46
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Faktor Sosiodemografi Penderita Rinosinusitis Kronik
5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi penderita Rinosinusitis Kronik di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2015 berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Bar
Proporsi Penderita
Rinosinusitis Kronik
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-2015
Pada gambar 5.1 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita Rinosinusitis Kronik berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu pada kelompok
umur 26-35 tahun 14,7, terendah pada kelompok umur 0-5 tahun 0,6. Proporsi tertinggi penderita Rinosinusitis Kronik berdasarkan jenis kelamin perempuan
0,6 4,9
4,3 8,0
14,7 10,4
8,0 3,1
1,8
0.6 1.8
1.8 11.7
6,8 7.4
9.8 1.2
3.1
0 - 5 tahun 6 - 11 tahun
12 - 16 tahun 17 - 25 tahun
26 - 35 tahun 36 - 45 tahun
46 - 55 tahun 56 - 65 tahun
66 - 85 tahun
Umur dan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
47
yaitu pada kelompok umur 17-25 tahun 11,7 dan terendah pada kelompok umur 0-5 tahun 0,6.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Septiwati 2008 di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi cross sectional study, proporsi jenis
kelamin tertinggi yaitu laki-laki 58,8 dan kelompok umur tertinggi 31-40 tahun 23,5. Dari data tersebut terlihat bahwa penderita Rinosinusitis Kronik lebih
banyak pada usia ≥ 18 tahun. Hal ini diduga karena pada usia ≥ 18 tahun lebih
cenderung sering terpapar alergen dan telah mengalami pemaparan dengan polutan atau lingkungan berpolusi lebih lama, sehingga apabila terjadi
Rinosinusitis Kronik pada usia tersebut dapat mengganggu produktifitas di tempat kerja.
Menurut Desrosiers 2011, angka kejadian Rinosinusitis Kronik akan meningkat p
ada usia ≥ 12 tahun dan bertambah banyak dengan pertambahan usia. Fokkens 2012 dalam penelitiannya menyatakan proporsi Rinosinusitis Kronik
meningkat seiring pertambahan usia, sementara itu setelah usia 60 tahun akan menurun.
Faktor lain penyakit Rinosinusitis Kronik adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan tersebut secara
perlahan akan menyebabkan perubahan mukosa dan kerusakan silia dalam hidung dan sinus paranasal Mangunkusumo, 2011. Dikarenakan kebiasaan merokok
pada laki – laki menyebabkan mereka lebih terpapar dengan zat toksik yang dapat
mempengaruhi sistem imun tubuh. Paparan asap tembakau sangat berperan aktif untuk meningkatkan Rinosinusitis Kronik Bachert, 2014.
Universitas Sumatera Utara
48
5.1.2 Suku