Metode pengumpulan data dimulai dengan melakukan observasi terhadap penyajian makanan untuk pasien HIVAIDS rawat inap. Kemudian melakukan
penimbangan bahan makanan food weighing selama 10 hari siklus menu dan dianalisis dengan nutrisurvey untuk melihat kandungan zat gizi. Setelah itu peneliti
melakukan observasi karakteristik pasien serta melakukan pengukuran status gizi dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan pasien HIVAIDS rawat
inap.
3.5. Instrumen Penelitian
1. Timbangan digital makanan untuk menimbang makanan yang diberikan
rumah sakit kepada responden. 2.
Formulir food weighing untuk melihat jumlahporsi makanan yang diberikan rumah sakit kepada responden selama satu hari.
3. Software Nutrisurvey untuk menganalisis kandungan zat gizi pada diet yang
diberikan oleh pihak rumah sakit. 4.
Timbangan BIA 530 Body Composition Analyser dan microtoice. 5.
Kalkulator untuk menghitung indeks massa tubuh pasien.
3.6. Definisi Operasional
1. Frekuensi pemberian adalah berapa kali pemberian diet pada pasien
HIVAIDS rawat inap dalam satu hari yang terdiri atas makanan utama dan makanan selingan.
2. Jumlah pemberian adalah jumlah pemenuhan kebutuhan gizi pasien
HIVAIDS rawat inap.
Universitas Sumatera Utara
3. Kandungan zat gizi adalah zat-zat gizi dalam makanan yang diberikan pada
pasien HIVAIDS rawat inap. 4.
Status gizi pasien HIVAIDS adalah keadaan status gizi penderita HIVAIDS rawat inap diukur menggunakan indikator antropometri yaitu indeks massa
tubuh IMT.
3.7. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah untuk mengukur penatalaksanaan diet serta status gizi pasien HIVAIDS rawat inap.
1. Penatalaksanaan Diet HIVAIDS
Penatalaksanaan diet HIVAIDS dipengaruhi oleh frekuensi, jumlah, dan kandungan zat gizi yang diberikan pihak rumah sakit pada pasien HIVAIDS
rawat inap.
Tabel 3.1. Penatalaksanaan Diet Pasien HIVAIDS Rawat Inap TKTP I
TKTP II
Energi kkal 2690
3040 Protein g
103 120
Lemak g 73
98 Karbohidrat g
420 420
Universitas Sumatera Utara
Vitamin A RE 2746
2965 Vitamin C mg
114 136
Sumber: Almatsier 2006
2. Status Gizi
Status gizi pasien HIVAIDS rawat inap dinilai dengan cara pengukuran indeks massa tubuh IMT, namun sebelumnya berat badan dan tinggi badan
pasien harus diketahui agar indeks massa tubuh pasien dapat dihitung. Berat badan dan tinggi badan pasien HIVAIDS rawat inap dapat diketahui melalui
pengukuran langsung kepada pasien rawat inap. Pengukuran indeks massa tubuh dapat dilakukan dengan rumus berikut ini.
Setelah dihitung indeks massa tubuh pasiennya, kemudian ditetapkanlah status gizi pasien tersebut dengan kategori pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia Kategori
IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat
17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0-18,4 Normal
18,5-25,0 Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0
Sumber : Depkes RI 2009
3.8. Pengolahan dan Analisis Data