BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, maka beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain :
1. Penatalaksanaan diet pasien HIVAIDS diberikan standar makanan umum
rumah sakit berupa makanan biasa dan makanan lunak, belum diberikan diet TKTP tinggi kalori tinggi protein.
2. Frekuensi pemberian diet pasien HIVAIDS di RSUP H. Adam Malik Medan
masih kurang dengan 3 tiga kali menu utama dan 1 satu menu selingan pagi dalam sehari, tidak ada pemberian dengan frekuensi sering sesuai
gangguan gizi yang dialami pasien. 3.
Jumlah pemberian dalam makanan biasa masih kurang yaitu kalori 84 standar makanan biasa, 67 standar diet TKTP I dan protein 87 standar
makanan biasa, 64 protein standar diet TKTP I dari total kebutuhan gizi pasien HIVAIDS.
4. Kandungan zat gizi energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, dan
vitamin C dalam setiap jenis diet yang diberikan rumah sakit dalam makanan biasa dan makanan lunak masih dibawah anjuran standar diet yang
seharusnya. 5.
Mayoritas pasien tergolong pada status gizi kurus tingkat berat sebanyak 9 orang 75, serta mengalami tuberkulosis paru 75.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka saran peneliti yang dapat diberikan yaitu:
1. Diharapkan instalansi gizi RSUP H. Adam Malik Medan melakukan
pengolahan diet khusus bagi penderita HIVAIDS sesuai kebutuhan dan gangguan gizi yang dialami tanpa adanya diskriminasi kelas pasien,
melakukan pengawasan dalam mengonsumsi makanan pasien, serta adanya kebijakan instalasi gizi dalam menambah jam makan.
2. Sebaiknya instalasi gizi RSUP H. Adam Malik Medan menambahkan jumlah
dan variasi makanan sumber zat gizi makro maupun zat gizi mikro tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penatalaksanaan Gizi Pasien Rawat Inap
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan pelayana gizi yang
diberikan kepada pasien rawat inap dan rawat jalan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan yang sesuai penyakit yang diderita. Proses pelayanan gizi
pasien rawat inap terdiri atas empat tahap, yaitu 1 assesmen atau pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data kebiasaan
makan, serta data riwayat personal, 2 perencanaan pelayanan gizi meliputi penentuan diet preskripsi diet, tujuan diet, dan strategi mencapai tujuan, 3
implementasi pelayanan gizi, dan 4 monitoring dan evaluasi pelayanan gizi Almatsier, 2006.
Preskripsi diet atau penentuan diet adalah batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya yang disusun
berdasarkan diagnosis penyakit dan kebutuhan gizi. Penentuan diet memberikan arah khusus kepada pasien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapat
kesehatan yang optimal Kemenkes, 2010. Dalam keadaan khusus, diet disusun secara individual dengan mencantumkan kebutuhan energi dan zat-zat gizi, bentuk
makanan, frekuensi dan jadwal pemberian, serta besar porsi Almatsier, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Penyajian makanan merupakan salah satu kegiatan dari penyelenggaran makanan rumah sakit yang dimulai dari perencanaan menu sampai dengan distribusi
makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Makanan yang disajikan sesuai dengan standar
rumah sakit yang disajikan pada alat makan dan diantarkan ke ruang rawat inap. Makanan yang disajikan kepada pasien harus tepat waktu, harus sesuai dengan
jumlah atau porsi yang telah ditentukan, serta kondisi makanan yang disajikan juga harus sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan temperatur makanan yang disajikan
baik dalam kondisi dingin maupun kondisi hangat Moehyi, 1992. Penatalaksanaan diet HIVAIDS bertujuan untuk mencapai status gizi yang