memberi efek jera dan tidak terulang kembali setelah diputuskan maka tidak dapat diganggu gugat karena keputusan berada sepenuhnya ditangan Imeum
Mukim namun melalui musyawarah semua elemen yang hadir dalam peradilan adat tersebut.”
Untuk mengetahui hubungan diantara pemerintah Kecamatan dengan mukim peneliti melakukan wawancara kepada bapak
3. EfektifitasKeberadaan Mukim DalamPenyelesaian Konflik Masyarakat
Tingkat efektifitas keberadaan mukim dalam penyelesaian Konflik masyarakat sangat diperlukan dalam setiap penyelesaian masalah sehingga penulis
mengajukan pertanyaan kepada Bapak Hayadun, SP sebagai Camat Lawe Alas dengan pertanyaan : Bagaimana efektifitas keberadaan mukim dalam penyelesaian
Konflik Masyarakat? Hasil wawancara diperoleh sebagai berikut : “Alhamdulillah selama ini setiap masalah yang diselesaikan oleh Mukim dan
perangkatnya sudah cukup efektif. Hal tersebut terbukti dengan tidak terulangnya perselisihan yang sama untuk kedua kalinya dan dapat menjadi
contoh bagi masyarakat yang lainnya agar tidak melakukan hal yang sama”.
Selanjutnya penulis mendalami tentang efektifitas mukim kepada Bapak Satumin, S.Hi sebagai Kepala Mukin dengan pertanyaan : Bagaimana efektifitas
keberadaan mukim dalam penyelesaian masalah antar masyarakat beliau dengan hasil wawancara sebagai berikut :
“Pertanyaan ini cukup layak untuk dipertanyakan, karena banyak hal yang apabila dikerjakan secara berulang-ulang mencerminkan bagaimana
efektifnya pekerjaan tersebut.Oleh sebab itu saya membuat keputusan berlandaskan musyawarah, bukan berdasarkan pikiran saya sendiri, kalau
penyelesaian masalahnya berdasarkan musyawarah bersama sudah pasti tidak ada yang berdalih dikemudian hari apabila melanggar kesepakatan
yang sudah disetujui bersama dan sudah diarsipkan tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian penulis melanjutkan wawancara kepada Sekretaris Mukim dengan pertanyaan yang sama dan hasil wawancara diperoleh sebagai berikut :
Peranan Mukim itu sudah diatur dalam qanun tersendiri. Beliau berperan sebagai kontribusi pembinaan sampai pada pengembangan berbagai hal yang
ada dalam mukim. Mukim senantiasa menjalankan perannya dalam mengatur masyarakat yang kemudian terhadap pembangunan fungsional masyarakat,
baik penididikan, agama dan perekonomian masyarakat mendapatkan pembinaan dari pemerintahan mukim dalam mengelola dan
melaksanakan berbagai hal dan dalam pengambil keputusan sengketa juga ikut terlibat dalam pemutusan yang dianggap bersifat akhir”.
Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada Bapak M. Tahir sebagai Ketua Majelis Adat dengan pertanyaan yang sama dan diperoleh hasil wawancara
sebagai berikut : “Dalam peranan yang terdapat di Mukim ini sudah diatur dalam Qanun Aceh
yang tersendiri maka berdasarkan ketentuan tersebutlah mukim ini malakukan peranannya dan menduduki jabatannya dalam melakukan tugas
peran dari kepala mukim ini kalau dilihat dari pengambil keputusannya dia berperan sebagai ketua sidang dan sebagai penentu pengambilan
keputusan bila dilihat dari struktur pedoman peradilan adat tingkat mukim dan sudah ada aturannya tersendiri”.
4. ResponMasyarakat Tentang Keberadaan Mukim