS rawat inap dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang teratur. Diet merupakan makanan yang
ditentukan dan dikendalikan untuk tujuan tertentu. Dalam diet jenis dan banyaknya suatu makanan ditentukan. Disamping itu dalam diet jumlah asupan dan frekuensi
makan juga dikendalikan sehingga tercapai tujuan diet tersebut Budianto, 2009. Di rumah sakit terdapat pula pedoman diet tersendiri yang akan memberikan
rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan atau memperhatikan status gizi pasien, tetapi juga untuk mencegah permasalahan lainnya yang timbul. Dengan memperhatikan tujuan diet
tersebut, rumah sakit umumnya menyediakan makanan dengan kriteria seperti : makanan dengan komposisi gizi yang baik dan seimbang menurut keadaan penyakit
dan status gizi masing-masing pasien, makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastrointestinal dan penyakit masing-masing pasien, makanan
yang mudah dicerna dan tidak merangsang Hartono, 2000.
K
ebutuhan nutrisi pada orang dengan HIVAIDS lebih tinggi dibandingkan orang sehat. Kebutuhan energi dihitung berdasarkan ada atau tidaknya gejala seperti
demam, penurunan berat badan dan wasting Jafar, 2004. Penelitian menunjukkan, 40-44 dewasa dan 59 anak-anak menderita gizi kurang dan wasting. Seseorang
dikatakan wasting bila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10 berat badan normal disertai demam lebih dari 30 hari, diare, dan gangguan penyakit lainnya
WHO, 2012. Untuk mengatasi masalah gizi pada pasien HIVAIDS, maka diberikan
makanan tinggi kalori-protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air. Tujuan diet penyakit HIVAIDS secara umum adalah:
1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh
aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV. 2.
Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot Lean Body Mass.
3. Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Universitas Sumatera Utara
4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga, dan relaksasi.
Tujuan diet penyakit HIVAIDS secara khusus adalah: 1.
Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual, dan muntah. 2.
Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang,
perubahan indera pengecap, dan kesulitan menelan. 3.
Mencapai dan mempertahankan berat badan normal. 4.
Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan terutama jaringan otot. 5.
Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.
Syarat-syarat diet penyakit HIVAIDS adalah: 1.
Makanan yang diberikan harus mengandung kalori tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stress, aktifitas fisik, dan kenaikan
suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13 untuk setiap kenaikan 1 C.
2. Protein tinggi yaitu sebesar 1,1-1,5 gKg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3. Makanan yang disediakan harus mengandung lemak cukup yaitu 10-25
dari kebutuhan energi total dan jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien.
4. Makanan mengandung vitamin dan mineral tinggi yaitu 1½ kali 150
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan AKG terutama vitamin A, B
12,
C,
Universitas Sumatera Utara
E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan selenium. Bila perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari
karena dapat menekan kekebalan tubuh. 5.
Makanan harus cukup serat untuk mencegah komplikasi. 6.
Cairan harus cukup, khususnya dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan secara bertahap dengan konsistensi yang
sesuai. 7.
Elektrolit harus diganti natrium, kalium dan klorida jika terjadi muntah dan diare.
8. Bentuk makanan harus disesuaikan dengan keadaan penyakit.
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik,
maupun kimia Almatsier, 2006. Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara
oral, enteral sonde, dan parenteral infus. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, AIDS II, dan AIDS III.
1. Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengan gejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran
menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan. Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan
pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan
Universitas Sumatera Utara
diberikan dalam bentuk sonde atau kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan
enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C. Nilai gizi bahan makanan cair oral dan makanan
lewat pipa diet AIDS I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel.2.4. Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet AIDS I Makanan Cair
Oral Makanan lewat pipasonde
Buatan Sendiri Komersial
Energi kkal 2207
2240 2100
Protein g 73
95 90
Lemak g 103
83 61
Karbohidrat g 251
284 306
Besi mg 6,4
6.3 42,5
Vitamin A RE 1361
1349 1800
Tiamin mg 0,7
1 4,1
Universitas Sumatera Utara
Vitamin C mg 12
66 540
Sumber : Almatsier 2006
2. Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam.
Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Nilai gizi bahan makanan saring oral dan makanan enteral komersial diet AIDS II dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2.5 Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet AIDS II Makanan Saring
Oral Makanan Enteral
Komersial
Energi kkal 1900
2100 90
61 306
32500 42,5
1800 4,5
540 Protein g
72 Lemak g
83 Karbohidrat g
223 Kalsium mg
1300 Besi mg
25,6 Vitamin A RE
2940 Tiamin mg
0,8 Vitamin C mg
176
Sumber : Almatsier 2006
Universitas Sumatera Utara
3. Diet AIDS III
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa,
diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energi, protein, vitamin, dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih
terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama. Nilai gizi bahan makanan
biasalunak dan makanan enteral sonde diet AIDS III dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.6 Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet AIDS III Makanan
Biasalunak Makanan Sonde
Energi kkal 2503
2520 107
73 367
39000 50,9
2163 4,98
644 Protein g
90 Lemak g
65 Karbohidrat g
387 Kalsium mg
673 Besi mg
27,9 Vitamin A RE
29502 Tiamin mg
1,2 Vitamin C mg
145
Sumber: Almatsier 2006
Universitas Sumatera Utara
Menurut Almatsier 2006, ada beberapa bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan berdasarkan golongan bahan makanan dalam diet HIVAIDS.
Adapun bahan makanan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.7
Tabel 2.7 Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Dalam Diet HIVAIDS
Bahan Makanan Dianjurkan
Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Semua bahan makanan
kecuali yang menimbulkan gas.
Bahan makanan yang menimbulkan gas seperti
ubi jalar.
Sumber Protein
Hewani Susu, telur, daging, dan
ayam tidak berlemak; ikan Daging dan ayam
berlemak, kulit ayam Sumber
Protein nabati Tempe, tahu, dan kacang
hijau Kacang merah
Sumber lemak Minyak, margarine, santan,
dan kelapa dalam jumlah terbatas
Semua makanan yang mengandung lemak tinggi
digoreng, bersantan kental
Sayuran Sayuran yang tidak
menimbulkan gas seperti labu kuning, wortel, bayam
Sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, dan
ketimun
kangkung, buncis, kacang panjang, dan tomat.
Buah-buahan Papaya, pisang, jeruk, apel,
dan sebagainya Buah-buahan yang
mengandung gas, seperti nangka dan durian
Bumbu Bumbu yang tidak
merangsang, seperti bawang merah, bawang
putih, daun salam, ketumbar, laos, kecap
Bumbu yang merangsang seperti cabe, lada, asam,
cuka, dan jahe
Minuman Sirup, teh, dan kopi
Minuman bersoda dan mengandung alcohol
Sumber : Almatsier 2006
Universitas Sumatera Utara
Penurunan berat badan secara drastis sering terjadi pada pasien HIVAIDS. Pemberian diet TKTP bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh, serta menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein TKTP adalah diet yang mengandung energi dan protein diatas normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau bentuk minuman enteral Tinggi Kalori Tinggi Protein. Diet ini diberikan bila pasien
telah mempunyai nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap. Pada prinsipnya diet TKTP diberikan secara bertahap secara oral melalui mulut,
mengandung energi yang memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin
dan mineral yang cukup Almatsier, 2006. Asupan zat gizi mikro penting dalam fungsi kekebalan tubuh dan infeksi
penyakit menular. Penelitian yang dilakukan oleh Ive Maryani, dkk di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menemukan bahwa sebagian besar pasien HIVAIDS memiliki
asupan antioksidan rendah seperti vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Padahal antioksidan berfungsi untuk melindungi sel-sel, mempercepat penyembuhan luka,
memperbaiki nafsu makan dan stabilitator berat badan Maryani dkk, 2012. Penelitian pada pria Amerika Serikat menemukan asupan vitamin C menghambat
menurunnya laju limfosit dan viral load.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian diet TKTP pada pasien HIVAIDS rawat inap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkalkg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2-2,5 gkg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25 dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.
Pemberian diet TKTP disesuaikan dengan jenis diet TKTP yang harus
diberikan. Adapun jenis diet TKTP adalah berupa diet TKTP I dan diet TKTP II. Diet TKTP I dengan energi 2600 kkal dan protein 100 g 2 gkg BB. Diet TKTP II
dengan energi 3000 kkal dan protein sebesar 125 g 2,5 gkg BB. Bahan makanan TKTP adalah bahan makanan biasa seperti yang terdapat
pada Tabel 2.8
Tabel 2.8 Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa Bahan Makanan
TKTP I TKTP II
Berat g Urt
Berat g Urt
Susu 200
1 gls 400
2 gls Telur ayam
50 1 btr
100 2 btr
Daging 50
1 ptg sdg 100
2 ptg sdg Formula komersial
200 1 gls
200 1gls
Universitas Sumatera Utara
Gula pasir 50
3 sdm 50
3 sdm
Sumber: Almatsier 2006
Nilai gizi berdasarkan jenis diet TKTP nya dapat dilihat pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Kandungan Zat Gizi Diet TKTP
TKTP I TKTP II
Energi kkal 2690
3040 Protein g
103 120
Lemak g 73
98 Karbohidrat g
420 420
Kalsium mg 700
1400 Besi mg
30,2 36
Vitamin A RE 2746
2965 Tiamin mg
1,5 1,7
Vitamin C mg 114
136
Sumber: Almatsier 2006
2.4 Penilaian Status Gizi Pada Pasien HIVAIDS Rawat Inap